Siang itu ada yang kurang. Kamu. Tak ada bersamaku.
Percakapan konyol mengalir di ruang maya. Di kotak segi empat antara aku dan adikku, dan seorang teman kalian.
Hari itu aku mengkhawatirkan adikku. Ia masih saja tertawa-tawa tanpa dosa, sementara temannya bilang ia sangat pucat.
"Dia kenapa?" Tanya teman kalian itu. "Sakit ya?"
Aku menyuruhnya bertanya sendiri pada si tukang cengengesan itu.
Di luar langit mendung. Tetapi obrolan kami jauh dari suram. Adikku menertawakan fotoku yang berpose di rumah. Belum mandi, baru saja bangun tidur. Dengan celana boxer kesayangan.
"Montok amat kau! Aku mau kasih komentar. Tapi nanti. Di belakang Pak Rudy lagi ngintip," katanya.
"Halo Pak Rudy! Jangan ngintip melulu, nanti bintitan!"
"Halo," sahutnya. "Apa kabar Enno? Akhirnya mengobrol juga dengan si Bidadari Jatuh."
"Hey, MOFC sedang ditinggal grand masternya ya?"
Percakapan konyol mengalir di ruang maya. Di kotak segi empat antara aku dan adikku, dan seorang teman kalian.
Hari itu aku mengkhawatirkan adikku. Ia masih saja tertawa-tawa tanpa dosa, sementara temannya bilang ia sangat pucat.
"Dia kenapa?" Tanya teman kalian itu. "Sakit ya?"
Aku menyuruhnya bertanya sendiri pada si tukang cengengesan itu.
Di luar langit mendung. Tetapi obrolan kami jauh dari suram. Adikku menertawakan fotoku yang berpose di rumah. Belum mandi, baru saja bangun tidur. Dengan celana boxer kesayangan.
"Montok amat kau! Aku mau kasih komentar. Tapi nanti. Di belakang Pak Rudy lagi ngintip," katanya.
"Halo Pak Rudy! Jangan ngintip melulu, nanti bintitan!"
"Halo," sahutnya. "Apa kabar Enno? Akhirnya mengobrol juga dengan si Bidadari Jatuh."
"Hey, MOFC sedang ditinggal grand masternya ya?"
"Dia sedang mengasah katana," celetuk adikku.
MOFC, klub konyol kalian itu, kutasbihkan menjadi partai. Kamu, ya kamu, Sayang. Kamu ketua partainya. Pak Rudy sekretaris jenderalnya. Adikku si kodok berlari ke meja musuh bebuyutannya meminta jatah kue. Lalu tinggal aku dan Pak Rudy sibuk tertawa.
Ah, tapi aku masih saja mengkhawatirkan adikku.
Siang itu, aku berharap kamu ada. Aku ingin membagi resahku. Aku ingin kamu menguatkanku.
Hujan turun perlahan. Aku tak tahan ingin menangis. Kuucapkan selamat tinggal pada Pak Rudy. Dalam gerimis, aku menuju arah pulang. Berharap kamu pun melakukan hal yang sama: menuju arah pulang.
_________________________
Pulanglah, banyak yang harus dikisahkan.
MOFC, klub konyol kalian itu, kutasbihkan menjadi partai. Kamu, ya kamu, Sayang. Kamu ketua partainya. Pak Rudy sekretaris jenderalnya. Adikku si kodok berlari ke meja musuh bebuyutannya meminta jatah kue. Lalu tinggal aku dan Pak Rudy sibuk tertawa.
Ah, tapi aku masih saja mengkhawatirkan adikku.
Siang itu, aku berharap kamu ada. Aku ingin membagi resahku. Aku ingin kamu menguatkanku.
Hujan turun perlahan. Aku tak tahan ingin menangis. Kuucapkan selamat tinggal pada Pak Rudy. Dalam gerimis, aku menuju arah pulang. Berharap kamu pun melakukan hal yang sama: menuju arah pulang.
_________________________
Pulanglah, banyak yang harus dikisahkan.
8 comments:
Owww... sedih banget...
walaupun gw ngga berada dalam kondisi saat itu, tapi gw bisa merasakan obrolan dari hati ke hati yang akhirnya made ur tears couldn't wait to drop...
sebetulnya gak sedih2 banget kok bro... gue lagi nguatirin adek gue yg lagi sakit...
rasanya pengen buruan crita sama kenzo... well, menurut gue dia hrs tau.
iya, ketawa2 cerita jorok pasti tu...
rudi getoo....
wakakaka
yeee.... enggak tuh! :P
menjelang hujan?
ya sedia payung atuh!
:P
hahaha iya betul :D
pulang yuk...pulang, keburu hujan!
sayonara everybody!
eh elsaaaa.... blanjaannya ketinggalan! hehe
Post a Comment