Thursday, October 4, 2007

Pasar Loak "Flohmak'

Flohmak, siang itu
Awal September kemaren iseng ke pasar loak yang disebut Flohmak sama sepupu gue dan Mbak Leny. Letaknya di kawasan Granada Square BSD City, Serpong, Tangerang.

Penasaran banget. Soalnya banyak yang bilang bukan pasar loak sembarangan. Pasarnya buka setiap Sabtu dan Minggu, dari jam 07.00 sampe jam 17.00. Yang dijual disitu banyak barang-barang second bermerek. Soalnya yang jualan juga orang-orang golongan menengah ke atas. Rata-rata barang yang dijual milik pribadi yang sudah nggak terpakai lagi.

Pas gue liat, barang-barang dagangannya memang macem-macem. Ada buku-buku, lampu kristal, sepatu-sepatu dan tas-tas bermerek, pesawat telepon dan jam kukuk antik, bahkan peralatan selam. Pakaian dan berbagai pernik penghias rumah juga banyak. Ada juga beberapa suvenir dari luar negeri, hasil lawatan si penyewa lapak. Barang-barang yang dijual harganya bervariasi dari Rp 5.000 sampai puluhan juta untuk barang koleksi.

Asyiknya, ada sesi gratis setiap jam 15.00. Untuk barang-barang tertentu, seperti mainan, sepatu, pakaian, dan pernak-pernik diberikan secara gratis kepada masyarakat. Maksudnya supaya masyarakat sekitar yang kurang mampu bisa ikut menikmati barang-barang di Flohmak.

Di sini, nggak ada satupun pengunjung yang malu beli barang bekas. Pernah lho pakaian bekas Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Kanjeng Ratu Hemas dilelang di Flohmak. Trus topi kemenangan Schummi pernah juga dijual di sana. Para pembeli nggak cuma warga Tangerang aja, tetapi juga dari berbagai daerah lain di Jabodetabek.

Dari hasil ngobrol-ngobrol gue sama Ibu Mamiek, bagian pendaftaran penyewaan lapak, pasar loak ini digagas oleh Pak Winarto A. Rasul. Karena pernah tinggal delapan tahun di Wina, Austria, dia tahu di Eropa yang namanya pasar barang bekas itu sangat berkembang.

Pasar Flohmak mengadopsi fleamarket seperti di Salzburg dan Vienna (Austria), Bruges, Brussels, dan Antwerp (Belgia), Zagreb (Kroasia), Copenhagen (Denmark), Lille, Paris (Perancis), Muenchen (Jerman), Dublin (Irlandia), Amsterdam (Belanda), Lisabon (Portugal), Barcelona, Madrid, dan Sevilla (Spanyol).

Nah, nama Flohmak diadopsinya dari kata Jerman, flöhmark (pasar barang bekas layak pakai dan koleksi), tapi lidah orang Indonesia menghasilkan bunyi ‘flohmak’, jadi akhirnya sama Pak Winarto nama Flohmak dipatenkan sebagai nama pasar loak itu.

Kata Bu Mamiek, setiap sewa lapak sehari Rp 50.000. Pak Winarto dan Bu Mamiek sama sekali nggak mengutip persentase semua pendapatan dari sewa lapak itu. Uang sewa itu untuk iuran keamanan, kebersihan dan Koperasi BSD.

Kalo menurut gue sih, pasar Flohmak ini layak banget dikunjungi. Banyak barang-barang yang unik dan lucu-lucu. Dan nggak semuanya barang bekas kok. Ada juga barang baru. Cuma syarat jualan barang baru disitu nggak boleh bawa ‘merek’ atau ‘label’. Digelar biasa aja seperti barang-barang lainnya. Soalnya pasar Flohmak kan bukan untuk promosi produk.

Gue malah nemu kamera digital baru berbentuk mungil buatan Singapura. Harganya cuma 40 ribu! Kata yang jual, dia iseng beli waktu jalan-jalan ke sana. Kok bisa murah? Ternyata, fungsinya emang sederhana banget. Asal bisa motret. Lagian juga nggak ada layar LCD untuk bisa ngeliat hasil foto kita. Gambling gitu deh hehehe… Tapi buat koleksi sangat lumayan kaaan…

Ayo, ayo… ngabuburit ke Flohmak! :))

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...