Sunday, October 9, 2011

Begitulah

Jadi suatu hari, beberapa tahun lalu, di acara rapat pagi, Mbak Venna udah nggak tahan lagi sama orang yang lagi 'onani.' Membanggakan diri sendiri dengan 'isi transkrip' yang gitu-gitu aja. Sampe kita hapal di luar kepala.

Waktu seseorang bicara melantur ke soal profesionalisme, tiba-tiba Mbak Venna nyamber, bilang bahwa profesionalisme itu termasuk menggaji karyawan dengan baik dan sesuai peraturan yang berlaku. Sindiran yang tepat sekaligus frontal!

Bos kami langsung sensi. Dengan suaranya yang menggelegar dan nada sampe tujuh oktaf beliau melancarkan sejumlah alasan 'logis nan masuk akal.' Bahwa selama ini beliau sudah merasa menggaji kami secara profesional sesuai proporsi kami. Bahwa tulisan kami semua sebetulnya tidak layak jual. Jadi ya gaji harus sesuai dong dengan kemampuan kami.

Yah, kami memang nggak sehebat beliau sih ya... Beliau itu kan konon sudah mengetahui soal bisnis media dari A - Z. Oooh mana bisa kita ngalahin beliau, yang cuma setahun jadi reporter langsung diproyeksikan sebagai kepala biro. *Ayo tepuk tangannya mana?*
Buktinya Mbak Venna (yang hari itu juga langsung resign), besoknya 'cuma' diterima kerja di majalah milik Kedubes Jepang. Yah, cuma sebatas itu skill Mba Venna...

Bener sih Bos bilang, bahwa Kompas pun nggak bakal mau beli tulisan kami yang nggak mutu itu.
Cuma kedutaan besar sebuah negeri yang terkenal profesional dan taat aturan aja yang mau nerima afkiran dari kantornya (kasus Mbak Venna).
Beliau bilang, "Cuma di sini yang mau bayar tulisan kalian senilai yang sekarang!"
(Dengan gaji senilai itu untuk berhalaman-halaman artikel? Ckckck beruntung ya kami! Soalnya, waktu gue jual cerpen gue ke sebuah majalah, gue 'cuma' dibayar 500 ribu. Itu cuma dua halaman lho Bos...)

Suasana hening selagi beliau mengutarakan pendapatnya yang 'ilmiah'. Yang lain menunduk, tapi gue malah mendongak menatap wajahnya. Mudah-mudahan dia nggak menganggap gue sedang mencari simpati ya... Gue mah cuma lagi nyari tanda-tanda waham di dirinya.

Tetapi Bos memang kawan sejati lho. Seperti yang beliau utarakan dengan rendah hati, bahwa dengan tulus beliau telah 'MENAMPUNG' teman-teman lamanya di kantor yang dulu supaya selamat dari PENGANGGURAN. Makanya, beliau berhak dong marah-marah dikit. Mengingat kemurahan hatinya membuka lapangan kerja di kantornya untuk teman-temannya yang 'miskin dan butuh uang'. Karena itu, kita semua harus berterima kasih pada beliau. Harus bekerja sesuai aturan yang beliau terapkan dan jangan menuntut gaji yang layak.

Nggak usah dipeduliin deh peraturan penggajian dalam UU Ketenagakerjaan, UU Perburuhan dan peraturan pemerintah juga Peraturan Daerah tentang Upah Minimum Regional. Itu sih cuma berlaku untuk orang-orang yang kerjanya bagus dan berkualitas.

Kita nggak usah ngiri sama gaji orang Kompas atau media manalah. Mereka kan menghasilkan produk yang bisa dijual. Seperti kata beliau yang serba tahu, seorang lay-outer di Kompas pun gajinya nggak seberapa kok. (Iya sih. Mereka CUMA ditunjang sama uang makan, uang transport, Askes, Jamsostek dan asuransi dana pensiun sesuai standar yang berlaku)
Apalah artinya dibanding standar penggajian di kantor kita ini yang mengandalkan subyektifitas Bos yang bijaksana.

