Tuesday, March 15, 2011

Blabbering: Letters from Iwo Jima

Gunung Suribachi tidak bisa dipertahankan lagi.

Saigo gemetar mendengar perintah komandannya, Kolonel Adachi, untuk melakukan harakiri bersama-sama. Satu per satu teman-temannya dan sang komandan meledakkan diri dengan granat. Tinggal dirinya dan Shimizu. Tapi Saigo tidak mau mati. Ia ingin pulang dengan selamat kepada isteri dan anak perempuannya yang lahir saat ia di medan perang.

Prajurit Saigo tidak pernah bermimpi harus meninggalkan toko roti dan isterinya yang sedang hamil demi menjadi prajurit dalam peperangan yang tidak ia mengerti. Suatu hari, ia menemukan dirinya sedang menggali pasir di pantai Iwo Jima sambil menggerutu.
"Biarkan saja tentara Amerika mengambil pulau ini. Biarkan saja. Untuk apa kita susah payah menggali kanal di pantai ini kalau akhirnya akan kalah dan mati juga!" Alhasil ia dicambuki komandan peletonnya karena dianggap tidak patriotik.

Letnan Jenderal Tadamichi Kuribayashi, sebelum pecah Perang Dunia II, adalah perwira yang dihormati, bahkan oleh kawan-kawannya para perwira Amerika dimana ia pernah tinggal selama beberapa waktu. Beberapa perwira bawahannya menganggapnya lemah dan pro Amerika. Padahal berkat akal cerdiknyalah mereka membangun gua-gua di pulau tandus Iwo Jima untuk menahan serangan Amerika. Setidaknya pertahanan itu menyulitkan lawan dan menewaskan puluhan ribu tentara Amerika.

Letnan Kolonel Tadaichi Nishi adalah seorang bangsawan dan atlet berkuda peraih emas Olimpiade. Sang baron yang berjiwa humanis bahkan memerintahkan anak buahnya merawat seorang prajurit Amerika yang terluka dalam baku tembak mereka.

Prajurit Shimizu adalah seorang mantan Kempeitai (polisi militer) yang dicurigai teman-teman satu batalionnya dikirim untuk memata-matai mereka yang dianggap tidak patriot. Sesungguhnya ia orang yang berhati baik. Dikeluarkan dari Kempeitai karena membangkang perintah untuk membunuh seekor anjing.

Saat itu, Februari sampai Maret 1945, Iwo Jima menjadi neraka. Ladang pembantaian. Lebih dari 20 ribu prajurit Amerika tewas, jumlah korban yang sama di pihak Jepang. Setelah lima hari bertempur, pasukan Jepang bertahan tanpa air dan hanya makan serangga dan cacing. Tapi mereka tetap menulis surat ke rumah meski tahu surat-surat itu tidak akan pernah sampai.

...........

Saya menemukan film ini, Letters from Iwo Jima, tanpa sengaja di deretan film-film lama di penjual DVD langganan saya. Ini film keluaran tahun 2006. Si abang penjual yang biasanya cerewet bahkan tidak merekomendasikan film ini. Anehnya, saya yang masih prihatin atas musibah gempa dan tsunami di Jepang tiba-tiba ingin sekali menontonnya. Saya punya perasaan, film ini bukan film sembarangan. Film yang mendapatkan 4 nominasi Oscar dan memenangkan satu Oscar. Disutradarai Clint Eastwood dan Steven Spielberg.

Tapi bukan itu yang membuat saya jadi ingin membeli. Saya ingin mencari semangat pantang mundur orang-orang Jepang yang terkenal itu di film ini. Agar saya bisa meyakinkan diri saya sendiri, mereka yang saat ini tertimpa musibah di sana pada akhirnya akan baik-baik saja. Kembali menghadapi hidup dengan berani. Menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Saya selalu percaya itu, guys :)

Tahu nggak, film ini keren banget! Di film ini saya menemukan semua kebaikan yang bisa ditemukan bahkan di saat dunia menjadi neraka. Saigo yang mencintai keluarganya dan tak pernah kehilangan harapan untuk pulang dengan selamat, Kuribayashi yang menghargai anak buahnya, Nishi yang mencintai sesama manusia, Shimizu yang rela dikeluarkan dari dinas daripada harus menjadi manusia yang kejam.

