Monday, November 7, 2011

Patroli Obelix

Saya meringis merasakan beban senapan buru di bahu saya. Chris tertawa. “Berat?”
“Ya berat lah, Udin!”
Ia menjitak saya, seperti biasa jika saya memanggilnya Udin. Lalu mengambil alih senapan laras panjang itu dan menyandangnya di bahunya yang pejal. “Bukannya pernah nyobain latihan nembak di Perbakin?”
“Sekali doang, abis itu trauma.”
“Kenapa?”
“Gue nggak suka suara letusannya. Mengerikan. Jadi terbayang perang dan kematian.”
“Norak! Senapan di Perbakin itu dirancang buat olahraga menembak. Yang ini juga buat berburu.”
“Tetep aja kalo ditembakin ke orang, tu orang koit!”
Chris nyengir.
Ajakan itu datang mendadak, saat saya sedang malas bergabung dengan orang-orang untuk pesta bakar sate daging kurban. Chris tiba-tiba muncul dengan jip offroad-nya yang saya sukai karena sangat keren itu. Ia sangat-sangat tahu saya yang sedang dilanda kebosanan kronis tidak akan menolak ketika ia berkata, “Ikut berburu yuk!”

Saya langsung mau.

Ia bilang ayahnya dan beberapa orang lainnya sudah duluan, dan menunggu. “Kita pasang tenda. Soalnya siapa tau hujan, jadi seenggaknya kita punya shelter.” Ia menunjuk ke jok belakang jipnya yang bangkunya sudah dicopot. Gulungan tenda, lampu dan kardus-kardus yang saya yakin berisi alat-alat masak dan makanan instan tampak ditumpuk disitu.

Wak Ujang yang nama sebenarnya adalah David, ayah Chris, menyambut kami. Saya menjulukinya Ujang Obelix karena dia hobi berburu babi hutan. Dua ekor anjing pemburunya membuntuti dari belakang. Di leher mereka terikat tali yang dipegang majikannya.

“Anjing baru ya, Wak?” Saya tidak mengenali anjing-anjing itu.
“Iya. Baru dilatih. Ini penampilan perdana mereka.”
Saya tergelak. “Buset, Wak! Udah kayak penyanyi aja!”
Chris membelai kepala anjing-anjing itu. “Ini Hunter, yang itu Roldo. Anjing-anjing lama ada di rumah. Sementara sertijab dulu.”

Hunter, saya rasa blasteran herder. Besar dan kuat. Lidahnya menjulur-julur sambil menatap saya. Sementara Roldo saya tidak tahu dia anjing jenis apa, sepertinya blasteran juga. Agak kecil, tapi lincah. Ia berusaha menghampiri saya, tapi tertahan tali yang dipegangi Wak Ujang.

Saya lumayan suka anjing, tapi tidak lagi suka bermain-main dengan mereka karena malas mencuci bekas liurnya. Jadi saya memperingatkan kedua anjing itu. “Jangan jilat-jilat dan cium-cium aku, oke boys?” Ajaibnya kedua anjing itu mendengking seolah-olah mengerti. “Good boys.” Saya tepuk-tepuk kepala mereka.

.....

Kami menunggu di balik sesemakan rimbun, sementara Hunter dan Roldo yang ternyata pandai sekali, berhasil menggiring seekor babi hutan ke perangkap yang kami pasang. Babi itu menguik-nguik sementara dua ekor anjing pemburu itu menggonggonginya dari dua arah berlawanan. Ia tersudut di jeruji kayu yang dipasang merintangi jalan larinya. Lalu.. dor! Luput. Dor! Sepertinya hanya menyerempet kaki.

Saya merasakan gerakan Chris di sebelah saya. Dor! Saya menajamkan fokus teropong malam di tangan saya. Tembakan Chris jitu. Babi hutan besar itu langsung roboh dan dua ekor anjing itu melesat mendekati korbannya sambil menggeram-geram.

Chris selalu saja heran dengan kontradiksi dalam diri saya. Ia tahu saya jenis orang yang tidak tegaan. Berlatih menembak saja langsung trauma karena ngeri dengan suara letusan dan bayangan kematian dalam benak saya. Tetapi berburu babi hutan dan menyaksikan hewan itu mati ditembak, saya biasa-biasa saja.

“Gue menganggapnya hama,” kata saya padanya. “Kita kan berburu kalau peladang-peladang itu udah ribut tanamannya diacak-acak babi kan?”

