Sunday, March 13, 2011

Nepotisme dan Pejabat Alay

Dan mereka beraksi lagi! Yah, itu benar. Setelah mereka pikir saya sudah tidak berkabung lagi (siapa bilang?), mereka kembali dengan ide-ide yang mereka praktekkan sejak saya berumur 25 tahun. Apa lagi kalau bukan 'perjodohan.'

Sigh!

Sebagai latar belakang cerita, keluarga besar saya adalah keluarga yang sangat-sangat peduli terhadap satu sama lain. Terlalu peduli, sehingga kadang-kadang membuat orang penyendiri seperti saya terganggu. Terlalu peduli sehingga mereka mau repot mengurusi hal-hal yang seharusnya privasi. Saya tahu, maksud mereka baik. Keluarga besar saya terdiri dari orang-orang yang tulus dan penuh kasih sayang. Karena merekalah saya kuat setelah Ibu meninggal. Tapi untuk beberapa hal, seperti soal jodoh ini, benar-benar membuat pusing. Hahaha.

Mereka benar-benar tidak ingin membiarkan saya menjalani saja hidup saya dengan santai. Mereka ingin melihat saya bahagia, katanya. Yeah, well. Saya bisa bilang apa? Mereka kan orangtua-orangtua saya juga. Para paman dan bibi, yang ikut mengasuh dan menggendong saya waktu kecil. Fyuh!

Jadi, dimulailah cerita ini.

Seperti sejak dulu terjadi, saya selalu setuju berkenalan dengan siapapun yang mereka sodorkan. Kenalan saja. Gampang kan? Ujung-ujungnya kan saya punya seribu alasan untuk menjauh atau bikin gara-gara kalau laki-laki itu tidak menyenangkan. Atau kalau ternyata orangnya baik, saya dengan sopan akan mengajaknya berteman saja. Sejauh ini itu selalu berhasil. Hehehe.

Laki-laki ini, kata bibi saya, akan menelepon saya duluan. Baiklaaah, kata saya. Apa susahnya bicara di telepon. Lalu sorenya memang ada telepon masuk ke ponsel saya.

Anehnya, si penelepon mengaku sebagai atasan laki-laki itu di kantor mereka, sebuah instansi pemerintah tingkat provinsi. Saya terheran-heran. Lebih terheran-heran lagi ketika percakapan selanjutnya ia membicarakan tentang dirinya (yang mana juga masih lajang), bukan tentang anak buahnya tersebut.

Helloooow.... elu maksudnya mau nyomblangin atau mau narsis sendiri?

Saya masih melayani obrolannya itu, dengan perasaan yang semakin lama semakin heran dan muak. Soalnya dia membanggakan dirinya sudah bisa menjabat sebagai kepala instansi tingkat provinsi dalam usia semuda itu (usianya sama dengan saya).
"Oh, hebat dong," sahut saya datar. Dia pikir saya jenis perempuan yang gampang tertarik pada jabatan mentereng atau gaji yang besar. Dia pikir saya cewek rendahan yang matrialistis. Ya ampun! Penghinaan besar buat saya!
Tapi dia tidak merasakan nada saya yang dingin, malah terkekeh-kekeh ge-er. "Yah, begitulah."
"Ngomong-ngomong, kok yang mau kenalan sama saya nggak menelepon saya? Dia kerja di bagian apa ya?" Saya mencoba memancing pembicaraan ke arah subyek.
"Ah, dia sih bisa dibilang pembantu saya. Golongannya juga masih kecil."

Saya geleng-geleng kepala. Astaga! Dia menjelek-jelekkan anak buahnya sendiri, yang seharusnya berkenalan dengan saya. Ini jelas-jelas sabotase.

"Eh, kirim foto kamu dong," kata si atasan brengsek. "Sekarang juga."
"Maaf, saya nggak mau," jawab saya datar, menahan sumpah serapah di ujung lidah. "Seumur hidup saya nggak pernah ngasih foto ke orang lain. Nggak penting juga kan."
"Kok gitu sih?" Sepertinya dia agak tersinggung.
"Ya memang begitu."
"Kalau gitu punya fesbuk?"
"Saya nggak punya."
"Saya boleh ke rumah kamu?"
"Sama X, anak buah kamu itu?"
"Kalau nggak sama dia ya mungkin sendiri."

