Showing posts with label Children. Show all posts
Showing posts with label Children. Show all posts

Monday, January 4, 2010

Happy

Yang paling saya sukai dari hidup saya bukanlah berlembar-lembar print-out cerita pendek yang dihasilkan setelah berjam-jam berpikir dan menulis. Bukan halaman-halaman majalah yang memuat artikel hasil liputan saya selama seminggu. Bukan pujian pemimpin redaksi, tepukan ringan di bahu, kenaikan jabatan sekaligus gaji. Bukan.

Yang paling saya sukai dari dunia saya yang tak lepas dari huruf ini adalah ketika saya bisa memberi sedikit perubahan di sekitar saya. Memberi pengaruh yang syukurlah selalu positif pada orang-orang yang terlibat langsung ataupun tidak.

Tidak. Saya tidak bermaksud mengubah dunia. Saya bukan siapa-siapa. Tetapi alangkah senangnya berperan sedikit untuk hal itu.

Bacalah blog ini. Ini Echa, gadis kecil yang baru kelas satu SMP, puteri teman baik saya. Tulisannya bagus dan jernih. Dan saya senang semakin lama tulisannya semakin baik. Pemilihan diksi dan plotnya semakin lancar.

Saya hanya berperan sedikit. Menjadi pembimbingnya, karena ia sudah punya bakat. Saya memintanya tidak berhenti berlatih. Tidak berhenti menulis.

Dulu, ia anak yang sedikit murung. Ibunya meninggal dunia, meninggalkan ia dan dua adiknya, karena kanker payudara. Menulis menjadi terapi baginya. Ia lebih periang dan berani sekarang.

Dan sayalah yang merasa paling bahagia.


Image and video hosting by TinyPic

Monday, December 21, 2009

Dear Ibu Guru....


Dear Ibu Guru...
Terima kasih sudah bersenang-senang bersama kami.
Nanti datang lagi ya. Kami masih belum bisa menulis bagus.
Semoga Ibu Guru selalu bahagia.
- Tita

.............

Aku meninggalkan mereka. Pekerjaan freelance-ku berakhir minggu kemarin. Anak-anak manis yang selama beberapa hari menjadi teman-temanku. Anak-anak yang dengan senang hati mau kugiring ke sana ke mari. Ke taman kota, ke pinggir sungai, ke kebun seorang teman. Anak-anak yang kuajari menyanyi dan menulis. Tawa mereka membuat gundahku hilang.

Hari ini kami pergi ke pinggir sungai dekat sekolah. Ibu Guru menyuruh kami duduk di bawah pohon dan menulis tentang apa saja. Aku mau menulis ini saja, karena aku senang pelajaran hari ini di luar kelas. Di dalam kelas bosan dan bikin mengantuk. Aku gembira sekali. Aku sayang teman-temanku. Aku sayang Ibu Guru. Terima kasih Ibu Guru.
- Amanda

Mereka menulis banyak hal dengan indah. Tentang ibu, tentang pohon, tentang teman, tentang anak kucing yang baru lahir dan tentang aku. Mengharukan membaca semua tulisan itu. Dan aku bangga karena berhasil mengajari mereka menulis tentang dunia. Meski saat ini baru sebatas dunia mereka yang kecil dan sederhana.

Temanku Tania lucu sekali. Aku sayang dia. Tapi suatu hari demam berdarah membuatnya meninggalkan aku selama-lamanya. Aku menangis di depan makamnya, sampai ibuku ikut menangis. Tania sudah tidak ada lagi. Melihat bangkunya yang kosong di kelas membuatku sedih.
- Lina

Inilah sesuatu yang kucintai. Bukan menjadi host acara tivi, bukan petualangan ke berbagai tempat setiap minggu, bukan menjadi orang terkenal di seluruh Indonesia.

Kalau sudah besar aku ingin jadi guru. Aku ingin membuat orang menjadi pintar. Aku harus rajin belajar dan cepat besar. Kata Ibu aku harus makan sayur. Aku tidak suka sayuran. Tapi terpaksa kumakan supaya pintar.
- Fadil

Aku ingin mengajar. Ingin bersama anak-anak, yang mengelilingiku dengan wajah berbinar penuh harap. Anak-anak di setiap kota yang aku singgahi.

