Matahari yang bersinar pagi hari selalu mengingatkanku padamu. Pada banyak hal yang ingin kusampaikan padamu namun terendap hujan kemarin malam.
Mimpi-mimpiku tentangmu selalu nyata meski tak berwajah. Aku berdiri menunggumu di depan pagar, dan kamu melambaikan tangan dari jendela. Aku menunggu! Seruku. Dan kamu berjalan menghampiriku dengan senyum lebar di wajahmu yang samar.
Hanya sampai di situ? Tidak. Kamu berubah menjadi bocah yang berlari ke seberang jalan. Aku mengejarmu, meneriakkan namamu. Lalu kamu berubah menjadi elang. Membumbung tinggi ke udara. Aku berdoa agar sayap tumbuh di punggungku untuk bisa menyusulmu. Tetapi matahari pagi hari mengusaikan mimpi itu.
Mimpi pertamaku tentangmu dulu mungkin sebuah pertanda. Aku melihatmu terbaring di ranjang, lalu kamu berkata tak lagi ingin bekerja. Seminggu kemudian kamu benar-benar terbaring di rumah sakit.
Masihkah akan kuanggap mimpiku hanya sepenggal bunga tidur? Kamu sendiri yang menjuluki aku si peramal.
Lihatlah, bahkan matahari pun tak mampu mencairkan gelisahku. Apakah di sana kamu masih memimpikan aku karena rindu? Akankah mimpi terakhirku menjadi pertanda lagi?
Aku berdiri, di bawah kubah langit dan awan-awan yang berarak lambat. Berdoa agar sayap tumbuh di punggungku yang menanggung beban rindu. Ini bukan mimpi melainkan nyata. Tak ada bocah berlari ke seberang jalan. Tak ada elang melintas terbang. Hanya ada aku dan matahari. Kamu dan mimpi-mimpi absurd itu.
Mengapa kamu masih tak menjawab panggilanku?
6 comments:
belum bangun kali Mbak...
jadi dia gak jawab.
coba dipanggil lebih keras lagi...
siapa tahu dengan begitu ia terbangun.
hahaha iya ya... harus diguncanng2 dulu badannya atau taruh weker dekat kupingnya :)
biar bangun mr K itu harus nya di kasi s.u.n dulu..... hahahaha.... jamin, langsung melek
heh, semoga dia baca ini dan kamu besok bukan cuma dilempar rokok, tapi asbaknya sekalian haha :D
sayap yang lama blom diambil juga ya, masih nyangkut di atas puun :)
udah kadaluarsa, pengen sayap baru :)
Post a Comment