Monday, June 16, 2008

Selimut Kuning


Pada selimut itu sudah kujahitkan semua kenangan ketika kamu dan aku merenda hari.

"Ini ambilah," katanya pada mempelai wanita. "Kado dari aku. Maafkan, aku tidak sempat membungkusnya."

Mempelai wanita menerimanya dengan gembira. Wajahnya berseri-seri karena benda yang diberikan itu begitu bagus dan warnanya kuning. Betapa baiknya si pemberi karena memilih warna kesukaannya!

Dua minggu setelah perkawinannya ia menyadari perubahan pada diri suaminya. Wajah laki-laki itu pias, matanya merah tanda kurang tidur. Beberapa malam belakangan ini, ia sering mendapati suaminya tak ada disebelahnya. Suaminya pindah ke sofa ruang tamu dan tidur di sana.

"Ada apa?" Tanyanya. Suaminya hanya tersenyum dan menggeleng. Namun ia terus mendesak karena penasaran.
"Selimut itu membuatku gatal-gatal," kata suaminya. "Bagaimana kalau diganti saja dengan selimut lain?"
Tetapi menurutnya itu dalih yang mengada-ada. Toh ia baik-baik saja memakai selimut itu. Itu selimut paling cantik yang kini menjadi benda paling disukainya di rumah itu. Ia tidak mau menukarnya dengan selimut lain. Suaminya pasti menyembunyikan alasan lain!

Ia hampir tak tahan lagi. Dua minggu ini tidurnya selalu gelisah dan penuh dengan mimpi tentang masa lalu. Ia dan perempuan itu, yang dulu dicintainya sebagai adik, sahabat dan kekasih. Setiap malam mimpi itu datang. Terutama jika ia tidur dengan selimut kuning kesayangan isterinya itu. Selimut itulah awal segala mimpinya, penderitaan dan penyesalan yang menderanya belakangan ini.

Isterinya tidak mau memakai selimut lain. Padahal kemarin ia sudah membelikan selimut yang hampir sama, berwarna kuning juga. Kini isterinya malah mencurigai dirinya karena sering tidur di sofa. Ia tidak mungkin menceritakan yang sebenarnya kepada isterinya. "Setiap malam aku memimpikan kekasih lamaku." Tidak mungkin kan? Kisah masa lalu itu, meski isterinya juga tahu, berusaha ia simpan rapat-rapat dan tidak dibicarakan lagi.

Jalan satu-satunya adalah bertanya kepada si pemberi kenapa itu bisa terjadi. Apakah ia dikirimi semacam guna-guna? Kalau perlu, ia akan bersimpuh meminta maaf pada mantan kekasihnya jika itu bisa mengembalikan ketenangan tidurnya.
Maka diputarnya nomor telepon yang masih dihapalnya di luar kepala.
"Apa yang kamu lakukan pada selimut itu? Tolong kembalikan ketenangan tidurku. Kenangan masa lalu menghantui aku dan mengingatkan aku pada kesalahanku padamu. Tolong maafkan aku."
Tawa merdu perempuan itu terdengar di seberang sana. "Aku membuat sendiri selimut itu," katanya. "Dengan segenap cinta sekaligus sakit hati kepadamu. Kujahitkan kenangan tentang kebersamaan kita di antara lapisan kainnya. Kenangan-kenangan yang paling indah. Itu sebabnya isterimu ikut merasakan kebahagiaannya dan ketagihan pada sensasinya."
"Tolong ambil kembali selimut itu," pinta laki-laki yang malang itu. "Katakan alasan apapun pada isteriku untuk bisa mengambilnya lagi. Tolong, maafkan aku. Aku memang salah padamu. Tapi jangan siksa aku seperti ini..."
"Tentu saja aku tak bisa melakukan apapun terhadap selimut itu, Har. Aku sudah memberikannya sebagai hadiah perkawinan kalian. Tak mungkin kuambil lagi."
"Tolonglah, In..."

Perempuan itu tertawa lagi. "Kamu bisa membuangnya, atau membakarnya. Terserah. Kamu bisa membuat alasan apapun pada isterimu. Atau kamu bisa berkata jujur tentang apa yang kamu alami. Aku tidak peduli."

Di sofanya yang sudah berminggu-minggu berubah fungsi menjadi ranjangnya, laki-laki itu tercenung. Ia tidak bisa merampas selimut itu dari isterinya dengan dalih apapun. Isterinya akan sedih, menangis dan mungkin malah akan membencinya. Ia sudah menyakiti seorang perempuan. Ia tak mau melakukannya lagi.

8 comments:

Anonymous said...

melupakan masa lalu memang tak gampang..

*boleh saya link blog anda?

Enno said...

kok tau kalo ini masa lalu? hahaha... iya, boleh dilink, nanti dilink balik...makasih ya :)

Anonymous said...

Ngeri.... Slimutnya make jampe-jampe...

Enno said...

supir bemo: hahaha... mungkin juga :))

Meita Win said...

Yang sering baca PASTI tau mana yang masa lalu dan masa sekarang, neng! :D

Bagaimana dengan bahasan libido kemarin? :D

terusin menulis indah yah? Aku lagi mau baca yang melo2 negh...

Enno said...

ahahaha bahasan libido itu bukan aku yg pertama menggulirkan isunya! heuheuheu....
baca yg mellow tapi gak pake nangis kan mei? :)

Anonymous said...

selimut kuning? apa ga panas buat bobo? mending "selimut hidup", ahahahak ...

@blue
minta blognya enno utk di-link sambil kerdip-kerdip mata ya?

Enno said...

ahahaha... mei, mei!!! tanya sama org ini aja nih! yg lagi ngetawain selimut kuningku!!!

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...