Semestinya sudah berangkat meninggalkan Stasiun Cibatu sejak pagi, pukul tujuh kurang 15 menit. Saya bahkan sudah ada ada di stasiun sejak pukul enam.
Rupanya, di tengah malam, ada kereta anjlok di daerah sekitar Garut. Proses evakuasi memakan waktu 4 jam. Saya sampai memutuskan pulang dulu ke rumah dan duduk-duduk dengan gelisah di ruang tv selama satu jam. Akhirnya memutuskan kembali ke stasiun. Meskipun, penjaga loket tiket yang saya kenal (saking seringnya saya bepergian belakangan ini) berjanji akan menghubungi saya kalau ada kabar kereta Pasundan yang akan saya tumpangi tiba.
FYI, jarak dari rumah saya ke stasiun cuma sekitar 10 menit dengan motor.
Demikian perjalanan Waisak saya dibuka, saudara-saudara.
Akhirnya, pukul 11 siang, kereta itu membawa saya pergi meninggalkan kampung halaman (ibu saya), menuju Jogja.
Jogja again? Yeah.
Mau gimana lagi. Gue cinta mati sama Jogja.
Kursi saya sudah diduduki orang-yang tidak mau pindah, Saya malas ribut, akhirnya harus duduk di nomor sebelahnya-yang mana dari atas menetes air dari AC yang bocor-sehingga saya akhirnya pindah ke kursi kosong di dekat sambungan gerbong dan WC.
Di situ, duduk seorang cewek anak Solo dan cowok anak Bandung yang semula tidak saling kenal, lalu akhirnya kami bertiga malah asyik mengobrol segala macam dan tertawa-tawa (thanks to my social ability).
Lalu, ada pemeriksaan karcis, dan saya sadar bahwa di sebuah stasiun entah di mana, kursi yang saya duduki itu ada yang berhak. Saya pasti akan terusir juga. Maka, saya bilang ke polisi kereta berbadan tinggi besar, bahwa kursi saya diduduki orang lain, sehingga saya harus pindah.
Tuhan bersama orang-orang yang sabar, ya nggak sih?
Cowok itu diusir ke tempat duduknya sendiri yang ternyata di gerbong lain, dan saya menempati tempat duduk saya yang sebenarnya, tepat di dekat jendela (itulah gunanya berteman dengan penjaga loket haha).
Tiba di Jogja sekitar pukul setengah enam sore. Padahal seharusnya pukul dua sudah tiba. Sigh!
Ya sudahlah ya. Namanya juga musibah. Toh PT KAI sudah meminta maaf kepada kami. Di perjalanan, saat pemeriksaan karcis, ada pegawai restorasi yang membagikan air mineral botol dan popmi kepada setiap penumpang pemegang karcis. Pegawai itu bilang, PT KAI meminta maaf atas keterlambatan jadwal. I thought that's fair enough.
Untungnya hotel sudah dipesan sejak dua bulan yang lalu. Oh, jangan heran. Saya ini terkadang sangat terencana dan planning-freak. Kadang-kadang tapi...
Biar hidup nggak monoton kan sesekali harus impulsif juga. Acara-acara dadakan seringnya lebih seru.
Di depan stasiun, dia sudah menjemput dengan motor sewaannya. Dia datang beberapa jam lebih awal, karena keretanya nggak pakai telat.
Hari itu cuma ada makan malam. Memandangi wajahnya yang saya kangeni sejak journey terakhir di Surabaya.
Saya kepengin ngomong banyak hal, tapi nggak bisa terucapkan. Jadinya, kami cuma membicarakan rencana selama di Jogja dan perjalanan ke Borobudur menyaksikan upacara Waisak.
Bagaimana pun, perjalanan kami sudah dimulai.
Di sini Jogja.
Di sini pejalan menemukan cinta, sekaligus tanda tanya.
Pizza di Cafe Aglioo, Prawirotaman. Pict by me |
7 comments:
Aku belom jadi ke Jogja :(
dia itu siapa sih mbak enno? hihihi...
smpe mbak nggak bosan2 memandangi wajahnya... ^_^
anyway, jurus mbak enno mengenal penjaga loket kykx mesti ditiru deh :P
Sama, mbak. Saya jg cinta mati sama Jogja. Apa cari jodoh org sana aja ya, biar pulang kampungnya bisa ke Jogja mulu? Hehehe... ^^
jiiaaaahhhhh....aq mau jugakkk jalan2.....hiksssss......
*curhat edisi mau rapotan, deadline di sana sini*
Mumpung pizza-nya masih ada, bagi dong mbak! :D
*nggak pernah ke Jogja*
lama tak berkunjung, ternyata si enno udah jadi traveler sejati ya aih.
pengen juga jalan-jalan lagi :'(
oh sekarang hidupku terbatasi.
lama tak berkunjung, ternyata si enno udah jadi traveler sejati ya aih.
pengen juga jalan-jalan lagi :'(
oh sekarang hidupku terbatasi.
Post a Comment