Showing posts with label Love Story. Show all posts
Showing posts with label Love Story. Show all posts

Saturday, July 13, 2013

Kisah yang Tak Sempurna #4

[Perempuan yang Membawa Bulan]


You and I 
against a rule, 
set for us by time.

A marker drawn 
to show our end,
etched into its line.

The briefest moment 
shared with you-
the longest on my mind.

                    -Lang Leav

_______________________________

Dear Besar,

perempuan itu masih sama dengan perempuan yang dulu kau temui di Tifa.
Yang kau tawari tempat sembunyi dari marabahaya. Yang matanya berbinar setiap menatap wajahmu.
Gelaknya masih ramai. Dan ia masih suka mengomentari orang-orang yang berpapasan dengannya.

Ia masih akan menukar ati ayam di piringmu dengan rempela. Masih akan membuatkan teh manis hangat jika kau kedinginan. Masih akan memelukmu dengan tangan-tangannya yang kecil kalau kau resah. Ia masih akan memberimu apa pun, jika kau minta.

Hari itu, ketika kau melihatnya menangis sepanjang jalan di kereta, ia masih perempuan yang berharap kau bahagia. Perempuan itu, si Kecil yang dengan riang menyelipkan lengannya di lenganmu saat jalan bersisian, masih orang yang paling bangga pada semua pencapaianmu. Meski lebih banyak hari ia memperhatikanmu dari jauh, hatinya tak pernah lepas darimu.

Lalu kau meninggalkannya di koridor sepi berangin. Menulikan diri saat ia memanggilmu, meminta tetap tinggal.

Hari-hari berlalu. Minggu demi minggu. Perempuan itu masih sama dengan perempuan yang berdiri bersamamu di tengah kabut Bromo yang membeku. Ia masih perempuan yang mengajakmu mencari gua dalam rimbun hutan, dan menyuapimu keripik saat kau tengah menyetir menuruni bukit.
Namun, ia juga berbeda. Ada sesuatu pada dirinya yang terjaga, ketika kau meninggalkannya atas nama ragu.

Besar, ia membawa bulan dalam sakunya. Separuhnya milikmu, tentu saja.
Kau yang memberinya cahaya.


From his Tumblr

Image and video hosting by TinyPic

Thursday, July 11, 2013

Kisah yang Tak Sempurna #3

[Lelaki yang Menyukai Saus Tomat]


Dear Besar,

Pagi ini, ia hanya ingin menulis. Menulis saja, tentang seorang lelaki yang menyukai saus tomat.
Lelaki yang kepadanya menitipkan masa depan. Lelaki yang melingkarkan lengannya untuk tempat berlindung. Dari dunia yang tak pernah berhenti berbuat kejam. Dari ketidakberuntungan yang selalu datang beruntun. Dari kesepian dan kehampaan yang mengurung seperti empat dinding penjara tak kasat mata.

Lelaki itu selalu berkata, "Lupakan semua itu. Sekarang ada aku."

Pagi ini, ia merindukan semua adegan yang semakin samar dalam benaknya. Percakapan-percakapan tentang dunia mereka berdua, yang dialognya mulai terdistorsi waktu dan kesedihan. Perjalanan-perjalanan itu, dan rute-rute yang pernah dijejak, yang kini terhapus angin dan hujan. Seperti mimpi, segalanya kini serupa bayang-bayang. Sosok-sosok kabur dalam kisah yang hilang arah.
Pernahkah kau mengingatnya, Besar? Pernahkah kau, seperti dirinya, berharap ada mesin waktu yang bisa membawamu kembali ke hari-hari itu?

Ia selalu merasa, kalian berdua terhubung oleh tali tipis tak kasat mata yang tak bisa diputuskan oleh gunting setajam apa pun, pedang sesakti apa pun.
Ia tak pernah bisa mengenyahkan sosokmu dari benaknya.
Seperti hari silam, kau selalu menjadi yang pertama ia pikirkan ketika terbangun pagi hari dan yang terakhir menghuni benaknya sebelum berangkat tidur.
Ia masih memanjatkan doa-doa untuk keselamatanmu lima kali sehari dalam setiap sujud.
Kau seperti penghuni abadi dalam dirinya, tak sudi enyah meski waktu berkhianat.

Tentu saja ini selalu tentang kau, Besar.
Karena hidupnya tak pernah sama lagi sejak kau ada.
Sejak telepon yang diwarnai kegugupan dan tawa canggung yang samar. Sejak diskusi tentang kamera dan fotografi di suatu siang yang berlanjut sampai malam.
Tentang draft yang nyaris terbengkalai karenanya.
Tentang hari-hari sesudahnya, ketika kau menemaninya menyelesaikan draft. Memberinya semangat.
Hangatnya masih terasa. Seolah-olah, semua itu baru terjadi kemarin.

Kau menyukai saus tomat.
Setiap kali kalian makan di rumah makan cepat saji, maka wadah-wadah berisi saus tomat mendominasi.
Rasa saus itu, manis sedikit asam, perpaduan sempurna dari apa yang terjadi pada kisahmu dengannya.

Barangkali, kau hanya menganggap semua itu tak berarti. Keping-keping adegan yang harus digunting oleh badan sensor kepatutan dan kelayakan. Dibuang di sudut kamar gelap. Terlupakan. Seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa.

