Azani, my nephew
Mudik dan ngumpul waktu Lebaran adalah momen gue untuk main dengan anggota-anggota keluarga termuda di keluarga besar gue.
Gue seneng banget setiap punya sepupu atau keponakan yang baru lahir. Soalnya mereka bisa diajak bersenang-senang tanpa harus ikutan repot mikirin cara membesarkannya, memberinya makan dan pendidikan hehehe…
Tinggal ngemanjain dan ngajak jalan-jalan. Digendong, diciumin, dikerjain dan dipelototin kalo nakal. Makanya sepupu-sepupu dan keponakan-keponakan gue yang masih kecil biasanya nempel sama gue.
Keponakan gue yang terbaru namanya Omar Azani. Umurnya baru dua bulan, beratnya 6 kilo. Si kecil ini anak pertamanya sepupu gue, Alfi dan suaminya, Ugi. Yang lain manggil Omar, Azani, atau Zani… gue mah manggilnya Ujang aja biar gampang. Ibunya juga gak protes kok hehehe…
Little Ujang nggak pernah rewel, kecuali kalo lagi laper dan haus. Mau digendong siapa aja, dan matanya yang sipit dan bening akan menatap si penggendong dengan kalem. Seolah ngerti bahwa yang gendong sayang dan gemes sama dia.
Dia punya kereta dorong yang besar dan bagus. Selalu dipakein baju kodok dan wangi minyak telon & baby cologne sepanjang waktu.
Meskipun para sepupu dan paman-bibi dari ibunya suka ngeledekin dia dengan sebutan ‘si hidung cutbray’, diramalkan dia akan menjadi pemuda yang cute dan cool kalo udah gede nanti.
Trust me, sweety….
Gue seneng banget setiap punya sepupu atau keponakan yang baru lahir. Soalnya mereka bisa diajak bersenang-senang tanpa harus ikutan repot mikirin cara membesarkannya, memberinya makan dan pendidikan hehehe…
Tinggal ngemanjain dan ngajak jalan-jalan. Digendong, diciumin, dikerjain dan dipelototin kalo nakal. Makanya sepupu-sepupu dan keponakan-keponakan gue yang masih kecil biasanya nempel sama gue.
Keponakan gue yang terbaru namanya Omar Azani. Umurnya baru dua bulan, beratnya 6 kilo. Si kecil ini anak pertamanya sepupu gue, Alfi dan suaminya, Ugi. Yang lain manggil Omar, Azani, atau Zani… gue mah manggilnya Ujang aja biar gampang. Ibunya juga gak protes kok hehehe…
Little Ujang nggak pernah rewel, kecuali kalo lagi laper dan haus. Mau digendong siapa aja, dan matanya yang sipit dan bening akan menatap si penggendong dengan kalem. Seolah ngerti bahwa yang gendong sayang dan gemes sama dia.
Dia punya kereta dorong yang besar dan bagus. Selalu dipakein baju kodok dan wangi minyak telon & baby cologne sepanjang waktu.
Meskipun para sepupu dan paman-bibi dari ibunya suka ngeledekin dia dengan sebutan ‘si hidung cutbray’, diramalkan dia akan menjadi pemuda yang cute dan cool kalo udah gede nanti.
Trust me, sweety….
Nana, the Cinderella
Sebelum Little Ujang lahir, anggota keluarga besar gue yang termuda adalah sepupu gue, Nana. Umurnya lima tahun. Waktu bayi, dia juga jadi rebutan sepupu-sepupunya yang udah gede untuk digendong dan dianggap boneka. Apalagi dia kan montok dan punya rambut kriwil-kriwil. Boneka banget kan… Then, karena bergaul dengan orang-orang dewasa, tingkahnya jadi ikut sok dewasa.
Gara-gara liat uwak-uwaknya suka bagiin amplop THR sama dia dan sepupu-sepupu yang lain, lantas dia ngumpulin uang jajannya selama sebulan terakhir. Pas malam takbiran, dia datang ke rumah gue dengan keluarganya, yang paling dulu dicari adalah nyokap gue.
Dia ngasih sebuah amplop yang ditulisin sendiri dengan huruf yang bengkok-bengkok:
THR untuk Uwak Nyai. Selamat idul fitri. Mohon maaf lahir dan batin.
Isi amplopnya delapan ribu rupiah. Nyokap gue terharu banget. Amplop itu langsung disimpen di lemarinya buat kenang-kenangan. Nana memang deket banget sama Nyokap, karena waktu bayi sering dititipin di rumah gue.
Lebaran tahun ini, si centil kepingin jadi Cinderella. Ibunya khusus menyiapkan baju baru dari bahan satin model tumpuk semata kaki. Dia sukses menyeret gue ke halaman belakang rumah untuk menjadi fotografer.
Cinderella kecil yang ganjen pun mulai bergaya bak foto model internasional. Kolam ikan kering, gazebo, pinggir jendela dan pojok kebun menjadi latar belakang pemotretan.
Dia ngasih sebuah amplop yang ditulisin sendiri dengan huruf yang bengkok-bengkok:
THR untuk Uwak Nyai. Selamat idul fitri. Mohon maaf lahir dan batin.
Isi amplopnya delapan ribu rupiah. Nyokap gue terharu banget. Amplop itu langsung disimpen di lemarinya buat kenang-kenangan. Nana memang deket banget sama Nyokap, karena waktu bayi sering dititipin di rumah gue.
Lebaran tahun ini, si centil kepingin jadi Cinderella. Ibunya khusus menyiapkan baju baru dari bahan satin model tumpuk semata kaki. Dia sukses menyeret gue ke halaman belakang rumah untuk menjadi fotografer.
Cinderella kecil yang ganjen pun mulai bergaya bak foto model internasional. Kolam ikan kering, gazebo, pinggir jendela dan pojok kebun menjadi latar belakang pemotretan.
Malemnya, Cinderella berubah jadi pegawai salon. Gue tiduran di sofa, sementara dia mengusap-usap muka gue dengan kapas dan susu pembersih.
Trus dia bisik-bisik ke gue.
“Ssstt….Mbak Enno, Mbak Enno, kadieu geura mere beja[1].”
“Ada apa?”
“Lebaran taun depan, Nana mau ngasih THR sama Mbak Enno ya…”
“Oh ya? Makasih ya. Emang kenapa Mbak Enno mau dikasih THR segala?”
“Kan Mbak Enno mah bageur[2]…”
Gue baik katanya? Aduh manisnya…..
________________________________________________________
[1] Kesini deh ngasih tau
[2] Baik
Trus dia bisik-bisik ke gue.
“Ssstt….Mbak Enno, Mbak Enno, kadieu geura mere beja[1].”
“Ada apa?”
“Lebaran taun depan, Nana mau ngasih THR sama Mbak Enno ya…”
“Oh ya? Makasih ya. Emang kenapa Mbak Enno mau dikasih THR segala?”
“Kan Mbak Enno mah bageur[2]…”
Gue baik katanya? Aduh manisnya…..
________________________________________________________
[1] Kesini deh ngasih tau
[2] Baik
No comments:
Post a Comment