Ini jelas-jelas sabotase, dan saya tersinggung berat. Memangnya saya apa? Barang?

"Mudah-mudahan aja saya lagi di rumah. Soalnya sekarang saya sering ke luar kota. Sering banget malah." Saya tidak mungkin bilang tidak boleh. Kita tidak bisa melarang orang yang ingin bersilaturahmi kan?
"Jadi kamu nggak mau kasih foto nih?"
"Nggak."
"Saya nggak pernah melihat perempuan dari fisik, kok," ocehnya.
"Itu kan Anda. Kalau anak buah Anda itu gimana? Anda kan tidak berkepentingan dalam hal ini." Akhirnya keluar juga judes saya. "Jadi sebenarnya yang mau kenalan sama saya itu Anda atau anak buah Anda sih? Kok nggak jelas banget ya?"
Dia terdiam. Sepertinya pertanyaan saya menohoknya. Akhirnya dengan suara melemah ia beralasan ada tamu dan harus menyudahi percakapan.
Hah! Kena dia! Baru tahu rasa!

Lihatlah. Ini kedua kalinya saya bertemu dengan penyabot seperti dia. Masih ingat kisah cinta saya di masa awal saya kuliah kan? Tapi laki-laki ini lebih nista, karena dia menggunakan jabatannya yang lebih tinggi untuk berbuat culas.

Tidak berapa lama kemudian, ia mengirim pesan pendek. Sebuah ucapan terima kasih atas percakapan tadi, dan ditulis dalam bahasa alay.
Bahasa ALAY, saudara-saudara!

Bagaimana negara ini bisa maju, kalau pejabatnya ternyata alay? Nah, silakan pikir sendiri.

Belakangan ketika saya ceritakan ini pada bibi saya, saya akhirnya tahu si brengsek itu anak salah satu kepala daerah di Indonesia. Pantaslah semuda itu sudah jadi pejabat tingkat provinsi. Ternyata karena nepotisme.

Bergaya alay, nepotisme pula. Benar-benar bangsat birokrasi!
____________________

Kejadian ini saya ceritakan untuk menunjukkan moral sebagian pejabat kita. Mereka ternyata tidak cuma korupsi uang, tapi juga korupsi 'perjodohan' orang lain. Benar-benar memprihatinkan.


foto dari sini



Image and video hosting by TinyPic

15 comments:

Arman said...

hahaha kok aneh banget sih no...

lagian itu cowok yang mau kenalan ama lu, ngapain juga dia ngasih nomor telp lu ke atasannya ya? aneh... hehehe

Hans Febrian said...

wadoh.
mudah-mudahan bukan lulusan ipdn nih.
jangan bikin malu almamater.
hehe.
anak pejabat memang rata-rata gitu enn. sombong, congkak, sok berkuasa. wajar lah, dari kecil biasa idup senang, gak pernah ngerasain susah. jadi selalu nganggap orang lebih rendah dari dia.

eh btw aku calon birokrat loh enn,
tapi aku gak alay, hehehe :p

Hennyyarica said...

amit-amit jabang bayiiiiii...
mau ngeluarin omelan-omelan juga, tapi ingat lagi hamil..jadi yang keluar istighfar doang.

untung aja dia nelpon mbak enno, bukan nelpon aku. kalo nelpon aku dan bilang itu atasan si cowok yang mau dijodohin, dari pertama udah aku tutup teleponnya. hahaha

tampumargana said...

hahahaha,,,,,,wahh,wah,,,,,
aq sedikit mendukung orangtua-orang tua mba enno,tp dalam hal si "atasan" keturunan nepo itu wah,,biar aq cow yang ini adalah virus yang paling merusak,,, bicara soal instansi negara ini????
kita sebagai rakyat pembayar pajak setidaknya yakin kalau para plat merah itu sibuk membagi2 uang kita itu saja,tanpa imbal balik,,beginilah kalau di pimpim jenderal kantoran,,buakn jenderal rimba,,(materalistis+KKN+sibuk dengan partai dan koalisi bagi2 kursi),,

Enno said...

