"Chriiiisss!" Aku sudah hampir menangis. Menyoroti sekeliling dengan senter. Yang terlihat cuma sesemakan dan pepohonan. Sial! Mimpi pun nggak pernah tersesat di hutan malam-malam!
"Ya ampuuun! Jalan setapaknya belok sini, tau!" Tiba-tiba Chris muncul entah darimana dan menarik lenganku.
"Udin! Lu ninggalin gue!" Aku menggebuk lengannya dengan senter. "Gue udah hampir mati ketakutan tau!"
"Hehehe. Soriii... kirain masih ada di belakangku. Makanya jangan ngelamun."
Akhirnya kami menembus pepohonan. Naik terus ke atas, ke bahu gunung. Ke tempat penduduk biasanya bertemu dengan kawanan babi hutan yang akan turun gunung. Kata Chris, ayahnya dan keempat temannya berada di sana.
By the way, nama asli Wak Ujang itu David. Dia campuran Manado-Jawa yang sejak lahir tinggal di Bandung dan beristri orang Bandung. Ujang itu nama panggilannya waktu masih kecil. Berburu babi hutan sudah dilakukannya sejak masih muda, sudah mahir. Karena itu berburu dengannya seringkali berlangsung cepat dan efektif.
Babi hutan masih banyak terdapat di pegunungan Jawa Barat. Hewan-hewan itu menjadi hama dan biasanya diburu untuk diambil dagingnya atau dijual hidup-hidup ke penyelenggara arena 'adu bagong' atau adu babi hutan. Harga anak babi hutan yang besarnya kurang lebih 20-30 kg berkisar Rp 200.000-Rp 300.000 per ekor. Babi hutan dewasa yang beratnya sekitar 40-50 kg berkisar Rp 400.000-Rp 500.000 per ekor. Sedangkan, babi hutan dewasa yang berat sekitar 70-90 kg harganya berkisar Rp 650.000-Rp 1.000.000.
Di arena adu bagong, babi hutan bertarung dengan anjing pemburu. Seekor babi hutan biasanya harus berhadapan minimal dengan dua ekor anjing pemburu sekaligus. Menurut cerita Chris yang pernah menyaksikan, ini pertarungan hidup dan mati. Jika babi hutannya besar dan ganas, anjing pemburu bisa mati tertusuk taringnya. Tapi pada akhirnya babi itu juga akan mati karena dipaksa bertarung terus menerus dengan anjing-anjing yang lain.
Untungnya Wak Ujang tidak pernah menyukai kesadisan seperti itu. Ia lebih suka babi-babi buruannya menjadi dendeng atau kornet.
......
Berani taruhan, Chris bakalan jadi pemburu yang hebat seperti ayahnya. Ia menuntunku di hutan tanpa ragu-ragu. Tiba-tiba saja kami sudah sampai di tempat Wak Ujang menunggu. Ia dan dua temannya sedang berjongkok di balik sesemakan. Dua orang temannya sedang mengintai dari tempat lain.
Suara anjing-anjing terdengar semakin kencang dan ramai. Sebab bukan cuma Broni dan Blacky yang kami bawa. Dua teman Wak Ujang juga membawa dua ekor anjingnya. Anjing-anjing itu berbagi tugas. Dua ekor adalah mencari jejak, dua ekor lagi menjadi penyergap.
Kalian pasti nggak menyangka berburu babi hutan ternyata ribet kan?
"Pi, sudah dikejar?" Si Udin memang begitu. Sangat tidak konsisten memanggil ayahnya. Kadang-kadang bapak, kadang-kadang papi.
"Kalian datang dari arah mana? Tadi ada babi yang nggak tergiring. Untung nggak lari ke arah kalian."
Alamak! Tadi disuruh menunggu katanya supaya situasinya kondusif dulu. Kalau ternyata masih ada resiko diseruduk babi sih mendingan ikut naik dari awal saja.
"Si Udin tadi ninggalin aku nih, Wak. Untung nggak ada babi nyeruduk!"
"Alaaah cuma ketinggalan lima menit doang!"
"Ssst! Anak-anak, jangan berisik!" Sergah Wak Ujang."Nanti babinya nggak mau mendekat ke jaring."
