Wednesday, May 14, 2008

Ada Aku di Tenabang

Hari yang penat. Aku terserap dalam pusaran manusia yang sedang kalap. Di mana-mana suara terdengar nyaring. Para penjaja yang bersemangat, pembeli yang cerewet, satpam pemarah dan penjual es cendol durian. Sekali lagi, aku terdampar di tempat asing dalam pengembaraan kota yang tak biasa.

"Excuse me." Sebuah suara terdengar di belakangku. Seorang Afrika hitam. Dan aku menepi, memberinya jalan. Lihatlah, betapa bergegasnya orang-orang benua jauh itu menembus kepadatan lorong. Seolah tak peduli orang-orang akan terjatuh dilanggar tubuh yang tinggi besar itu.
Dan aku teringat tempat lain yang sama tapi berbeda. Tempat di mana para pedagang menawarkan barangnya dengan suara dan intonasi lembut. Lorong-lorong yang padat namun tak stagnan. Mengalir seperti air, memenuhi setiap rongga dan surut ke tepi dengan sendirinya.
Selalu ada orang-orang dari benua jauh. Orang-orang hitam dan putih yang memborong bertumpuk-tumpuk batik. Tubuh-tubuh tinggi besar itu tak akan melanggar tubuhmu sampai jatuh. Dijamin.

"Pardon, bisa kasih tahu dimana jual towel?" Orang Afrika itu tiba-tiba ada di depanku.
"Oh handuk?" Aku terdiam mengingat-ingat. Tentu saja aku tidak tahu. Sudah lama sekali aku tidak pernah lagi pergi ke tempat ini. "Bang, yang jual handuk sebelah mana ya?" Aku bertanya pada seorang pedagang. Diberitahunya sebuah arah. "Turn left, just two blocks from here," kataku pada si Afrika.
"Thank you very much." Ia tersenyum memamerkan gigi putihnya yang kontras dengan kulitnya.

Aku kembali melangkah. Menembus aliran manusia yang padat dan sibuk berburu barang. Seorang kuli angkut dengan karung besar di pundaknya tersenyum padaku. Aku balas tersenyum, dengan heran. Kenapa ia memberiku senyum itu? Apakah aku mirip seseorang yang dikenalnya?
Sebuah pesan pendek masuk ke ponselku. Seorang teman. Jangan lupa liatin blus batik. Bagus-bagus nggak. Blus batik yang ia maksud itu memang kulihat dimana-mana. Model yang sedang in dan akhirnya malah menjadi pasaran.

Langkahku tersendat. Peri cantik bersayap hijau tersenyum padaku. Sebuah handuk mandi yang cantik! Dan ada peri-peri lain bersayap warna-warni. Peri! Oh, aku teringat peri-peri kecilku lagi....

Tiga jam berlalu. Kakiku lelah. Sore merampas siang yang nakal. Meredam matahari yang mengumbar panasnya terlalu banyak.
Tahu tidak, tukang cendol durian itu masih ada di pelataran gedung. Masih sibuk melayani pembeli-pembeli rewel yang hampir mati kehausan. Aku duduk di kursi plastik hijaunya.
"Diminum di sini, Mbak?"
Aku mengangguk.

Tiga peri di dalam ranselku. Terbungkus aman sebagai hadiah untuk peri-periku di istana salju. Mendadak, sekelilingku tak lagi penuh. Aku bak terlempar dari pusaran riuh yang tadi baru saja kuarungi.
Hari ini ada aku di Tenabang.


10 comments:

Ayu Ambarsari Hanafiah said...

salam buat peri-perinya mba... :)

Enno said...

thx ya nanti kusampein... pasti senang...alm ibu mrk jg berjilbab :)

Selerines said...

Hi friend... I am from India. Your blog looks pretty cool and nice. I am interested to share my link with you. Are you interested my friend? Please visit my blog frequently and keep in touch there!!!! I hope you will accept my request. If you are interested, then please comment in my blog. Thank you!!!!

Anonymous said...

hi enno...emmm...aku selalu terpesona pada setiap celotehmu.. membacanya membuatku ikut terdampar disana hiks :)

Teuku Zulfikar Amin said...

tanya donk ke orang afrika tadi...
gmn cara mutihin giginya???
digosok pake paan??

Enno said...

selerines: hi, of course :)

mamae yusuf: makasih ya mbak. salam sayang buat yusuf :)

slugger: hehehe digosok pake bayclin kali :p

Anonymous said...

mba mba...
tenabang ituh dimana yak??
*ga lulus plajaran geografi dan sejarah* hehehehe... :)

Enno said...

itu penyebutan utk tanah abang fin :p

Anonymous said...

ijin mbak. daku dengan lancang ngelink-kan blog sampeyan ke blogku. maturnuwun sanget...

Enno said...

Yeah, dimaapin kok :)
thx bgt dah mampir....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...