Thursday, February 7, 2008

Teraniaya Sepi

Pagi ini aku terbangun dengan enggan. Ini hari libur yang paling mengesalkan. Kamu bahkan tidak bisa meluangkan sepotong harimu untukku.

Oh, selalu saja begitu. Tidak bisakah aku meminta sepenggal interval dalam hari-hari sibukmu untuk kita saling melepas canda? Aku bahkan tidak berani menuntut rindu, meski perasaan itu menggunung dan nyaris meletus seperti Krakatau seribu tahun yang lalu.

Pagi ini, segelas kopi dan sepotong roti bakar di samping ranjang, dan sebuah novel yang terbuka di halaman 30 sejak dua hari yang lalu, menjadi temanku. Berkeluh pada tembok krem yang balik menatapku dingin. Dan sisa hujan semalam mengirimkan hawa beku.
Selimutku jatuh entah kemana. Aku malas melongok ke kolong ranjang, karena ada hantu di sana semalam.
Ponsel di tanganku tak kunjung berdering dan aku enggan memutar nomormu duluan. Meski sekedar memastikan.
Lebih baik begini saja. Membiarkan diri teronggok seperti besi.
Pagi ini, kamu seharusnya mengerti. Bahwa aku teraniaya sepi.

1 comment:

Gloria Putri said...

klo sepi lari kehutan berteriaklahh, atau pecehkan saja gelasnya biar gaduh sampai mengaduh...

hahahaha

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...