Suara Broni dan Blacky terdengar dari arah di depan kami. Kok aku tahu itu suara mereka? Ya iyalah, anjing-anjing itu yang bertugas menggiring babi hutan ke perangkap. Ibaratnya tim buser, si Broni atau Blacky yang pegang komando.
Semak-semak di depan kami gemeresak. Lalu terlihat sepasang mata berkilat-kilat. Itu dia babi hutannya! Chris memberi isyarat padaku supaya tetap diam. Si babi tampak panik. Kami mendengarnya mendengus-dengus dan bersuara seperti orang mengorok. Dua ekor anjing menerjang dan si babi lari ke arah jaring yang sudah dipasang. Ia membentur jaring, meronta-ronta ketika sekarang empat ekor anjing mengepungnya sambil menggonggong, menggeram-geram memamerkan taring.
Wak Ujang dan teman-temannya menyiapkan senapan. Lalu, dorr! Wak Ujang yang pertama membidik dan langsung kena. Babi hutan malang itu menguik dan terguling. Aku memalingkan muka. Ngeri melihat hewan sekarat.
Babi hutan yang mati diseret jauh dari jaring dan disimpan di dekat persembunyian kami. Perburuan berlanjut dan pada pukul lima pagi, kami sudah mendapat tiga ekor babi hutan gemuk. Semuanya jantan dan bertaring mengerikan.
Babi-babi itu digotong satu per satu ke pinggir hutan untuk dikuliti, dipotong kepalanya dan dipisahkan dagingnya. Bisa dipastikan persediaan dendeng dan kornet Wak Ujang bertambah banyak bulan ini. Hehe.
Jangan tanya rasanya enak atau tidak padaku, oke. Babi tetap babi, biarpun tinggal di hutan tetap haram buat muslim.
Jam enam pagi, mobil kami sudah beriringan menuju kota. Aku ikut jeep si Udin, yang waktu perburuan tadi menjadi pahlawan bagi seekor anak babi dan induknya. Harusnya kami membawa pulang empat ekor babi dewasa dan seekor anak babi. Tapi demi melihat si induk babi dan anaknya, si Udin ini malah membantu mereka lolos dari anjing-anjing itu.
"Kasihan, Pak," katanya pada Wak Ujang sambil nyengir. "Itu seperti aku dan emakku." Ck ck, sungguh mengharukan, sodara-sodara.
"Din...nama bapak lu mestinya dikasih tambahan, jangan cuma Ujang."
"Ditambahin apa?"
"Obelix. Jadi Ujang Obelix."
"Hah?"
"Iyalah, kan doyan babi hutan."
Chris a.k.a Udin terbahak-bahak.
"Ya ampuuun! Jalan setapaknya belok sini, tau!" Tiba-tiba Chris muncul entah darimana dan menarik lenganku.
"Udin! Lu ninggalin gue!" Aku menggebuk lengannya dengan senter. "Gue udah hampir mati ketakutan tau!"
"Hehehe. Soriii... kirain masih ada di belakangku. Makanya jangan ngelamun."
Akhirnya kami menembus pepohonan. Naik terus ke atas, ke bahu gunung. Ke tempat penduduk biasanya bertemu dengan kawanan babi hutan yang akan turun gunung. Kata Chris, ayahnya dan keempat temannya berada di sana.
By the way, nama asli Wak Ujang itu David. Dia campuran Manado-Jawa yang sejak lahir tinggal di Bandung dan beristri orang Bandung. Ujang itu nama panggilannya waktu masih kecil. Berburu babi hutan sudah dilakukannya sejak masih muda, sudah mahir. Karena itu berburu dengannya seringkali berlangsung cepat dan efektif.
Babi hutan masih banyak terdapat di pegunungan Jawa Barat. Hewan-hewan itu menjadi hama dan biasanya diburu untuk diambil dagingnya atau dijual hidup-hidup ke penyelenggara arena 'adu bagong' atau adu babi hutan. Harga anak babi hutan yang besarnya kurang lebih 20-30 kg berkisar Rp 200.000-Rp 300.000 per ekor. Babi hutan dewasa yang beratnya sekitar 40-50 kg berkisar Rp 400.000-Rp 500.000 per ekor. Sedangkan, babi hutan dewasa yang berat sekitar 70-90 kg harganya berkisar Rp 650.000-Rp 1.000.000.
