Ibu. Ibuku yang gemuk, berwajah persegi dan tahi lalat di atas bibir. Ibu yang membuat rumah ramai oleh suara-suara kehidupan yang ditimbulkannya. Langkah kakinya yang diseret, ceklik gagang pintu, teriakannya memanggilku, suara panci beradu dan piring-piring yang berdenting saat dicuci.
Ibu tidak pernah bisa diam. Ia selalu bergerak diantara kami. Menegur, tertawa, marah, mengomel, bahkan menyanyikan jingle iklan Indomie dengan suaranya yang fals. Ia tertawa-tawa waktu aku merekamnya.
Foto-foto itu hanya rekaman bisu. Tanpa Ibu, rumah sepi. Ternyata bukan aku matahari di sini. Aku cuma bintang yang berkelip samar karena cahayanya. Ibulah matahari kami. Tanpa Ibu, hanya ada suara-suara langkah kaki diseret pelan. Tak akan pernah lagi kudengar teriakannya memanggilku. Sungguh. Lebih baik kudengar lagi omelannya yang dulu kuanggap memusingkan itu daripada begini sunyi.
Sampai hari ini aku masih saja berlari ke makamnya sambil menangis jika rindu menjadi hantu. Kubawakan bunga-bunga yang dulu ditanamnya, kutaruh di jambangan tanah liat dekat nisannya. Ibuku yang selalu tak bisa tidur sendiri, kini tak ditemani. Aku tahu, aku tak menangisi Ibu yang kini sudah tidur dengan tenang. Aku menangisi diriku sendiri yang kesepian tanpa dirinya.
.......
Kenangan.
Ibu, terbaring di atas ranjang. Aku telungkup di sebelahnya. Kami sedang bercanda menertawakan ulah Ayah.
Tangan kanan Ibu yang tidak lumpuh bergerak meniru cara Ayah memutar-mutar nasi di atas piring. Meniru cara Ayah menyuap makanan, yang sejak dulu memang kami anggap lucu. Ibu dan aku terkekeh-kekeh. Tawa Ibu pelan dan tertahan. Aku terbahak-bahak.
Ah Ibu, dalam sakitmu, masih saja tak kehilangan humor.
Kupikir Ibu akan sembuh dan kami bisa berkumpul lagi di rumah ini. Kemarin ada kami bertiga, sekarang hanya berdua. Dan aku masih harus menghibur Ayah dengan sikap ceria yang biasa. Sulit. Sangat sulit. Karena setiap tawa terdengar hambar.
.......
Aku kehilangan berat badanku dengan drastis. Aku yang kurus di cermin itu membangkitkan kenangan tentang omelan Ibu. Suaranya masih terngiang di telingaku. Ibu bilang aku harus mulai diet kalau tidak mau semakin gemuk. Lalu kami bertengkar dan aku menangis jengkel.
Ibu, lihat. Aku kehilangan berat lima kilo sekarang. Seharusnya Ibu ada untuk memujiku.
Foto-foto Ibu masih bertebaran dimana-mana. Kubiarkan saja demikian. Agar aku tetap merasa Ibu menjaga dan melindungiku seperti kemarin. Agar gadis kecil dalam diriku selalu merasa aman dalam pelukannya.
Suara Ibu yang tak ingin kulupakan adalah ketika tengah malam seperti ini ia muncul mengecek di ambang pintu kamarku. "Retno, kamu belum tidur? Ibu tidur sama kamu ya?"
Aku kuat. Aku pastilah orang yang kuat karena Tuhan telah memilihku menerima cobaan ini. Aku cuma bersedih. Sementara biarkan aku begini...
_______________________
Warna fuchsia pink di blog ini untuk Ibu atas cintanya padaku. Aku merombak blog ini sejak sore sampai tengah malam. Thanks untuk Ucup, yang peka pada bentuk dan warna, sebagai konsultan paksaan di tengah pekerjaan lembur yang menumpuk. Tapi tak sia-sia kau belajar sampai jadi arsitek ya ^^
gambar dari sini
11 comments:
*hughughughughughug*
-peluuukk yang kencengggg-
ga kebayang kalo aku ada di posisi kamu sekarang mba,,,
Allah pasti menjaga ibu mu dgn baik disana :)
ya. sementara biarkan saja seperti itu. hingga saatnya tiba, angin akan membawa tawamu kembali dan kenangan-kenangan itu biarkan saja mengendap di hatimu--menemanimu berjalan... :D
peyuk Enno...
Ah Enno...
.............................
so sweet banget... doyan puisikah? follow nd komen balik yax!
:(
enno. be strong ya.
aku tau rasanya gimana.
if i can do something to make you feel better, just tell me ya.
i'll help you as best as i can..
@shinta: shiiiin, aku ga bs napas tau :p iya, thx ya sayang :)
@wiwit: time heals the pain :)
@owly: peyuk lagi :)
@alil: ah alil.... :)
@ciptanirmala: sweet? padahal menulisnya dgn hati yg pahit lho... :)
@hans: thx ya han.. sptnya kamu pernah kehilangan orang terdekat juga ya? aku ga mau ngerepotin, hans. Dgn adanya kalian semua, aku sdh senang dn ga mrs sendirian :)
mba enno.. be fighter :D
*makasih jg telah menginspirasi hatiku*
makasih kembali, tapi kenapa kamu anonim? :)
terharu hu hu hu
aku terharu baca yang ini..kepengen nagis :'( kalo boleh tau ibu sakit apa No?
Post a Comment