Jepang memang pernah menjajah Indonesia. Dulu. Sebagian dari mereka melakukan hal-hal yang kejam. Semua fakta sejarah itu setidaknya menimbulkan sentimen dalam kadar tertentu. Bahkan murid-murid SD saya yang saya ajari menulis pun berpendapat 'penjajah Jepang jahat' dalam karangan mereka menjelang ulang tahun proklamasi tahun lalu.

Tapi saya cuma ingin bilang, mungkin sesekali kita harus melihat dari sudut pandang berbeda, melihat lebih dekat. Diantara yang jahat selalu ada yang baik. Terkadang jumlahnya lebih banyak.

Adik saya berkomentar, "Ternyata tentara-tentara Nippon itu banyak yang terpaksa ikut wajib militer ya? Banyak yang nggak ngerti disuruh perang untuk apa. Mereka sebenarnya korban politik pemerintahnya."

Menurut saya, ini tentang sudut pandang. Orang-orang Sunda membenci Gajah Mada yang pasukan Jawa-nya menumpaskan kerajaan sunda dan keluarga Dyah Pitaloka dalam Perang Bubat. Tapi lihatlah dari sudut pandang Gajah Mada, yang merasa harus melakukan itu. Menundukkan kerajaan-kerajaan di Nusantara agar bersatu di bawah payung Majapahit untuk menahan invasi Kekaisaran Cina yang dikuasai Mongol.

Orang-orang Vietnam membenci tentara-tentara Amerika yang mengobarkan perang di tanah air mereka. Tapi tahukah mereka, tentara-tentara itu juga benci datang ke Vietnam? Mereka tahu perang itu sia-sia dan hanya membuat mereka dikirim pulang dalam kantong mayat atau dalam keadaan tidak waras akibat senjata kimia.

Hubungan Korea Selatan dan Utara selalu meruncing. Masing-masing merekrut anak-anak mudanya dalam program wajib militer. Tapi apakah anak-anak muda itu ikut dengan sukarela? Setidaknya seorang teman saya, mantan jurnalis yang pernah ikut wajib militer berkata, bahwa semua itu sia-sia dan tak dimengerti. Bahwa mereka semua sebetulnya ingin kedua pemerintahan berdamai saja.

Letters from Iwo Jima adalah sebuah sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang para prajurit yang terjebak dalam kewajiban yang tak mereka mengerti dan menjadi korban politik pemerintah yang egois.

"Kau boleh pilih, Shimizu. Mati bunuh diri di sini bersama mereka, atau kita bisa melanjutkan perjuangan dengan pasukan Kuribayashi di sisi gunung sebelah sana. Jawab!"

Masih ada harapan untuk berjuang. Selalu ada harapan untuk selamat dan keluar dari neraka ini untuk pulang ke rumah. Itulah yang dimaksud Saigo.

...................

Film ini merupakan kelanjutan film Flags of Our Fathers yang bercerita tentang pertempuran yang sama, namun dari sudut pandang tentara Amerika Serikat. Keduanya merupakan hasil Proyek Iwo Jima yang berusaha menceritakan Pertempuran Iwo Jima dari sudut pandang masing-masing pihak yang berperang. Film ini produksi Amerika Serikat, tapi hampir keseluruhan dialog dalam bahasa Jepang.

Untuk penggemar film saga, perang, dan epik yang belum menonton, film ini highly recommended. Buat teman-teman cowok, ini film cowok banget lho! Hehehe...

____________________

Trivia:

  • Film ini dibuat berdasarkan buku "Gyokusai Soshikikan no Etegami" (Picture Letters from Commander in Chief) yang dirangkum dari surat-surat Jenderal Tadamichi Kuribayashi dan buku "So Sad To Fall In Battle: An Account of War" karya Kumiko Kakehashi.
  • Surat-surat Jenderal Kuribayashi ditemukan di gua saat diadakan penggalian di Iwo Jima oleh para arkeolog.
  • Pemeran Kuribayashi adalah aktor Hollywood keturunan Jepang, Ken Watanabe dan pemeran Saigo adalah Kazunari Ninomiya, salah satu personel boyband Arashi yang ngetop di Jepang.

    Jenderal Tadamichi Kuribayashi (Ken Watanabe)

    Prajurit Shimizu dan Prajurit Saigo

    Iwo Jima saat ini

    Enjoy the movie!