Oh, ngomong-ngomong kita juga sebetulnya juga nggak butuh lay-outer! Beliau bisa mengerjakannya sendiri. Apalagi beliau mengaku terbiasa kerja 20 jam sehari. Wow, hebat! Superb! Cool! Amazing! Tres magnifique! Salute!
Karena itu beliau heran kok bisa-bisanya Ezra diterima kerja di perusahaan penerbitan terkenal setelah cabut dari kantor ini. Padahal 'kan Ezra selama ini kerjanya cuma bisa 'copy-paste'.

Yah, Ezra memang kerjanya nggak bagus ya Bos...
Penerbit itu kan cuma kasian sama dia. Makanya dia dikasih gaji yang lebih baik, plus Askes, Jamsostek, asuransi dana pensiun dan bonus-bonus tertentu. Dikasih kesempatan juga untuk jenjang karir. Siapa tau kan mau nyobain jadi manajer....

Jadi begitulah.

Ada istilah ILMU PADI. Semakin berisi, semakin merunduk. Kerendahan hati dan ketulusan Bos Kami yang Agung betul-betul mengharukan hati kami. Jadi kami maklum waktu dia ngusir Mbak Venna supaya cepat-cepat resign daripada jadi tukang kritik aja. Mbak Venna keterlaluan sih... udah ditolong malah nodong. Rasain, sekarang malah kerja di Kedutaan Besar Jepang!

By the way, gajimu pake dolar atau pake yen sih, Mbak? *wink*

- dari jurnal lama yang sempat diposting lalu sekarang saya publish ulang-

...........................................

26 September 2011
Telpon dari Mrs Prayoga yang biasa dipanggil Mama oleh koleganya yang lebih muda.

"Enno, katanya lagi sakit ya sayang?"
"Iya Mama..."
"Aduh sakit apa? Di rumah sakit?"
"Iya nih.. hiks..."
"Maaf ya Mama belum bisa nengok, lagi nggak sehat juga. Udah tua sih. Ini lho Mama mau ngasih tau, kamu dicariin Mr X tuh..."
"Ada apa gitu? Tumben...."
"Mau diajak kerja kayaknya. Lagi butuh orang di majalah Y."
"Oh..."
"Kamu telpon dia aja gih sayang!"
"Enggak ah. Nggak minat."
"Kalo dia nawarin gaji gede gimana?"
"Ini sebenarnya bukan soal uang, Ma. Mama kan masih inget gimana dia dulu merendahkan kita."


27 September 2011
Telpon dari Ezra, mantan kolega sekantor. Mantan teman menggila saat deadline.

"Hey centil, kau sakit ya?"
"Iya, makanya telpon aku malem-malem kayak gini aja. Ntar aku diomelin suster."
"Jangan-jangan kau sakit gara-gara kepikiran ditawarin kerja bos lama kita hahaha."
"Astagaaah! Jangan-jangan iya! Hehehe..."
"Mau kau kerja lagi di sana?"
"Macam mana aku bolakbalik kayak setrikaan di kantor itu. Nggak ah, trauma aku!"
"Bah! Bakal digaji besar kau katanya!"
"Gosip kali kau bang! Nggak mungkinlah ituuu..."
"Bakal berantam terus nanti kau sama putra mahkotanya itu ya."
"Nggak lah... dia itu yang takut sama aku pun. Kapan dia berani macam-macam sama aku dulu itu? Nggak pernah."
"Ah galakmu itu tak kuragukan, tapi sekarang kau udah lembek rupanya. Buktinya sekarang kau sakit."
"Abaaang, kau telpon aku cuma mau ngeledek ya? Tutup! Hayo tutup!"
"Hahahahaha..."


30 September 2011
Pesan pendek dari Mbak Venna, yang selalu saya anggap kakak.

"Enno sayang, cepat sembuh ya. Sudah dengar kabar terbaru dari Mama. Aku cuma bisa ketawa aja. Ternyata dia masih butuh orang yang katanya nggak bermutu ya. Kapan novelnya kelar? Mbak Venna pembeli pertama. Good luck ya dek!"

