Thursday, May 22, 2008

Sebungkus Kacang di Atas Meja

Ada yang meletakkan sebungkus kacang di atas meja. Kacang telur yang aku suka. Sudah kutanya punya siapa. Mereka bilang makan saja. Jam sembilan malam, kumakan kacang itu sendirian di balkon depan kamar. Sebutir demi sebutir, mengecap rasanya yang manis gurih.

Butir pertama. Pesan pendek itu datang. "Katanya mengajak kencan? Kenapa tidak ada kabarnya?"
Aku menggeleng dan tertawa. Kukirim jawaban segera. "Kencan? Kita pakai istilah bertemu saja. Sebagai teman. Aku mau saja bertemu, tetapi bukankah kemarin kamu bilang jadwalmu tak pasti. Dan kamu tidak mau mentraktir, padahal aku sedang ingin ditraktir. Memangnya kapan kamu pulang?"
"Aku pulang dengan pesawat besok pagi. Ya sudah kalau begitu. Terima kasih ya..."
"Hey, kok pasrah? Kalau demi si A itu pasti kamu akan mengajak dia setiap hari. Ya sudah terserah. Tidak masalah kalau kita tidak jadi bertemu."

Butir kelima. Tak ada balasan dari dia. Aku tahu dia pasti terluka. Entah sudah berapa kali aku omeli dia. Dan selalu menyebut nama perempuan lain itu sesering yang aku bisa. Memuaskan rasa marahku atas semua kebohongan yang pernah ia lakukan ketika kami masih bersama.

Butir kesepuluh. Sebuah telepon masuk. Seorang teman, bukan dia. "Baru pulang nonton bola nih! Indonesia-Bayern Muenchen. Satu-lima untuk Bayern. Rute pulang kan lewat Senayan, kenapa tadi tidak turun dan nonton dulu?"
"Capek sekali. Menonton di tivi saja. Lagipula sudah pasti kita kalah. Kamu cuma mau laporan itu?"
"Aku foto bersama dengan Oliver Kahn!"
"Kiper favoritku sejak Piala Dunia 2002! Ah sial, bikin ngiri saja!"

Butir terakhir. Pesan pendek lagi. "Lihat keluar. Bulan purnamanya indah sekali."
"Asal tahu saja, bulan itu sedang menemaniku makan kacang."

Pagi ini, aku terbangun awal sekali. Kudengar dengung pesawat di langit sana. Berlari ke balkon, aku melambaikan tangan. Itu pasti dia, menumpang pesawat paginya. Pulang ke pulaunya lagi. Menuju belantara yang lebih dicintainya daripada aku.

9 comments:

Anonymous said...

Banyak yang keren di blog ini. Kamu penuh bakat, Enno. Sesekali mampir di blogku ya, di http://arieffirhanusa.blogspot.com.

Arief Firhanusa said...

Banyak yang keren di blog ini. Penulisnya penuh bakat, nulisnya penuh energi.

Sesekali mampir di blog saya, http://arieffirhanusa.blogspot.com.

Thanks ya Enno.

Enno said...

makasih ya... blog kamu juga asik tuh... :)

Anonymous said...

wah abis disambangi yah mbak ..?? :)

Anonymous said...

Dahsyat!! penuturannya hebat. gayanya mantab!!

Enno said...

tintin: habis ditelpon sebenarnya :)

blue: makasih, sering2 mampir ya :)

abhe: ya jelas sudah tau, nama2nya gamblang disebutkan dan dikau kenal orang2nya hehehe :p

Anonymous said...

Kok kacangnya ga bagi-bagi sih mbak?hehehhe...
Senangnya bisa main-main kesini lagi :)

Teuku Zulfikar Amin said...

No...
Tiap gw dtg ke sini...Gw tmbh pgn aja nh bisa nulis ky kamu. . .
Cuma trnyata ga bisa.
Hiks...
Ini bakat ato usaha yaa?

Enno said...

ijul, aku dah nulis sejak SD :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...