@arman: tau tuh, ga jls bgt! rese! gw tersinggung berat, emangnya gw barang apa, dioper2! dikira gw jg bakal doyan kali dijodoh2in gitu... hihi jd ngomel2 lagi deh gueee :))

@hans: hahaha mudah2an aja bkn ya... aku percaya klo kamu jd pejabat kelak gak bakal rese kayak tu org :D

@henny: ehehe dr awal kan aku jg sebenernya dah ogah dikenalin, jd nyantai aja pgn tau ni org2 maunya apa. lama2 kan aku semprot juga tho? :))

@tampu: wah ga sampe sepolitis itu sih pikiranku :)

Apisindica said...

halooo...ini enno yah??

Saya Apis. Saya peneliti di salah satu lembaga riset negara, yah meskipun jabatan dan golongan saya belum tinggi tapi proyek saya banyak lho! Mau kenalan nggak? Hahahaha (PASTI DITAMPAR MBAK ENNO)

aduh mbak, yang begitumah harusnya dikerjain ajah jangan dijutekin. Biar nyahooo... :)

sayamaya said...

aku geli dengan kalimat kamu yg ini: Tapi laki-laki ini lebih nista.

nista, hehehe selain geli kurasa memang itu yg pantas utk laki2 itu.

eneg bgt ya sm org2 spt itu. ngaku hebat pdhl ngemis dr ortu, pengguna bhs alay pula. he is the big no no. no wonder klo negara kt begini -.-"

-Gek- said...

kok bisa2nya sih... lagian mbak, bahasa alay tu kayak apa yaa???

syukur deh, mbak Enno judes kek saya.. hihihi.

*btw mbakk.. kok dijodoh2in sih? kan mbak udah punya :K: masih kah sama dia? dia di Jepang kah? semoga tidak terkena bencana.

I pray too for Japan..

Curly_t@uRus said...

yang sabar ya non,,,tapi tetup ngomel juga gpp lah,,,jangan dipendem..ntar bisulan,,hihiih

ceuceu,,,ceuceu..miss u ihhhh...:)))
pkbr dirimuh?

Enno said...

@apis: hehehe males ah buang waktu ngerjainnya... :P

@maya: iyaa... menjijaykan deh may pokoknya.. untungnya aku ga muntah2 abis ngobrol sm dia :))

@gek: yaaah... perjodohan itu dah kayak tradisi di keluarga aku hehe... jd aku sih iya2 aja drpd brantem. toh entar jg kuafkir... lagi no comment soal K :) tp dia kan di inggris, jd ga kena gempa gek ehehe...
oh iya bahasa alay tu yg suka dipake abege2 itu, yg singkatan2nya aneh2.. tau kan? :D

Enno said...

@maya curly: kabar baik... mknya ngomel, drpd bisul :)

Lia said...

hihi, lucu bener.

soal perjodohan, saya juga ga setuju mbak, tujuan yg baik, tapi kita punya pilihan kita sendiri toh?

emang orang rumah ga tau mbak sama mas ken yang di inggris itu? hihi.

soal pejabat, no comment ah, sedari dulu saya udah ga suka. :D

btw, judul postingan mbak ttg mas ken apaan aja sih?
pengen bacaaa... >.<

Ceritaeka said...

Tapi gak semua pejabat begitu lho no.. bener deh..
*nasib pegawai negeri*

Enno said...

@lia: hehehe klik aja label 'spring' :)

@eka: ini lu lagi ngebelain boss lu ya ka? wkwkwkwk

Gloria Putri said...

aq baru baca2 arsip mu No (kan jadi follower mu jg baru)
"sejak saya berumur 25 tahun"
jadi umur mu uda lebih dr 25?
harusnya saya panggil km mba dong :) mba enno hehehe...
wah aq gemes baca yg ini..klo aq jd kamu mba, pasti aq uda judes dari awal deh...hehehe...sering jg ni dpt tlp dr org maw kenalan tp ngeselin kayak gn...ckckckckck

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...