Saturday, April 26, 2008

Untuk Lyra

Dia mengambil alih posku di balkon itu. Mengambil alih kursi rotanku, juga pulpen dan buku notesku. Itu tempatku duduk mencari ilham. Sore ini dia ingin mencoba. Atas nama semangat belajar menulis.

Lalu, dia mulai mencoret-coret. Ini hasilnya:

Badut-badut yang sedang berfoto.
Layang-layang di angkasa meliuk-liuk, eh ada yang nyangkut.

Si perut gendut makan terus kerjanya. Baju sudah tidak ada yang cukup lagi. Kasihan deh lu…
Gedung hijau ungu yang norak itu terlihat dari balkonku.

Aku hidup seperti…
Perjuangan dari 53 ke 45
Keliling kompleks 5x
Sit up 100x
Push up 30x aja

“Sudah?” Aku mengintip notes itu.
“Nggak bisa.” Dia menyeringai.
“Gedung hijau ungu yang norak itu terlihat dari balkonku? Itu bagus, bisa dilanjutin tuh!”
Dia menggeleng sambil tertawa, malah bangkit dari kursi dan beranjak pergi.

Ya sudah. Ini kulanjutkan saja. Sekedar menunjukkan padanya, menulis tidak sesulit yang dia kira.

Gedung hijau ungu yang norak itu terlihat dari balkonku. Menyembul di antara rimbun pepohonan yang dahannya melenggok ditiup angin. Seekor burung terbang melintas. Aku ingin memanggilnya mampir sebentar.
Itu gedung apa? Pikirku. Mungkin burung itu tahu sesuatu. Bangunan itu mengingatkanku pada sebuah bangunan lain yang mungkin kulihat dalam mimpi. Warnanya yang tidak serasi memang mengganggu pemandangan. Tapi ada sesuatu yang membuatnya tampak angkuh berlatar langit. Gedung yang memanggil-manggil siapapun untuk datang dan menyentuh dindingnya.
Istanakah itu? Tempat aku akan menemukan pangeran yang telah menungguku berabad-abad. Atau penjara? Yang akan menjebakku dalam hati seseorang yang mencintaiku dengan posesif.
Atau itu gedung sekolah? Dan aku akan ke sana mempelajari cara sembuhkan rindu dendam yang begitu lama kutahan.
Ah, atau itu hanya sekedar gedung milik orang yang buta warna? Gedung yang akan menerimaku dengan tangan terbuka, meski dari luar tampak begitu buruk rupa.
Gedung hijau ungu yang norak itu memang akan selalu tampak dari balkonku. Mengusik rasa penasaranku jika aku menatapnya dari balik pepohonan yang melenggok ditiup angin.
Aku akan ke sana suatu hari nanti, mengungkapkan rahasianya. Jadi tunggu saja.
_____________________________________

PS: Selamat belajar menulis, my dear cousin :)

6 comments:

Unknown said...

Bagus banget mba kata2nya

sayang aku ga ngerti, apa.. maksudnya..

salam kenal...

Enno said...

hahaha it's ok kalo gak ngerti, makasih ya udah baca :D

pudi-interisti said...

We...salam kenal. Mbak kursi rotannya di kudeta lyra ya?
apa si Lyra si gendut itu? Cantik ya kalau gitu LYra, banyak bulunya lagi.
Sorry kalau gak nyambung!!!

Enno said...

idih lyra itu sepupuku! hehehe :D

Anonymous said...

mbak...tulisanmu ini lho..bagus-bagus..:)

jadi pengen...:D

Enno said...

yang bener aja as... aku malah pikir, yg bagus2 itu tulisanmu, suwer! :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...