Dear Ibu Guru
We love you!
- Indah


Love you too...

Image and video hosting by TinyPic

Saturday, November 29, 2008

Saya Kangen (Cerita Untukmu)

: my spring

Hari ini saya sedang kangen. Sama kamu, babe? Tentu saja. Itu sudah sangat jelas, bukan?

Tapi ada satu orang yang juga sedang saya kangeni. Mahluk bertubuh mungil yang mata, hidung dan bibirnya juga mungil. Warna kulitnya bening. Kaki-kaki kecilnya kurus dan kelihatan akan tumbuh panjang kelak 10 tahun lagi. Dan senyumnya polos seperti wajah malaikat di dinding katedral. Menyejukkan dunia saya yang hiruk pikuk dan banyak beban.

Kata orang, wajahnya mirip saya ketika masih kecil dulu. Tapi saya selalu menyangkal. "Enggaklah. Cantikan dia kali. Bulu matanya panjang dan lentik, sementara bulu mataku harus selalu dijepit tiap hari supaya nggak merunduk. Dia juga punya lesung pipi, aku enggak punya."

Tapi saya akui, memang ada beberapa kemiripan sifat antara saya dan ia. Ia periang dan suka tertawa. Ia juga senang membaca, menyanyi dan mengocehkan apa saja yang terlintas dalam pikirannya yang penuh kegembiraan itu. Oh, tetapi ia juga suka merajuk. Ya. Benar-benar mirip saya hahaha.

Saya bermain dengannya sejak ia bayi. Waktu baru lahir, kulitnya merah sekali dan ia sering menangis manja. Tidak mau ditinggal. Ibunya tidak bisa memberinya ASI karena entah kenapa tak mau keluar. Jadi saya sering kebagian tugas membuatkan ia susu botol dan memegangi botolnya sementara ia minum dengan lahap sambil memejamkan matanya yang kecil sampai tertidur. Saya juga mengganti popoknya yang basah sambil mengajaknya mengobrol tentang apa saja, meskipun saya tahu ia tak mengerti. Mata sipitnya akan menatap saya lama sekali, lalu terpejam setelah popoknya sudah diganti. Saya akan menyenandungkan lagu 'Nenek Moyangku Seorang Pelaut' agar ia lelap lagi. Itu lagu pengantar tidur yang biasa dinyanyikan ibu saya untuk saya waktu kecil dulu.

Waktu ia sudah agak besar, ia selalu menempel kemanapun saya pergi. Ia menangis kalau saya tinggal pergi bekerja. Dan senyumnyalah yang menyambut saya di depan pintu ketika saya pulang kembali ke rumah dalam keadaan lelah. Ia akan bertanya, "Bude Retno capek ya?"
Hari sabtu dan minggu ketika saya libur bekerja, tugas rutin saya adalah mencuci pakaian saya selama seminggu itu. Ia akan ada di sana. Telanjang dan merengek minta dimandikan. "Aku mau mandi sama Bude..."

Lalu setelah itu, ia akan membantu (sebenarnya mengganggu) acara saya mencuci baju. Mencemplungkan tangannya ke air sabun dan mulai ikut membilas dan mengucek-ngucek tak jelas. "Nanti masuk angin. Ayo pakai baju dulu sana!" Kata saya.
"Nggak mau, aku mau bantuin Bude nyuci," sahutnya bandel.

Siangnya, ketika tiba waktunya saya menyeterika pakaian-pakaian yang sudah kering, ia duduk di sudut ruang setrika. Mengajak saya bermain 'toko pakaian.' Ia menjadi penjual pakaian dan saya (sambil menyetrika) menjadi pembelinya. Maka akan muncullah percakapan seperti ini:
"Bu, beli baju bu. Ini bagus-bagus lho."
"Oh iya, beli ya. Mahal nggak?"
"Enggak, murah kok Bu. Ibu mau beli yang mana?" Ia menunjuk pakaian-pakaian yang digantung sehabis disetrika. "Yang ini?"
"Boleh. Itu berapa?"
"Cuma lima ribu."
"Tiga ribu ya."
"Oke."
Saya akan pura-pura mengulurkan uang padanya dan ia pura-pura membungkus baju itu.

