Malam enggan pergi. Tetapi matahari mendesakkan diri di angkasa sepi. Perlahan mengintip dari ujung bumi. Sinarnya luruh diserbu hujan yang datang kepagian.
Segelas cappucino tumpah di meja. Mengalir pelan ke ubin, mengotori putihnya. Saya menatapnya. Setiap tetesnya menggemakan sunyi.
Hari-hari berlalu. Saya tidak lagi menghitung deretan angka di almanak. Tidak lagi punya semangat menyambut setiap pagi yang baru. Karena saya tahu kamu tak disitu.
Berbagai percakapan datang dan pergi sehari ini. Semuanya seperti gema dari ruang hampa udara.
06.30.
Ketukan di pintu kamar.
"Mbak Retno, bangun!"
"Ya, sudah kok."
Menjengukkan kepala dari balik pintu, menemukan kesibukan pagi yang biasa. Teman yang selalu bangun paling pagi, teman yang akhir-akhir ini terlambat bangun karena menelepon pacar sampai larut. Wajah-wajah cerah yang tersenyum lebar pada wajah saya yang kusut.
"Sudah mandi?"
"Sudah. Mbak Retno mau mandi?"
"Nanti aja deh."
13.00
"Rakyat membutuhkan pemimpin baru."
Narasumber di depan saya bicara menggebu-gebu. Mengacungkan kepalan tangannya ke udara. Memenuhi ruangan dengan semangatnya.
"Tentu."
"Ah, Mbak ini apa ya tadi? Redaktur pelaksana?"
"Ya."
"Ah, good. Saya harap kita bisa diskusi lagi kapan-kapan. Saya salut sama perempuan yang melek politik."
"Saya masih belajar, Pak. Harus terus belajar, supaya tidak kalah berdebat dengan narasumber seperti Bapak."
"Hahaha. Ya, ya. Bagus itu. Wartawan jangan cuma asal bertanya."
"Undang saya kalau Rapimnas nanti ya Pak."
"Ya. Nomor ponselmu sudah saya save ini."
18.00
Mengobrol dengan Popi di ruang maya.
"Lu mungil banget ya No!"
"Masa sih Pop?"
"Iyaaaa. Kalau lu bareng gue jadi kayak Liliput dan Goliath."
"Ha? Emang tinggian lu gitu?"
"Iyalah."
"Pantesan lu ngomong gitu."
Rasanya jadi ingin pergi ke Bandung menemui Popi.
21.30
Pesan pendek untuk Novi.
"Foto-fotonya thanks ya bu."
"Heyyy gue udah baca blog lu. Hahaha lucu liat Arya di kolong rak."
"Hehehe iya sengaja dipasang. Cuma anak lu yang punya gaya kayak gitu."
Novi tidak membalas lagi. Pasti sudah tidur.
00.00
Saya tidak bisa tidur. Merindukan kamu. Merindukan gemuruh hujan di atap rumah. Tetapi rupanya tak ada yang merindukan saya malam ini.
No comments:
Post a Comment