Tuesday, April 24, 2012

On Writing: Outline Itu Seperti Ini...

Jadi, saya dapat buanyaaak pertanyaan via e-mail tentang outline Outline itu apa sih?
Cara bikin outline itu bagaimana? Outline itu sama dengan sinopsis ya? Harus berapa halaman? Wah.. dsb, dll deh ;)

 Saya tahu, pertanyaan ini ada kaitannya dengan lomba Nulis Bareng Bukune yang akan digelar beberapa minggu lagi. Syaratnya, peserta yang ingin diundang dan terpilih ikut kelas menulis ini harus mengirimkan dulu outline novelnya ke redaksi Bukune. Cerita yang dianggap menarik dan bagus untuk diterbitkan sebagai novel akan membuat si calon penulis terpilih ikut kelas ini, di mana saya akan ada di sana sebagai narasumber untuk sharing.

Nggak heran kalau saya jadi kebanjiran pertanyaan tentang outline, yang seharusnya topiknya baru akan di-share nanti di kelas menulis.

Tapi, kalau dari sekarang nggak tahu apa itu outline, gimana mau kirim dan ikutan lomba. Iya kan? Hehehe... Outline itu maksudnya kerangka karangan. Ingat nggak, topik kerangka karangan ada di pelajaran Bahasa Indonesia di bangku sekolah?

Yuhuuu! Outline beda dengan sinopsis ya...
Sinopsis itu berupa ringkasan cerita-semacam review tapi tanpa kesimpulan penilaian.
Outline adalah panduan, atau peta, atau garis-garis besar haluan membuat novel. Gunanya untuk memandu kita supaya nggak melenceng dari plot cerita yang gambaran besarnya sudah disusun dalam benak (mind mapping). Agar kita bisa menyesuaikan ide cerita, para tokohnya, alur cerita, setting waktu dan tempat, sejak awal cerita sampai ending.

Kegunaan outline itu banyak. Intinya sih membantu penulis untuk tetap konsisten on the track. Plot cerita nggak akan melebar kemana-mana. Sebaliknya, kalau mau mengembangkan plot pun, outline menjaga penambahan itu tetap nyambung dengan inti cerita. Manfaat outline masih banyak sebetulnya. Nunggu kelas menulis dulu ya... Nanti saya share di sini deh :P

Tapi sekedar nggak bingung, outline itu seperti apa. Gambarannya kayak gini:

Outline yang simpel biasanya terdiri dari:


  1. Judul 
  2. Genre (romance, sci-fi, petualangan, horor, thriller, fantasi, komedi, dll)
  3. Tokoh-tokoh dalam cerita 
  4. Setting (lokasi dan waktu) 
  5. Alur cerita 
  6. Konflik cerita 
  7. Sinopsis untuk menggambarkan keseluruhan kisah. 



Penggambaran setiap tokoh lebih detail lebih bagus. Deskripsikan ciri-ciri fisik, sifat, dan keunikan karakternya. Jelaskan hubungannya dengan masing-masing tokoh yang lain.

Setting lokasi dan waktu ada hubungannya dengan alur cerita. Penulis bisa memilih alur maju, alur mundur (flashback) atau alur campuran. Disesuaikan dengan tempat kejadian perkara #eh wkwkwk...

Konflik cerita itu disusun dari tiga pertanyaan: Apa sih masalah utama yang terjadi atau dialami si tokoh utama? Apa sih kesulitan utama dari si tokoh utama dalam mencapai tujuannya? Bagaimana memberi solusi atau penyelesaian untuk si tokoh utama?

Sinopsis cerita ditaruh di bagian akhir outline plus beberapa fragmen opening atau adegan pembuka dan adegan penting yang sudah terpikir waktu menulis outline, untuk membantu editor membayangkan ceritanya bakal kayak gimana hehehe...

Outline yang lebih terperinci biasanya saya bikin kalau sudah mulai menulis. Perinciannya dibikin bab per bab.