Di arena adu bagong, babi hutan bertarung dengan anjing pemburu. Seekor babi hutan biasanya harus berhadapan minimal dengan dua ekor anjing pemburu sekaligus. Menurut cerita Chris yang pernah menyaksikan, ini pertarungan hidup dan mati. Jika babi hutannya besar dan ganas, anjing pemburu bisa mati tertusuk taringnya. Tapi pada akhirnya babi itu juga akan mati karena dipaksa bertarung terus menerus dengan anjing-anjing yang lain.
Untungnya Wak Ujang tidak pernah menyukai kesadisan seperti itu. Ia lebih suka babi-babi buruannya menjadi dendeng atau kornet.
......
Berani taruhan, Chris bakalan jadi pemburu yang hebat seperti ayahnya. Ia menuntunku di hutan tanpa ragu-ragu. Tiba-tiba saja kami sudah sampai di tempat Wak Ujang menunggu. Ia dan dua temannya sedang berjongkok di balik sesemakan. Dua orang temannya sedang mengintai dari tempat lain.
Suara anjing-anjing terdengar semakin kencang dan ramai. Sebab bukan cuma Broni dan Blacky yang kami bawa. Dua teman Wak Ujang juga membawa dua ekor anjingnya. Anjing-anjing itu berbagi tugas. Dua ekor adalah mencari jejak, dua ekor lagi menjadi penyergap.
Kalian pasti nggak menyangka berburu babi hutan ternyata ribet kan?
"Pi, sudah dikejar?" Si Udin memang begitu. Sangat tidak konsisten memanggil ayahnya. Kadang-kadang bapak, kadang-kadang papi.
"Kalian datang dari arah mana? Tadi ada babi yang nggak tergiring. Untung nggak lari ke arah kalian."
Alamak! Tadi disuruh menunggu katanya supaya situasinya kondusif dulu. Kalau ternyata masih ada resiko diseruduk babi sih mendingan ikut naik dari awal saja.
"Si Udin tadi ninggalin aku nih, Wak. Untung nggak ada babi nyeruduk!"
"Alaaah cuma ketinggalan lima menit doang!"
"Ssst! Anak-anak, jangan berisik!" Sergah Wak Ujang."Nanti babinya nggak mau mendekat ke jaring."
Suara Broni dan Blacky terdengar dari arah di depan kami. Kok aku tahu itu suara mereka? Ya iyalah, anjing-anjing itu yang bertugas menggiring babi hutan ke perangkap. Ibaratnya tim buser, si Broni atau Blacky yang pegang komando.
Semak-semak di depan kami gemeresak. Lalu terlihat sepasang mata berkilat-kilat. Itu dia babi hutannya! Chris memberi isyarat padaku supaya tetap diam. Si babi tampak panik. Kami mendengarnya mendengus-dengus dan bersuara seperti orang mengorok. Dua ekor anjing menerjang dan si babi lari ke arah jaring yang sudah dipasang. Ia membentur jaring, meronta-ronta ketika sekarang empat ekor anjing mengepungnya sambil menggonggong, menggeram-geram memamerkan taring.
Wak Ujang dan teman-temannya menyiapkan senapan. Lalu, dorr! Wak Ujang yang pertama membidik dan langsung kena. Babi hutan malang itu menguik dan terguling. Aku memalingkan muka. Ngeri melihat hewan sekarat.
Babi hutan yang mati diseret jauh dari jaring dan disimpan di dekat persembunyian kami. Perburuan berlanjut dan pada pukul lima pagi, kami sudah mendapat tiga ekor babi hutan gemuk. Semuanya jantan dan bertaring mengerikan.
Babi-babi itu digotong satu per satu ke pinggir hutan untuk dikuliti, dipotong kepalanya dan dipisahkan dagingnya. Bisa dipastikan persediaan dendeng dan kornet Wak Ujang bertambah banyak bulan ini. Hehe.
Jangan tanya rasanya enak atau tidak padaku, oke. Babi tetap babi, biarpun tinggal di hutan tetap haram buat muslim.
