Kami nggak menyangka bahwa perjalanan kami hari berikutnya ke Pantai Siung, di Dusun Duwet, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Gunungkidul, akan sangat mendebarkan. Karena itu, sebelum cerita, saya mau bilang, bahwa tulisan ini khusus didedikasikan untuk Wuri, yang sudah memboncengkan saya dengan motornya, melalui jalan berliku-liku, berkelok-kelok tajam, naik turun seperti roll coaster, dengan gagah berani.
Kami nggak menyangka bahwa lokasinya seterpencil itu. Sangat jauh di pedalaman, bahkan lebih jauh dari tiga pantai paling terkenal di Gunungkidul yaitu Baron, Krukup dan Krakal. Perjalanan kami hanya berdua saja dengan satu motor, melewati jalan yang meski diaspal mulus tapi sepi, bahkan harus melewati hutan-hutan jati. Kami bahkan harus bertanya entah sampai berapa kali pada orang-orang yang kebetulan kami jumpai (kalau melewati pemukiman), untuk memastikan apakah kami nggak salah belok dan berapa kilometer lagi jarak ke sana.
Kalau banyak yang familiar dengan Pantai Baron (memang paling terkenal sih), maka untuk ke Siung harus menyiapkan kesabaran (apalagi kalau naik motor). Pernah nih, karena merasa sebal nggak sampai-sampai juga, kami nanya lagi sama penduduk setempat. Jawabannya bikin lemas: "Sepuluh kilo lagi, Mbak."
Hadeeh! Sepuluh kilo kalau jalan perkotaan sih nggak masalah. Lha ini jalanan sepi dan lewat hutaaan!
Oiya, sebagai catatan, sepanjang jalan menuju Siung, kita akan melewati belokan-belokan ke pantai-pantai lain yang memang berderet sepanjang pesisir Gunungkidul. Ngiler juga sih belok mampir-mampir dulu (mumpung lewat kan, udah jalan jauh-jauh), tapi nanti nggak sampai-sampai ke tujuan utamanya hehe...
Setelah degdegan dan waswas sepanjang mencari pantai ini, apa yang kami dapatkan benar-benar setimpal. Saya memang nggak suka pantai (pernah kan saya bilang di sini berapa kali?). Tapi bukan berarti saya nggak pernah ke pantai. Saya cukup sering ke pantai (karena teman-teman saya suka pantai), dan bukan berarti saya nggak bisa mengapresiasi.
Dan Pantai Siung ini adalah pantai paling damai dan paling indah yang pernah saya datangi. Subhanallah. Pasir pantainya putih, air lautnya biruuu banget, dan bersih tanpa sampah. Di sini nggak seramai Pantai Baron-Krukup-Krakal, mungkin karena jarak tempuh yang jauh dan belum banyak orang awam yang tahu. Kenapa saya bilang awam? Karena pantai ini sebenarnya dikenal dunia internasional sebagai salah satu lokasi panjat tebing terbaik. Yang lebih banyak datang ke sini adalah para rock climber, lokal maupun mancanegara. Di Siung, pernah diselenggarakan Asian Climbing Gathering, yang diikuti oleh 80 peserta dari 15 negara di Asia.
Di sini ada 250 jalur pemanjatan untuk wisata minat khusus panjat tebing. Terus ada camping ground juga buat berkemah dan bikin api unggun. Katanya, kalau malam, ada rombongan kera turun dari atas perbukitan untuk main di pantai. Itu sebabnya pantai ini dinamakan Siung, karena ada sebuah tebing karang yang bentuknya mirip siung (gigi taring) kera. Kreatif juga ya hehe...
Biar pun sepi, tapi di sini ada penginapan, ada baywatch-nya (tapi pasti nggak ada yang mirip David Hasselhoft) dan warung-warung untuk istirahat. Di pantai ini dilarang berenang karena ombaknya gila banget! Soalnya langsung menghadap Samudera Hindia.
Semakin siang, air lautnya semakin pasang. Saya dan Wuri, sempat jalan ke karang yang dekat ke laut untuk foto-foto. Waktu ke sananya sih gampang, setengah jam kemudian, kita udah susah balik ke pantai karena pasangnya jadi tinggi. Huaaa!
Konon, sunset dan sunrise di pantai ini keren kalau dilihat dari atas tebing. Nggak perlu rock climbing dulu untuk sampai puncak tebing, wong ada jalan setapak juga kok. Cuma... terjal aja gituh! Saya dan Wuri sempat ajak-ajakan ke atas. Tapi nggak jadi karena rempong cyiiin.... Saya selama di Siung gendong keril lho! Lumayan berat oleh baju basah bekas cave tubing :P
Berhubung mulai lapar, setelah minum kelapa muda (tujuh ribu rupiah per butir, tapi besar dan airnya banyak), kami sepakat untuk cari makan di Pantai Indrayanti, yang lokasinya kami lewati sebelum ke Siung.