Kata Chris itu masih belum menjelaskan kontradiksi saya. Berlatih menembak dengan sasaran papan bikin trauma, sementara sasaran mahluk hidup alias si babi saya malah antusias.

“Babi hutan alias celeng itu haaa-maaa.” Lalu karena saya sebal dengan mimiknya yang sok dungu, saya tendang kakinya.

.............

Tadi malam kami membawa pulang dua ekor babi hutan besar. Para pemburu kadang-kadang menjualnya, kadang-kadang membawa dagingnya untuk dikonsumsi sendiri. Karena Wak Ujang non-muslim, maka daging-daging celeng itu katanya akan dibuat dendeng dan kornet. Saya meringis. Bukan karena saya muslim dan tidak makan daging babi, tetapi karena membayangkan babi hutan yang seram itu berubah menjadi makanan.

“Enak…” Chris nyengir. “Nanti gue bilang Mama bikin korned sapi aja buat elu ya.”
“Asik! Mau!”

Jadi inilah petualangan saya. Semalaman berpatroli dan berburu di tengah hutan yang basah dan dingin membuat perasaan sedih saya berkurang, mood saya membaik. Sepertinya saya harus sering-sering berburu deh.

Saya tidak galau lagi. Tapi ngantuk.
Jadi, saya tinggal tidur dulu ya. Ciao!


Hunting is not a sport. In a sport, both sides should know they're in the game.

--Paul Rodriguez


pict from here


Image and video hosting by TinyPic

15 comments:

Rona Nauli said...

Alhamdulillah ya, ga galau lagi :D...sesuatuuuu banget hehehe.

sorri dorri morrri...paketnya baru dikirim hari ini ya. minggu lalu sampe hari ini masih galau mikir mommy :p

Nuel Lubis, Author "Misi Terakhir Rafael: Cinta Tak Pernah Pergi Jauh" said...

wah sumpah mbak... bahasanya itu... kirain saya ini cerpen, eh pas baca akhirnya.... cerita nyata.. wakakaka....

Enno said...

@rona: hehehe... galaunya beda ya sama aku.. :P gpp kok, td cuma nanya mbok kakakku yg pikun ketelingsut apa gimana... makasih yaaa... *hughug* :D

@nuel: eh? hahaha... biasanya kan disini emang pake gaya bhs cerpen... kecele dong ya :P

JejakShally said...

ati ati mba Enn, ntar salah tembak jadi bahaaayyya. *DOOOR *burung tetangga tewas :P

Gloria Putri said...

@nuel : see? aku bilang juga apa...skrng tau kan knp aq uring2an klo falling eve hiatus? dan akhirnya dirimu mampir kesini juga yaaa...hahahhaa

@mba enno : hohohoho....aq suka gambar cewe pake senapan gt...cool :D jd terpikir sesuatu : "kenapa dulu aq ga jd atlet menembak aja ya?" hehehheheheheh

rabest said...

waaahh..keren mbak! iya lho..saya pikir juga ini cerpen.. :D

putuindarmeilita.blogspot.com said...

Cool...

Arman said...

belum pernah pergi berburu nih gua... :D

Enno said...

@shally: tetangga sini punyanya sapi tuh hehehe...

@glo: meragukan glo, sentakan baliknya kuat banget lho! kamu kan kecil, ntar malah jatuh ngejengkang piye wkwkwk

@rabest: yg keren temenku Chris itu... ganteng lho xixixi...#apaseh

@lita: siapa? celengnya? :P

@arman: wah seru man... di amrik ada ga olahraga berburu? gw taunya di inggris yg msh ada.. coba lo cari di bagian western yg msh byk cowboy-nya hehe...

fika said...

weis mbak enno berburu ni yeee...hihihi

Sheno monkey said...

jangan buru sheno ya kak..

sheno kan monyet yang baik.. :3

readhermind-dy said...

selalu keren deh tulisannya. mau apapun temanya :) *ga boong* hehe

Enno said...

@fika: iyaa,, asik lhooo :)

@sheno: haha enggak kok, tenang aja, gak doyan dendeng monyet wkwkwk

@dy: yay! makasih ya *ga boong juga* :D

JejakShally said...

pantesan mba, kemaren ada sapi metong ketembak (ternyata korbannya mba Enn) ckckckckkk :P

Enno said...

lho yg ketembak malah yg punya kok wkwkwk

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...