Aku rindu padamu. Tiba-tiba saja mengalir seperti sungai yang banjir. Ini rindu yang tak sama seperti dulu. Hanya ingin mengobrol denganmu. Tertawa, bergurau. Menggoda dan mengerjaimu. Kau terlalu ketinggalan zaman dengan keusilanku. Maka aku ingin melihatmu lagi, tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala. Berkata, "Ah, aku ini sudah terlalu tua." Yang mana itu tidak benar.
Aku teringat malam-malam yang kita lewati hingga pagi di sambungan fiber optik. Atau ketika kita duduk berdekatan, bersisian, dengan lutut saling bersentuhan. Kau dan matamu yang menyimpan kisah duka. Membuatku selalu ingin membuatmu tertawa.
Jatuh cinta padamu membangkitkan segala puisi indah dalam jiwa. Aku menulis beribu kata untukmu dan kau sesungguhnya tahu. Bukankah sudah kukumpulkan semuanya dalam serangkum kertas, menjilidnya dan mengirimkannya padamu sebagai tanda perpisahan? Aku lupa apa yang kutulis di selembar kertas sebagai pengantar jilid itu. Yang kuingat adalah, aku menulisnya sambil menangis. Perpisahan itu menoreh luka.
Ada kebohongan, ketidakjujuran, pengkhianatan persahabatan dalam cerita kita. Ada tokoh-tokoh lain yang terlibat di dalamnya. Aku memutuskan menjauh. Sejauh-jauhnya darimu. Menghilangkan seluruh jejakmu dari hatiku. Dan kau benar-benar menghilang bagaikan sejarah yang terlupa. Ada namun tiada.
Malam ini, aku rindu padamu. Jangan kau salah paham dulu. Aku merindukanmu sebagai teman dan pelindungku. Anggaplah bahwa jatuh cinta padamu hanya sebuah insiden yang tak sepantasnya terjadi. Anggaplah bahwa aku hanya seorang gadis tak tahu diri, yang seperti pungguk merindukan bulan.
Aku rindu padamu. Hanya itu. Hanya itu.
..................
Empat tahun yang lalu. Di stasiun Yogyakarta.
"Kamu hati-hati ya!"
"Oke, Mas."
"Kabari kalau sudah sampai."
"Yup."
"Aku turun, ya. Nanti ikut kebawa ke Jakarta."
"Hahaha. Iya sana, gih! Makasih ya, Mas!"
Laki-laki itu masih berdiri di peron ketika kereta api mulai bergerak menuju Jakarta. Bunga Rumput menatap Pria Hujan-nya dari balik jendela.
Au revoir. Je t'aime.
pict from here |
2 comments:
habis ini kangen spring trus aurora borealis..trus phoebus....bla bla blaaaaa.....
wkwkwkwkwk
"enno(manggil ala manggil afika), bagii oreonya dong..."
wkwkwkwkwkwk.........
"enno...maafin hujan yaaaaa" (ala mawarmarwan)
buakakakkakwakakak......
#komenmerusaksuasanaromantis....
heh, yg menyakiti hatiku gak bakal aku kangeni...
yg ada malah pengen nimpuk pake gajah! :D
and don't you dare to say about that name (the plinplan one). lgsg bersin2 neh :P
Post a Comment