Ketika ibunya melahirkan adiknya, ia sudah duduk di taman kanak-kanak. Ibunya harus tinggal di rumah sakit, dan ia ingin tidur di kamar saya. Padahal biasanya ia tidur bersama neneknya. Malam itu, ia mengigau. Memanggil-manggil saya. Saya terbangun dan membuatkannya susu, karena itu artinya ia haus. Tampaknya malam itu ia menderita karena cemburu. Ia tahu adik baru akan menjadi bintang keluarga berikutnya. Ah, padahal bagi saya, ia tetap bintang saya. Melihatnya, saya seperti melihat potret masa kecil saya :)

Ketika saya harus pindah dari rumahnya ke rumah kost, ia adalah orang yang paling sedih. Ia menatap saya ketika sedang mengepak barang-barang pribadi.
"Bude mau kemana?"
"Bude mau pindah rumah, sayang."
"Aku boleh ikut?"
"Ya, nanti kamu boleh menginap di rumah bude ya."
"Nanti aku main sama siapa?"
"Kan masih banyak yang lain. Nanti juga bude main ke sini lagi."
Ah, saya masih ingat mata yang mirip mata saya itu mengerjap sedih. Ia cemberut. Persis saya kalau kecewa dan kesal karena suatu keadaan (misalnya ketika kamu mendadak pindah ke Aussie, babe).

Ia memegangi tangan saya ketika saya keluar dari rumahnya pagi itu. Ia cukup besar untuk tidak menangis lagi kalau saya tinggal. Justru saya yang ingin menangis.

Saya kangen mahluk mungil itu sekarang. Saya kangen sekali melihatnya tersenyum dengan bibirnya yang mungil, lesung pipinya yang lucu dan matanya yang setengah terpejam itu. Saya membayangkan kaki-kakinya yang akan panjang 10 tahun lagi itu berlari menyongsong saya kalau saya datang. Ia akan melilitkan kedua tangannya di kaki saya erat-erat dan bertanya kenapa saya begitu lama tidak datang untuknya.

Ah, bagaimana saya harus menjawab. Ada beberapa hal yang tidak akan bisa dimengerti orang dewasa, apalagi seorang anak. Saat ini saya cuma bisa memandangi wajahnya dalam album digital saya. Beruntunglah saya dulu sering memotretnya.

Hari ini ia sedang apa ya? Saya ingin sekali memeluk si cantik mungil saya. Apapun yang terjadi, ia bukan hanya seorang keponakan. Ia anak saya.

Saturday, July 5, 2008

Bersama Peri-Peri

Aku di sini. Di kota yang sudah lama kurindui. Duduk tenang di warung internet hening, dikelilingi peri-peri kecil yang kukunjungi. Jalan-jalan ke toko buku, membeli bacaan yang mereka inginkan. Lalu kuajak mereka ke sini sekedar bilang 'hai' pada dunia. "Hai!"

Kali ini belum banyak yang bisa kuceritakan. Akan kunikmati dulu hari ini bersama mereka. Yang ingin dengar petualanganku kumohon bersabar. Nanti akan kuoleh-olehi kalian sekeranjang cerita tentang rindu yang sudah tuntas....

Salam :)
__________

PS: Mau cari makan siang... mereka sudah lapar. Aku juga!

Monday, June 30, 2008

Rindu

Kamu lihat pelangi itu tidak? Mejikuhibiniu, katamu dalam puisi itu. Warna-warni yang sangat kamu sukai.

Apa kabar sayang? Hari ini aku dalam perjalanan menjumpai ibuku. Kamulah yang mula-mula mengingatkan aku betapa beruntungnya masih memiliki seorang ibu. Sementara kamu, dalam usiamu yang begitu muda, harus merasakan pedihnya kehilangan orang yang memegang kunci surgamu.

Masih kuingat wajahmu di balik jendela. Jari-jari kecilmu yang lentik menyibak tirai. Menatap aku yang pergi bersama ayahmu.
Malam itu kucium pipimu dan kedua adikmu yang sudah tidur. Betapa anehnya aku bisa mencintai kalian begitu rupa.