Gampang kan bikin outline itu? Gampanglaaah. *wink*
______________________

Pengakuan nih. Waktu awal-awal diminta Iwied kirim outline, saya sempat tanya:
"Outline itu kayak apa sih?"
Trus Iwied kasih tau, begini, begini, begini.
"Oh, kerangka cerita maksudnya?" Saya langsung paham seketika.

Ya, maklum ya sodara-sodara. Saya ini biasa nulis berita atau artikel yang langsung tulis tanpa kerangka. Jadi lupa lagi kalau outline sama dengan kerangka cerita. Huahahaha *pentung diri sendiri*

The secret of good writing is to say an old thing in a new way

pict from here


  Image and video hosting by TinyPic

15 comments:

M. Faizi said...

Enno: saya bahkan pernah bikin sejenis diagram (atau bagan, ya?) untuk alur cerita, tetapi novel tidak kelar-kelar juga. Saya gambar perjalanan si tokoh dan semua lakon dalam calon novel yang saya tulis itu di atas kertas manila yang lebar.... saya bahkan menjadi seperti seorang raksasa yang melihat dari ketinggian pada tokoh dan cerita yang akan mengalir...


tapi, ya, tetap novel itu tidak kelar-kelar...

Bagaiman resep Anda? hehe.he.he.he.

nuel said...

sama mbak

aku juga ga pernah akrab sama outline.. seringkali nulis yah nulis aja.. ngalir apa adanya aja.. palingan yang dipikirin tuh soal tokohnya aja.. hehehe

Rona Nauli said...

menyimak, tapi tetep ra mudeng...:))

Arman said...

sering2 bikin tips2 ya no...

gua sebenernya punya outline lho. udah lama punya. tapi pengembangannya gak ada. hahaha. gimana coba.. :P

Apisindica said...

aku membiarkan novel-novelku hanya terbit di dalam kepala. Nggak bisa nuliiiiis!!!!!

Dannesya said...

ah ah aaaahhhh aku juga gatau outline itu apa kakaaaaaa *tereak kesana kemari*

vita masli said...

Outline itu bukannya diajarin di pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 6? Tapi disebut "Kerangka".

Kesulitan saya bukan di outline, tapi memulai.. hahaha parah dehhh..
Kurang galau saya sekarang euy, sementara genre bacaan yang di gemari sekarang itu semacam sastra galau. Untungnya Selamanya Cinta cuma backcover storynya aja yang bahasanya sangat galauis. Jadi masih amat sangat asik untuk di baca.

nuhireview said...

Duh kalo buat outline biasanya malah nggak nyambung sama ceritanya yang mau dibuat. soalnya bingung.. :(

ammie said...

makasi ya mba..infonya bermamfaat , apalagi bagi sya orang awam ini,,hehehhe

Enno said...

@m. faizi: yaelah mas... itu sih krn sampeyan males kayaknya...resepnya ya mengenyahkan kemalasan itu hehehe...

@nuel: trus di tengah jln mentok ya nuel? hehehe...

@rona: cih! sana ngitung untung rugi pembangkit ajah! :))

@arman: ga brani sering2 man, tar dibilang sotoy :P nah, ini nih satu lg org males! komitmennya hrs sama kykk pas mau ngelamar anak org tau! wkwkwk

@apis: lha ini komen pake tulisan :))

@annesya: si geje dateng lagi wkwkwkwk

@vita: iya kerangka karangan namanya. hehe... don't judge a book by its backcover kali ya :P

@replika: kamu hrs konsisten dgn kerangka ceritamu lho, nurul ;)

@ammie: klo gitu udah mulai bikin novel ni kayaknya.. :P

@

Dannesya said...

si geje akan selalu menghantuiiii ihihihihihihiii *tawa horror*

Enno said...

maaaak! tatuuuuut! *timpuk annesya pake menyan*

:))

Hans Febrian said...

siap bu guru.
saya hadir lagi setelah dua bulan absen.
makin ganteng kan saya?
boleh masuk kelas?
hehe :P

Dannesya said...

asiiik!!! kaka pesan menyan rasa sapi panggang!!!! :DD

Enno said...

@hans: saking gantengnya jd jelek lagi wkwkwk dasar narsis! :P

@annes: adanya rasa upil sapi nes :))

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...