Thursday, February 21, 2008

Menerka Hujan

Hari ini hujan mampir cuma sebentar. Matahari bebas apel siang. Hatiku mencair. Warnanya tak lagi ungu tapi merah jambu.
Aku terbangun dari mimpi panjang tentangmu yang kurangkai seabad lalu. Menyadari kini kamu membangun benteng tinggi di sekeliling hati.
Ada sebuah jendela kecil, di depannya aku melambaikan bendera isyarat yang tak kamu pahami. Ketika kamu menatapku dari sana, tak ada jembatan untukku menyeberangi paritnya.

Aku tak lagi mampu menemanimu menafsir mimpi-mimpi tentang matahari dan bukit-bukit yang menyimpan rahasia semesta di kakinya.
Aku terpaksa henti membantumu membaca kompas dan arah angin yang membawa jejak masa lalu ke masa depan.
Entah kenapa malam tadi itulah yang terlintas di benak.

Sepotong hatiku kini tinggal sebuah kata yang kamu hanguskan di perapian. Abunya terbang menunggang angin lewat cerobong kesedihan.
Padahal sesungguhnya aku hanya ingin bercakap denganmu tentang hidup kita yang riuh. Berbagi kisah derai hujan, pasang naik rembulan dan hangat mentari. Tak lebih.

Tetapi kamu ingin aku pergi. Baik. Aku pergi.
Bukannya aku tak miliki kesabaran, tetapi kamu tak memberiku ruang untuk buktikan.
Aku hanya tak mau menjadi beban dan merepotkan.

Menafsir hatimu seperti menerka hujan.
Kadang hujan tak jadi turun. Kadang gerimis menjadi badai, dan badai henti tak lebih dari semenit.
Kadang hujan mengecoh pawang dan turun juga di sudut jalan.
Sesungguhnya aku menyayangimu karena itu.

Tetapi sudahlah. Akan kubungkus saja sisa hatiku dalam dekapan kain kelabu.
Kamu tak akan pernah tahu sebanyak apa telah kuberikan padamu.
Kamu juga tak akan pernah tahu, sedalam apa telah kamu toreh dengan sembilu.

9 comments:

Anonymous said...

ak sudah kehabisan kata untuk memujimu, kmu ini sebenernya penulis profesional yah?

Enno said...

jangan dipuji, ntar besar kepala jd kayak penderita hydrocephalus :)

nggak drei, serius, aku cuma seorang jurnalis biasa....

Shinta said...

Hi, Mba Enno...

Mau kasih comment dikit ya...

Kalo saya membaca perjalanan cerita mba eno dari awal sekali sampai sekarang... saya mendapat kesimpulan bahwa mba enno termasuk orang yang mudah jatuh cinta.

Kita bisa katakan ketika mba enno mencintai T, itu adalah sesungguhnya.. tetapi, kemudian mba enno dikenalkan dengan B yang notabene adalah teman T.

Mungkin awal dari semuanya adalah curhat... tapi, itu saja sudah membuat mba enno menjadi jatuh hati dan merasa menyukai B dan mulai menilik hati B.

Padahal kalo dari analisa saya (terima kasih lho, mba enno sudah menulis apa adanya.. jadi saya tahu tentang sifat masing-masing), si B hanya bersimpati saja kepada mba enno.. jika pada akhirnya dia membuka tangan untuk mengundang mba enno datang lalu juga menemani mba enno.. itu hanyalah kabaikan hati seroang pria yang merasa kasihan kepada wanita yang telah menjadi sakit hati karena sahabatnya. (aduh, bisa nangkap ngga maksud saya? hehehe)

jadi, ketika akhirnya mba enno terlibat terlalu jauh bahkan sampai kepada anak-anaknya.. dia menjadi risih dan juga menjadi bingung.. karena kalo menurut pendapat saya dari cerita mba enno tentang dia, dia merasa bahwa mba enno bukanlah wanita yang tepat untuk dapat menggantikan istrinya...

saya tidak bermaksud untuk sinis, tapi menurut saya, mba enno sudah menyalahartikan suatu persahabatan dan juga suatu pertemanan dengan arti yang berbeda.. sehingga akhirnya memaksa B untuk mengatakan yang sebenarnya mengenai apa yang dia rasakan tentang mba enno.. (padahal itu tidak akan terjadi, seandainya mba enno sudah dapat mengira dari awal)

so.. take ur time untuk membaca comment saya... menurut mba enno.., saya bener ngga?

peace.. salam kenal... :)

Enno said...

trims komentarnya shinta,

saya tdk merasa menyalahartikan uluran persahabatannya, karena sejak awalpun saya hanya ingin mjd sahabatnya. Itu sebabnya saya memilih pergi drpd hrs merusak yg sudah terjalin.
Selain itu shinta, kita gak tau perasaannya yg sebenarnya krn dia gak pernah mengatakan apa2, menimbang dia adalah org yg kukuh dgn egonya. seringkali apa yg ditampakannya tdklah sama dgn yg tdk ditampakannya.
dan yg lbh penting lagi adalah bhw dia gak berhak menyakiti saya hny krn tdk nyaman dgn perasaan saya itu.
begitulah.

Adapun perasaan saya thd anak2 terpisah dgn perasaan saya pd ayahnya. Saya jatuh cinta duluan pd mrk.

ini bkn pembelaan diri... sdh gak penting lagi kok.

cheers!

Anonymous said...

@ Shinta: Kadang saya sendiri juga berfikir demikian dengan masalah mbak enno, tapi yang harus disadari adalah ini seperti justifikasi yang stereotip, kita menebak apa yang kita lihat (baca) atas apa yang terjadi dgn Mbak enno, padahal siapa yang dapat menebak dalam nya hati manusia yang lebih dalam dari samudra? (maksudnya interpretasi atas masalah itu punya ribuan pencitraan), jadi blm tentu apa yang kita fikir ttg dia itu adalah seperti apa yang kita pikirkan, kalo pun benar, dia punya sejuta alasan untuk mengedepankan kebenaran akan tindakannya. bukan saya membela Mbak enno hanya saja, saya pun merasakan hal yang sama dengan nya, saya menyukai seseorang yang cintanya saya kejar sampe melintasi pukuhan negara hanya untuk dia tau kalo saya mencintainya padahal dia sudah pacaran ama orang lain, nah jawab, apakah saya bodoh? Justifikasi yang stereotip akan bilang saya bodoh, tapi orang yang percaya Tuhan bilang itu adalah menjemput keajaiban. dan saya percaya itu.

salam :)

Ayu said...

enno, dirikuw tidak bisa menilai secara objektif.. karena.. karena.. pertama, karena pernah mengalami hal nyaris serupa tapi tak sama *halah*. kedua, karena tampaknya aku harus mengikuti tulisanmuw sejak awal untuk mengerti keseluruhannya dong ya? :p

jadi.. jadi.. aku menikmati tulisanmu yang indah ini sahaja... *sambil menikmati alunan 'dua ibu' dan tiba-tiba jadi kepengen nangis* kekeke :D

Anonymous said...

Dear all,
n dear Enno ..

tulisan2 ini tidak butuh dinilai atau di-judge.
semua tulisan ini hanya perlu dikagumi, dinikmati dan disyukuri ..

kebenaran yg indah ..
Veritas vos liberabit

t621

-Gek- said...

Cerita ini sama persis dengan kisah cintaku. Entah kenapa..

Sepertinya Tuhan membuat alur cerita yang sama, hanya tokoh yg berbeda..

THUMBS UP.

Anonymous said...

Salam kenal mb enno...
Tulisannya bagus bgt.
Ceritanya hampir sama juga dgnku.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...