Jam enam pagi, mobil kami sudah beriringan menuju kota. Aku ikut jeep si Udin, yang waktu perburuan tadi menjadi pahlawan bagi seekor anak babi dan induknya. Harusnya kami membawa pulang empat ekor babi dewasa dan seekor anak babi. Tapi demi melihat si induk babi dan anaknya, si Udin ini malah membantu mereka lolos dari anjing-anjing itu.
"Kasihan, Pak," katanya pada Wak Ujang sambil nyengir. "Itu seperti aku dan emakku." Ck ck, sungguh mengharukan, sodara-sodara.
"Din...nama bapak lu mestinya dikasih tambahan, jangan cuma Ujang."
"Ditambahin apa?"
"Obelix. Jadi Ujang Obelix."
"Hah?"
"Iyalah, kan doyan babi hutan."
Chris a.k.a Udin terbahak-bahak.
18 comments:
berpetualan berburu babi
untung nggak diseruduk babi ya mbak
kalo sampai, wah..wah...nggak kebayang
*menerawang membayangkan*
En, katanya kamu nembakin pohon kelapa? Kok bagian itu ga diceritain? hwahahaha :P
Eh, besok2 kalo mau berburu lagi, ajak2 aku yak... otrey baby
*cling kedip2* :P
huwaaa..kebayang deh kejar-kejaran sama babi. hihihi
walah ngejarnya pake GPS trus tar babine di sms suruh nungguin dulu
hueeee....
Diadu gtu...?! kezamss...!
wah iya bener. Obelix kan doyan babi hutan juga tuh...
satu ekor babi dihabisin sendiri
dasar si mba enno teh,,,ikut2an ke hutan malam malam gitu,,,
ga takut ih,,,
wah seru banget... ini pengalaman nyata kan ya no?
dendeng babi hutan? hmm..
kooornettt?!?? aalah mak jaannn..
*ngga berani bayangin rasanya*
hehe.. baru tau aku mbak, makna judul obelixnya..
*pohon telmi
wah bergenre action neh.. mbak enno nggak takut ikut berburu gitu? untung ngga ada horornya.. hihihi..
*hiks* Seandainya aku ikut *hiks*, pasti have fun banget neh, hehehe...
No, untuk permintaannya Sari, NOT RECOMMENDED, mengingat berburu babi itu biasanya malam, dia tu takut gelap, jadi daripada merepotkan, mending gak usah diajak saja, huehehe... *piss...*
No, jangan dengerin Shin-kun, aku ga takut gelap kalo perginya sama kamu, ga takut setan juga, kan aku bersama pawangnya hwahahaha :P
Oiya...Kok aku ga bisa buka ceritamu yang terbaru yak? yang judulnya: "Aku. Kamu. Kita"
Aya naon?
whiiii seru yaaaaa,
pasti deg2an syur gmnnnn gitu,
aku juga maauu,
mau bagian nyoba corned nya hihi
waaaa ngeriii bener berburu babi...petualangan yang menantang. aku sich berburu makanan aj dechhhh yang pasti enak n bs ngenyangin perut...selanjutnya berburu apa no?
@wiwit: bs bonyok dirikuuh :P
@sari: gak akan ngajak orang bawel :P
@henny: untungnya enggak kok hehe
@richo: hihi maunya sih gtu :D
@bandit: emberrr...
@elsa: kan bener? ternyata elsa suka baca komik asterix juga ya
@maya: takut sih tapi disebelah ada co ganteng, sayang atuh kalo dilewatkan hahaha
@arman: coba sini gue cubit dulu, sapa tau mimpi :P
@pohonku: yaelaaah... pohon perlu dikasih pupuk biar ga telmi lagi nih
@shin-kun: ikut? yuk maree... tenang sari ga bakal diajak, tar ngerepotin wahahaha
@sari lagi: mendingan berburu co buatmu aja gimana? :P
@gogo: wah ini ni baru keren, brani mencoba kornet babi hutan!
@dewi: selanjutnya berburu makanan aja deh kayak kamu :P
gimana rasanya sendirian tersesat beberapa menit dihutan mba?
*ga kebayang o_O
gimana rasanya sendirian tersesat beberapa menit dihutan mba?
*ga kebayang o_O
wahh seru bgttt kayaknyaaa.. mau dong ikutan brburuu skali''
@dv: seyyyemm! hahaha
@ila: boleeeh... berburu baju di mall yuk hihi
Post a Comment