........

Itu adalah kantor kedua, bukan kantor terakhir. Kantor yang membangkitkan kenangan menyenangkan sekaligus menyebalkan. Menyenangkan karena saya mendapat teman-teman yang solid dan sepenanggungan yang bertahan sampai sekarang. Menyebalkan karena bos kami dan putra mahkotanya yang sombong dan sewenang-wenang.

Suatu hari si bos mengirimi saya pesan pendek menanyakan kabar. Entah kenapa sampai sekarang saya malas membalas pesan pendek itu, karena saya tahu ia ingin mengajak saya bekerja lagi dengannya. Saya putuskan untuk tidak membalas pesannya saja. Bukan bermaksud memusuhi, hanya saja saya takut tidak bisa menolak kalau ia pakai sistem 'minta tolong.'

Mungkin akan ada yang mengatai saya sombong dan sok pilih-pilih. Tapi cobalah menjadi kami dulu, yang dipekerjakan tanpa dihargai sekaligus dihina dan diremehkan. Tahan?

Sorry sir, I couldn't work with you anymore. It was more than enough for me and my friends.
#prinsip

pict from here


Image and video hosting by TinyPic

10 comments:

Wuri SweetY said...

Hadehhhh empet bgt ya dapet bos kayak begitu.
wis novel cpt dirampungin, ntr kirim ke jepang yak!!!

Gloria Putri said...

hahhhhhhh...ini yg aq rasain skrng mbaaaa :(

maw nulis beginian takut ada "mata2" di blog ku lalu laporan lalu aq dikeluarkannn :(

sayangnya aq blom dpt sekolahan lain yg gajinya sama besar dibanding yg skrng....jd di remehkan dan dihina2 aq tahan2in aja dl dehhh :(
hikssssss

#curhat_colongan

rabest said...

hahah..majas apa ya yang banyak dipake disini? kalo nggak salah inget mjas ironi deh kayakny..lupa2inget pelajaran smp, hehehe

akhirnya malah dia yang butuh orang-orang yang dulu nggak dianggep ya mbak?

_hidup memang adil_

Unknown said...

kak enno :) salam kenal :D
cepet sembuuh ya...

Itik Bali said...

Hedeh...meremehkan banget
mentang2 boss...siapa yang mau beli tulisan kita?
Ayo tunjukin mbak, kalo tulisan mbak Enno tuh kweren banget (saking kerennya jadi nulisnya pake "w")
Bikin novel yang bermutu dan laris di pasaran
tak dukung deh!

Arman said...

udah ilfil banget ama si bos sih ya no.. jadi males juga mau balik ya. tapi lu gak nyoba tanya dulu gajinya berapa no? siapa tau menggiurkan.. hahaha

Rona Nauli said...

jadiiii...mending mana bos-ku ama mantan bos-mu itu, No? :))

Enno said...

@wuri: ngapain kirim kesitu... kamu aja balik sini :P

@gloria: sabar dulu kalo gitu yak.. cup cup :)

@rabest: haha iya majas ironi.. sangat ironis bukaaan? :D

@adhel: salam kenal juga adhel... amin, ini udah baikan kok. makasih ya :)

@itik: emang bener2 nyewbelin yu.. pake W juga saking nyebelinnya wkwkwk.... makasih dukungannya ayuuu... *terbirit2 balik lagi ke draft* :))

@arman: spt gw dah bilang man, bkn soal uang... gw dah patah arang sama ni org... biar aja dibilang sombong juga.. tp sebesar apapun gaji yg kita terima bakal ga ada harganya klo kita dihina.. ya kan? :)

@rona: kenalin dlu bosmu sama aku, baru aku bs jawab wkwkwk *sopo sih? sing ribet kuwi yo?* :))

Anonymous said...

Aduh, kog ada onani dengan tanda kutip, ya? Hahaha ...

Enno said...

yeee mas arik, makanya dikasih tanda kutip mksdnya bkn secara harfiah!

wkwkwk piktor aja deh ah! :))

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...