Seperti akar yang tercabut tanpa meminta pohon bersabar.
Seperti hujan yang terus menerus turun, tak peduli segalanya tenggelam.
Seperti detik yang maju tak kenal jeda.
Di dahan mana harus kucegat angin untuk menitipkan selendang harapan muram dan cinta, yang anehnya, berkilauan?
Dadaku sesak sejak hari-hari yang kau robek dari almanak.
Berpura-pura semuanya tak pernah ada. Harapan. Janji-janji. Semangat yang kita rajut sambil berjalan ke tujuan.
Kaulah yang menciptakan sungai di mataku, Tuan.
Mengangkat sauh dan mengendap menuju bulan.
Di pelabuhan mana harus kucari nakhoda yang meyakinkanmu untuk teguh?
Rindu ini seperti ruh yang melayang tanpa tubuh. Dirimu jalan pulang.
Sungai di mataku menderas. Arusnya melubangi hatiku.