    Image and video hosting by TinyPic

    16 comments:

    sayamaya said...

    kurasa memang benar bahwa para prajurit2 perang itu tak sepenuhnya senang hati pergi bertempur. surat2 yg mereka kirimkan meski tau tak akan sampai ke tangan org yg dimaksud adl bukti konkrit betapa mrka sangat ingin pergi dari tempat pertempuran.

    baik buruknya negara, rasanya tetap saja tak pantas dihakimi ya. apalagi dikaitkan dgn bencana tsunami. tapi, pembantaian lumba2 di taiji msh membuatku miris. hehehe...

    Apisindica said...

    nonton pelem ini memang membakar semangat patriotisme. tentu saja apabila ditilik dengan sudut pandang yang berbeda.

    Untung di Indonesia nggak ada wajib militer yah? kalau ada bisa gawaat! perawatan kulit mahal. Hahaha *PLOK

    TS Frima said...

    saya dengar filmnya bagus, tapi belum pernah nonton sendiri.

    empe said...

    oooo saya suka sekali film ini :D

    referensi dari ane, coba nonton seven years in tibet, pemerannya brad pitt. mendapatkan beberapa penghargaan, asli keren mbok!

    putuindarmeilita.blogspot.com said...

    jangan lupa nonton "Flag Of Our Fathers".
    Bakal miris nontonnya. Settingnya 'perang Iwojima" juga...

    Merliza said...

    ya bukannya memang demikian mbak?!? sewaktu zamannya wajib militer, siapapun yg merasa dirinya muda dan laki2... harus angkat senjata.. gak hanya di Jepang aja sih :(

    Arman said...

    gua gak pernah suka nonton film perang no. menurut gua suasana perang itu selalu menyeramkan dan suram. bikin hati jadi gak enak. mendingan gua nonton film horor dah. hehe.

    Enno said...

    @maya: iya, aku jg prihatin soal pembantaian lumba2 taiji... sama prihatinnya dgn pembantaian lumba2 di faroe island denmark. mengatasnamakan tradisi utk perbuatan sadis? sori kalo aku bilang: mereka org2 sakit.

    @apis: hahaha kayaknya cuma apis bakalan jd satu2nya tentara wamil yg rajin facial dan luluran, yes? :))

    @ra-kun: nonton dong, tuh kan dah dikasih link donlodnya :)

    @empe: iya lagi nyari... skalian nyari film Nanking. itu jg bagus katanya...

    @lita: klo film itu udah ditonton duluan lit, tapi tetep aja lbh seru letters from iwo jima :)

    @merliza: tapi dulu jaman perang di indonesia, ga ada wajib militer kan? :)

    @arman: hahaha... rajanya film horor yaaa :))

    @

    Zippy said...

    Wah..saya belum pernah nonton tuh.
    Kayaknya oke juga ya filmnya, apalagi dilihat dari resensi yang ditulis.
    Ah...perang...perang :D

    putuindarmeilita.blogspot.com said...

    iya, sih. emang lebih seru Iwojima, Flag Of Our fathers lebih menyedihkan pasca perangnya... dan kenyataan setelahnya...

    -Gek- said...

    Imo Jiwa itu sebuah pulau toh... saya baru tau. :)

    Enno said...

    @zippy: nonton aja, tuh udah ada link donlodnya :D

    @lita: yg versi amerikanya lebih nyeritain sisi politis perang itu bagi amerika :)

    @gek: hehehe... sekarang jd tau kan gek :P

    Hans Febrian said...

    waaa. keren keren.
    as always, aku selalu ketinggalan beberapa kilometer di belakang.
    jangankan nonton, dengernya aja baru sekarang enn. wkwk :D
    ntar aku download deh.
    okei okei.
    btw aku nggak setuju sama program wajib militer. itu sama saja memperkosa hak orang untuk memilih apa yang mereka inginkan.
    ya to en?

    Enno said...

    hans! hihihi... ayo nonton!!! bagus bangeeeeetsss!!!

    iya bener, aku jg ga setuju wajib militer! tos dulu kita!
    :)

    Anonymous said...

    film ini sangat bagus, berulang kali kuputar tak bosan juga, apalagi saat2 background surat yang dibaca..dan music nomer 1

    Enno said...

    iya bagus ya... aku jg ga bosen nonton lagi...

    :)

    Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...