Kau menikmati kehidupanmu sekarang. Seolah tak pernah ada perempuan itu sama sekali.
Tak apa-apa..
Tak usah pedulikan, meski di sudut sana ada seonggok hati yang terluka. Berdarah dan mencoba bertahan.

Ia tahu, terkadang kebahagiaan menuntut pengorbanan.
Demi kebahagiaanmu, perempuan itu telah berjalan ke guillotine. Menyerahkan kepalanya kepada algojo.
Tak ada yang tersisa selain cinta. Mengambang resah di udara.

Besar, kau masih menyukai saus tomat, kan?
Rasa asamnya seperti cinta yang dengan dingin kau hempaskan.
Namun ada sesuatu yang tumbuh saat kau tinggalkan. Separuh dari dirimu.
Perempuan itu akan menjaganya. Sendirian, menghadapi dunia.


Image and video hosting by TinyPic

Saturday, June 29, 2013

Kisah yang Tak Sempurna

[Pada Mulanya]

Di stasiun siang itu.
Seorang perempuan berjalan tergesa ke bangunan tempat pemesanan tiket kereta. Berdiri di sana dengan gelisah, menunggu kereta dari kota yang jauh tiba. Ia tak punya ide penyambutan macam apa yang akan dilakukannya nanti. Ia hanya punya perasaan gugup bercampur senang akan segera bertemu kekasihnya. Seorang lelaki yang tinggal di ujung pulau.

Setengah jam kemudian, terdengar pengumuman kereta yang ditunggunya itu tiba.
"Kamu di mana?" Ia menulis pesan singkat. "Sudah turun?"
"Sudah. Kamu menunggu di mana?" Si lelaki membalas.
"Keluar dulu aja," tulisnya. "Aku di depan gedung pemesanan tiket."

Apakah kalian tahu apa yang biasanya dilakukan dua kekasih yang terpisah jarak saat bertemu?
Mereka mungkin akan berpelukan erat, tertawa, saling merangkul, bergandengan, atau berciuman. Semua itu biasa terjadi, bukan?
Tetapi mereka tidak melakukan itu.

Perempuan itu melihat sosok yang ditunggunya. Lelaki tinggi besar dengan ransel di punggung dan tas kamera terselempang di bahu, melangkah canggung ke arahnya. Ia berlari menghampiri dan tanpa sadar mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan lelaki itu.
"Halo, akhirnya sampai juga!" Sapanya riang.
"Sudah lama nunggunya?" Si lelaki tersenyum.
"Nggak lama. Santai aja. Kita cari taksi yuk!"

Mereka beranjak keluar stasiun untuk mencari taksi. Masuk ke dalamnya, dan si perempuan merogoh tasnya, menyodorkan sesuatu dalam bungkusan plastik pada lelaki itu.
"Mau kue? Aku beli untuk kamu tadi."
Si lelaki tertawa kecil. "Kok kamu bawa kue segala?"
"Kamu pasti lapar. Kan kamu tukang makan."
"Hey! Kamu ya!" Si lelaki tertawa lebih lebar.

Jadi, bagaimana harus kita gambarkan pertemuan itu? Tahukah kalian perasaan mereka berdua saat itu?
Akan kuceritakan pada kalian perasaan si perempuan saja, yang pernah ia bisikkan padaku suatu hari.

Perempuan itu jatuh cinta.
Jatuh cinta yang berbeda dengan jatuh cinta saat pertama kali mereka berkenalan. Kali ini adalah jatuh cinta yang membuatnya melayang dengan seutas tali perak. Kepalanya pusing oleh rasa bahagia. Tenggorokannya tercekat oleh rasa haru. Matanya tak bisa lagi menatap ke wajah lain. Dan di perutnya ribuan sayap halus bergetar. Namun hatinya nyeri oleh kenyataan yang harus segera dikatakan.

"Kamu dan aku punya perbedaan, Sayang. Dan aku tak tahu bagaimana kita menghadapi seluruh dunia. Karena kurasa kamu tak akan mau. Jadi kurasa mungkin kita harus..." Perempuan itu mulai menangis. Mengapa begitu sulit mengucapkan hanya satu kata?
"Berpisah?" Lelaki itu meneruskan kalimatnya. "Kita hanya sampai di sini saja?"
Perempuan itu benar-benar menangis sekarang.
"Hei, kemarilah..." Lelaki itu meraihnya, membawa kekasihnya yang sedih ke dalam rengkuhannya. "Tapi aku mau. Aku mau dan bersedia menghadapi dunia demi kita. Akan kita cari jalan dan menemukan pemecahannya. Kamu dengar, baby? Percaya sama aku. Kita akan berjuang sama-sama."

Dan haruskah kuceritakan pada kalian, bahwa ini bukanlah sepenuhnya kisah yang menyedihkan, meski ada tangis yang kuceritakan?

Ini hanya awal mula.
Sebuah kisah yang dimulai dengan indah. Dengan cinta yang lebih besar dari yang pernah kalian bayangkan.
Tentang seorang lelaki dan perempuan yang bertekad mengalahkan dunia. Yang ditakdirkan memiliki banyak hal yang serupa, bahkan mimpi dan harapan yang sama.

Tentang si Beruang Besar dan si Kelinci Kecil.
Benar. Ini tentang mereka.

I don't need reasons to fall for you, as you know, you had me at hello
- Big Bear

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...