Aku ingin menciummu lagi, sayang. Membawamu ke pelukanku minggu depan. Kali ini sungguh aku akan datang.
________________

Ditulis dalam perjalanan mudik, 28.06.08

Friday, May 23, 2008

Melihat Bintang

Malam ini banyak bintang, Sayang. Apakah kamu melihatnya di luar sana? Atau ayahmu sudah menyuruhmu tidur bersama kedua adikmu? Apa kabarnya perdu bunga pagi sore di halaman rumah kalian? Sore tadi pasti mekar semua. Jangan terlalu jauh kalau bermain sepeda ya. Adik-adikmu tak ada yang menemani di rumah.

Ayahmu, apakah ia masih selalu sempat membawa kalian jalan-jalan? Aku ingin sekali ikut bersama kalian. Ingat tidak waktu kita pergi belanja ke toserba? Kita naik becak berempat. Aku, kamu dan kedua adikmu. Sepanjang jalan kalian berceloteh riang. Menunjukkan jalur busway yang baru dibangun dan bertanya-tanya tentang Jakarta.

"Busway di Jogja nanti seperti di Jakarta," katamu. "Busway di Jakarta untuk mengurangi kemacetan kan, Tante?"
Aku mengangguk. Ah, pintarnya. Kamu tahu darimana itu? Membaca buku atau berdiskusi dengan ayahmu?
Lalu adik-adikmu berlari-lari di dalam toserba. Dengan sikap dewasa kamu menegur mereka. "Jangan begitu Dik, nanti Tante repot. Ayo jadi anak manis. Nanti Kakak beritahu Bapak kalau kalian nakal."

Di toserba itu kubiarkan kalian berkeliling sepuasnya. Aku bahkan tak peduli kita jadi terlalu lama pergi dan ayah kalian akan memarahiku. Kubiarkan kalian melihat segala macam benda dan mainan. Kubiarkan kalian memilih semua makanan yang kalian inginkan untuk piknik kita esoknya. Lalu kalian bertiga sibuk mengagumi stiker bergambar di bagian alat tulis.
"Mau? Ayo pilih satu-satu..."
"Boleh Tante?" Wajahmu yang gembira mewakili perasaan adik-adikmu juga.
"Iya, pilih saja."
"Tapi ini mahal, Tante."
Ah, aku tahu. Kalian takut ayah kalian marah. "Nggak apa-apa. Bapak nggak akan marah. Sekali-sekali boleh. Tante kan nggak sering-sering ada di Jogja."

Ayah kalian memandangku dengan wajahnya yang tak terbaca ketika kita pulang membawa sekantong plastik besar makanan. Kalian juga menunjukkan stiker itu dengan wajah berbinar-binar. Lalu ia mulai memeriksa belanjaan kita.
"Aku nggak pernah membelikan yang seperti ini," katanya sambil menunjuk beberapa jenis makanan kecil.
Ah dia pasti jengkel, aku sudah melanggar kedisiplinan yang ia terapkan pada kalian. "Sekali-kali boleh kan?" Aku tersenyum dan mengedipkan mata.
Ia tidak bicara lagi. Dan kutaruh semua makanan itu di kulkas.

Sampai sekarang, aku selalu tersenyum membayangkan adegan itu. Ayahmu yang pendiam tetapi sekeras batu, dan aku, tamunya yang pembangkang.

Malam ini, aku rindu suara tawa dan celoteh kalian yang nyaring itu. Dan beratnya bobot tubuh adikmu dalam gendonganku. Dan aku rindu bunga pagi sore berwarna jingga yang bermekaran itu. Nanti kita tanam bunga lain di pekarangan ya. Bunga-bunga berwarna kuning seperti bintang-bintang di atas sana.

Bintang-bintang di atas rumahku adalah bintang-bintang yang sama di atas rumahmu juga. Suatu hari kita akan duduk bersama memandang mereka. Dengan adik-adikmu juga.


