Friday, November 16, 2007

Si Imut Yang Senang Mengomel

Pagi yang cerah. Langit biru bersih dan awan-awan seputih kapas memantulkan cahaya mentari pagi. Badai semalam telah mencuci bumi. Pepohonan tumbang di sana-sini, telah disingkirkan ke tepi jalan, menunggu petugas kebersihan mengangkutnya untuk dibawa ke tempat pembuangan.

Dua gadis kecil itu duduk manis dalam angkot. Keduanya imut dan cantik. Yang satu berambut pendek. Matanya bulat besar dengan bulu mata panjang dan lentik. Pipinya tembam kemerahan. Bibirnya melengkung ke bawah, menampakkan ekspresi cemberut yang manis. Yang satu lagi berwajah ayu. Rambutnya panjang sebahu. Hidungnya kecil mancung dan bibirnya mungil. Matanya agak sipit, dengan ujung-ujung yang naik ke atas seperti mata kucing. Bersinar-sinar ketika dia tersenyum mendengar celotehan temannya.

Mereka berpakaian bebas, dengan tas kecil di pangkuan. Berangkat ke tempat les.

“Kemarin waktu kamu ulangtahun, anak-anak kelas A kepingin dateng tuh…,” kata si Mata Bulat.
“Iya, aku tau,” sahut si Mata Kucing.
“Si Desi tuh nanya-nanya terus. Kayaknya dia pingin dateng juga deh.”
“Makanya, kalo ulangtahun dirayain dong kayak aku.”
Si Mata Bulat mencibir. Mukanya yang manis berubah jutek. “Biar aja mereka nggak diundang. Habis suka ngatain aku sih. Biar tau rasa. Mampus!”
Si Mata Kucing tersenyum ragu mendengar omelan itu. Dia bukan anak yang judes seperti temannya.
“Kemarin kamu ulangtahun kesebelas ya?”
“Iya.” Si Mata Kucing mengangguk bangga.
“Aku nanti baru mau ulang tahun kesepuluh.”
“Kamu baru sepuluh? Bukannya sebelas?”
Si Mata Bulat yang ceriwis itu tertawa. Ekspresi mukanya jumawa. Sesaat dia tampak lebih tua dari umurnya. “Tahun ini aku sepuluh. Tahun depan sebelas. Tahun depannya lagi duabelas deh.” Rupanya dia tak sabar segera menjadi besar.

Angkot melewati sebuah gedung kantor besar yang bagus. Si Mata Bulat kembali menjadi anak-anak. Dia menunjuk-nunjuk ke luar jendela. “Hei lihat deh, kantor itu kayak istana ya?”
“Kayak rumah Barbie.”
Lalu si Mata Bulat mencibir lagi dengan gayanya yang sok tua. “Ngapain sih bikin kantor aja kayak istana.”
Temannya yang pendiam cuma tersenyum.

Si Mata Bulat menyelonjorkan kakinya dengan santai. “Nanti kamu mau masuk SMP mana?”
“Belum tau.”
“Aku disuruh tanteku sekolah di boarding school. Tapi jauh, di Bogor. Kalo enggak ya di sekolah lain, tapi tetep di Bogor. Tapi insya Allah mudah-mudahan nggak jadi. Biar aku di sini aja, selamaaaaa-lamanya…”
Lalu dia melipat kedua lengannya di dada. Bibirnya cemberut, matanya berkilat-kilat. Wajahnya tampak jengkel.
“Kamu tau nggak, aku degdegan nih naik ke kelas lima. Aku takut dikatain anak-anak lagi. Kayaknya setiap naik kelas aku selalu sial deh. Lagi TK, aku dikatain. Pas kelas satu, dikatain. Naik kelas dua, lama-lama dikatain. Kelas tiga juga dikatain. Sekarang kelas empat, dikatain lagi. Aduuuh, jangan-jangan naik kelas lima dikatain lagi. Aku males banget nih. Kenapa ya aku dikatain terus?”
Si Mata Kucing tersenyum sabar. Dia tak keberatan mendengar celoteh temannya itu. Memang butuh kesabaran untuk berteman dengan si Mata Bulat, karena dia begitu cerewet, banyak komentar dan kelihatan lebih tua dari umurnya yang belum tepat sepuluh tahun. Mungkin sifatnya yang ‘tua’ itulah yang membuat teman-teman lainnya sebal dan mengatai dia.

“Nanti mau ikut main ke rumah temenku yang namanya Mamas nggak?” Dia bertanya pada temannya yang kalem.
“Mau.”
“Mudah-mudahan aja si Eja nggak lagi jam istirahat. Nanti dia ngeliat kita pas ke rumah Mamas. Si Eja kalo jam istirahat suka pulang dulu ke rumah. Rumahnya deket rumah Eja. Aku sebel sama dia. Dia kan suka ngatain aku.”
“Kok namanya Mamas sih?”
Si Mata Bulat kembali bersidekap dengan takzim dan mulai menerangkan. “Namanya Akbar. Tapi dia udah kelas lima. Jadi aku manggilnya Mamas deh.”

Angkot yang mereka tumpangi sudah hampir mendekati tempat les mereka. Abang sopir yang tampaknya sudah mengenal mereka, menghentikan angkotnya tepat di depan gang masuk. Keduanya turun. Masing-masing mengangsurkan selembar seribuan. Lalu bergandengan tangan menyeberang jalan.

Dua gadis kecil cantik itu pun menghilang ke dalam gang.

foto dari sini



1 comment:

Gloria Putri said...

ni pengalaman dlm angkot ya mba?
hehehhehe

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...