Buat saya sih sebetulnya berat meninggalkan Siung. Saya kepengin nyoba nginap di sini dan lihat gerombolan kera ekor panjang main di pantai... hiks...
Tapi saya janji, kapan-kapan akan nyulik siapalah gitu untuk diajak ke sini lagi. Hihihi....
Coba deh, liat dulu foto-foto ini:
Itu Wuri dengan backpacker style-nya hehe... Pantainya bersih dan sepi kan? |
Dilihat dari sisi Timur. Tebing di Siung punya 250 jalur panjat |
Iya sih, kalau liat foto-foto itu memang nggak meyakinkan gimana bagusnya Siung. Ya iyalah, kami berdua cuma bisa pakai kamera buat futu-futu narsis :))
Nah kalau foto-foto ini saya pinjam dari situs lain, makanya bagus hehe...
Ini jalur panjat paling populer para climber pro: Jalur Kuda Laut. Foto dipinjam dari sini |
Air lautnya sedang pasang. Foto dipinjam dari sini |
Yang harus disiapkan kalau akan ke pantai ini: stamina, performa kendaraan (kalau bensin habis atau pecah ban, bakal susah. Lokasi perkampungan hanya di awal-awal perjalanan), baju ganti (karena meskipun tidak boleh berenang, bermain air di antara celah karang masih bisa), bekal minum dan cemilan untuk di perjalanan, dan kamera (rugi kalau nggak narsis di sini). Buat yang suka wisata minat khusus, ada jasa climbing tour, lengkap dengan instruktur plus peralatan manjat.
Harga tiket Masuk Pantai Siung: Orang Rp 1.000, mobil Rp 1.500, motor Rp 1.000
Parkir: Mobil Rp 5.000, motor Rp 2.000
Jalur transportasi umum menuju ke sini masih kurang memadai. Waktu tempuh dari Jogja sekitar 2-2,5 jam. Kalau naik kendaraan umum, kita harus naik bus ke terminal Wonosari. Di sana nanti naik minibus arah Tepus atau Jepitu. Sopirnya akan menurunkan kita di pertigaan, dan kita harus nyambung dengan ojek. Tapiiii.... nunggu angkutan di Gunungkidul itu harus sabar, karena bisa aja berjam-jam hehe. Mendingan dari Jogja nyewa mobil atau motor aja.
Oiya, untuk jadi catatan, di Pantai Siung sinyal ponsel bakal hilang. Sama sekali. Ponsel saya adalah ponsel dengan 4 simcard (bukan dual simcard lagi. biasaaa, sok penting hehe), dan diisi dengan 4 simcard dari 4 provider berbeda. Semuanya gak nyala.
Tau nggak, waktu sudah sampai di Jogja, pas kami mau tidur, Wuri bilang: "Sebenernya aku degdegan lho Mbak, waktu kita ke Siung itu. Jalanannya sepi, lewat hutan, cuma kita berdua. Aku takut ada orang jahat pake motor ngejar kita, hiii..."
Sementara saya degdegannya justru kalau motor kami mogok, pecah ban, atau ada tanjakan/turunan yang lebih curam lagi. Obyek ketakutannya beda tho? :))
Thanks ya Wuri, udah nemenin jalan ke Siung. *ciyum basah*
-To be continued
10 comments:
harga tiket masuknya murah ya,,,
jadi pengen kesitu :D
teteeeeeh, kalau 500 meter sebelum pantai ngelihat ladang jagung subur di sebelah kiri jalan itu proyek penelitian akuuuu!!
pertama kali ke situ, nyetir dari bandara rasanya cape beuuud saking jauhnya. Tapi pantainya lumayan bagus dan PANAS!! hehehe
hayuk kesana lagi bareng2! :))
Ogah diciyum basah,kl yang cium Lee Min ho sich ga nolak. hehehe
Ditunggu cerita selnjtnya ya!
salam gan ...
menghadiahkan Pujian kepada orang di sekitar adalah awal investasi Kebahagiaan Anda...
di tunggu kunjungan balik.nya gan !
@obat: iya murah banget :)
@dea: ayo sana berangkat :)
@apis: ih kamu mah dimana2 punya kapling :P yuk kesana! setirin yak :D
@wuri: crita selanjutnya pengennya ttg orang S yang aneh itu, tapi... :))
kyaaa itu tebingnya tinggi bangeeettt jatuh dari situ pasti mati deh... #nglantur
pengorbanan banget ya di perjalanannya, jauh bener. :))
event blogger: review tempat makan favorit, berhadiah Galaxy pocket sama voucher2 lho!
@annesya: mau nyobain apa? :P
@teguh: iya jauh bgt, tapi tempatnya keren jd ga sia2 :)
lho, lho mana foto2 keren lainnya? perasaan di kamera Wuri banyak deh :D
Post a Comment