Image and video hosting by TinyPic

Tuesday, April 8, 2008

Surat Cinta Untuk Peri Kecil

Peri Kecil,
Seandainya suatu hari kamu menemukan blog ini dan membaca artikel ini, mudah-mudahan kamu sudah cukup besar untuk mengerti. Bahwa Tante Retno tidak bermaksud melupakan kalian. Tante selalu membawamu dan adik-adik di dalam hati.

Kadang-kadang ada hal yang tidak mengenakkan terjadi pada orang dewasa. Kami bukan lagi dalam masa bermain seperti kalian. Banyak persoalan yang akhirnya membuat kami tidak sepaham. Adakalanya kami tidak bisa saling mengerti. Dan bagi orang-orang dewasa, kesalahpahaman bisa membuat jarak satu sama lain.

Tetapi Peri Kecil,
Tante tidak pernah melupakan hari-hari di Jogja dulu. Semoga kamu masih mengenang saat kita bersenang-senang. Naik becak dan belanja di supermarket, lalu esoknya kita bertualang ke gua yang dingin dan gelap penuh air itu. Tante ingin sekali memutar waktu agar bisa kembali ke masa itu. Hari-hari yang indah bersama anak-anak paling manis sedunia.

Banyak janji yang belum Tante penuhi. Membelikan novel karya Faiz, bermain ke Taman Pintar dan mengajakmu jalan-jalan ke Bandung.
Tetapi Tante harus menghormati keputusan ayahmu. Rupanya ia menganggap Tante terlalu mencampuri caranya mengasuh kalian. Itulah sebabnya persahabatan kita merenggang, karena Tante tidak ingin melukai hati ayahmu. Meskipun sebenarnya ia salah menafsirkan apa yang telah Tante lakukan untuk kalian.
Tante sudah katakan kepadanya, bahwa bukan seperti itu maksud Tante. Bahwa Tante mencintai kamu dan adik-adik. Tante ingin membuat kalian bahagia. Tetapi bagi ayahmu, Tante hanyalah pengganggu. Maaf Peri Kecil, Tante harus terpaksa menjaga jarak denganmu dan adik-adik untuk sementara.

Janganlah marah pada ayahmu karena ini. Ia hanya terlalu sayang pada kalian. Ia ingin melindungi kalian dari marabahaya di luar sana dan memberikan yang terbaik agar anak-anaknya bahagia.
Meskipun sedih, Tante juga berusaha memaklumi. Sebab Tante tahu betapa sangat besar cintanya pada kalian. Dan ia ingin menjalankan amanat almarhum ibu kalian untuk membesarkan kalian dengan baik.

Peri Kecil,
Rajinlah belajar. Jaga adik-adik dan patuhi ayahmu, ya. Teruslah latihan menulis karena bakatmu bukan untuk disia-siakan. Suatu hari kita pasti bertemu lagi. Bermain dan bercanda seperti dulu. Sementara ini Tante akan menjumpaimu dalam mimpi. Menyelipkan nama kalian bertiga dalam setiap doa.
Doa khusus untuk kebahagiaan tiga peri kecil yang Tante sayangi.

Thursday, December 20, 2007

Back to Habit

Hari pertama di Jakarta kembali.
Mas B kasih tau, lagi nonton gerebeg Kraton dalam rangka hari raya kurban hari ini. Sama Igo yang hunting foto dan anak-anak.
Kenapa gak cancel pulang kemaren, tulisnya di sms.

Gue bilang, gue hampir keabisan amunisi. Ntar kalo diabisin sekarang, gak bisa dateng lagi awal tahun untuk gunting pita kantor barunya.

Tadi sore gue telpon ke hp anak-anak, gak ada yang angkat. Jadi gue telpon ke hpnya. Gue baru bilang "halo Mas..."
Dia langsung tanya lagi dimana.
Gue bilang hpnya anak-anak gak diangkat. Dia bilang mereka ada di hotel. Blum balik ke rumah dimana hp anak-anak berada. Karena hujan gitu deh....

Jadi gue langsung minta ngomong sama anak-anak. Gue absen satu-satu. Uuuh... kangen.
Kasian anak-anak itu. Kata Mas B mereka besok mau ditinggal 2 hari ke Wonogiri. Jadi hari ini dipuas-puasin main seharian di luar.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...