Thursday, July 20, 2006
Ketulusan Hati Bos Kami
Begitulah.
Jadi suatu hari, tepatnya Senin, 17 Juli 2006, di acara briefing pagi, Mba Anna udah gak tahan lagi sama orang yang lagi 'onani.' Membangga"kan diri dengan isi transkrip yang gitu" aja. Sampe kita hapal di luar kepala.
Waktu Mr SH bicara melantur ke soal profesionalisme, tiba" Mba Anna nyamber, bilang bahwa profesionalisme itu termasuk menggaji karyawan dengan baik dan sesuai peraturan yang berlaku. Sindiran yang tepat tapi terlalu frontal!
Bos kami langsung sensi. Dengan suaranya yang menggelegar dan nada sampe tujuh oktaf beliau melancarkan sejumlah alasan 'logis nan masuk akal.' Bahwa selama ini beliau sudah merasa menggaji kami secara profesional sesuai proporsi kami.
Bahwa tulisan kami semua sebetulnya tidak layak jual. Jadi ya gaji harus sesuai dong dengan kemampuan kami.
Yah, kami memang gak sehebat beliau sih ya... Beliau itu kan konon sudah mengetahui soal bisnis media dari A - Z.
Mana bisa kita ngalahin beliau, yang cuma setahun jadi reporter langsung diproyeksikan sebagai kepala biro...
Bahkan Mba Anna yang hari itu juga langsung resign, besoknya 'cuma' diterima kerja di majalah milik Kedubes Jepang. Yah, cuma sebatas itu skill Mba Anna...
Bener sih Bos bilang, bahwa Kompas pun gak bakal mau beli tulisan kami yang gak mutu itu.
Cuma kedutaan besar sebuah negeri yang terkenal profesional dan taat aturan aja yang mau nerima afkiran dari kantornya (kasus Mba Anna).
Beliau bilang, "Cuma di sini yang mau bayar 100 ribu per halaman tulisan!"
(Betul itu! Sebab, waktu gue jual cerpen gue ke sebuah majalah, gue dibayar 350 ribu)
Suasana hening selagi beliau mengutarakan pendapatnya yang ilmiah.
Yang lain menunduk, tapi gue malah mendongak menatap wajahnya. Mudah"an dia gak menganggap gue sedang mencari simpati ya... Gue mah cuma lagi nyari tanda" waham di dirinya. (Halo, siapa yang ngarti istilah itu ngacung!)
tetapi Bos memang kawan sejati lho. Seperti yang beliau utarakan dengan rendah hati, bahwa dengan tulus beliau telah 'MENAMPUNG' teman" lamanya di kantor yang dulu supaya selamat dari PENGANGGURAN.
Makanya, beliau berhak dong marah" dikit. Mengingat kemurahan hatinya membuka lapangan kerja di perusahaannya untuk teman"nya yang miskin dan butuh uang.
Karena itu, kita semua harus berterima kasih sama beliau. Harus bekerja sesuai aturan yang beliau terapkan dan jangan menuntut gaji yang layak.
Gak usah dipeduliin deh peraturan penggajian dalam UU Ketenagakerjaan, UU Perburuhan dan peraturan pemerintah juga Peraturan Daerah tentang Upah Minimum Regional. Itu mah cuma berlaku untuk orang" yang kerjanya bagus dan berkualitas.
Kita gak usah ngiri sama gaji orang Kompas atau Tempo atau media manalah. Mereka kan menghasilkan produk yang bisa dijual. Seperti kata beliau yang serba tahu, seorang lay outer di Kompas pun gajinya gak seberapa kok.
(Mereka cuma ditunjang sama uang makan, uang transport, Askes, Jamsostek dan asuransi dana pensiun ...)
Apalah artinya dibanding standar penggajian di kantor kita ini yang mengandalkan subyektifitas Bos yang bijaksana.
Oh, ngomong", kita juga sebetulnya juga gak butuh lay outer! Beliau bisa mengerjakannya sendiri. Apalagi beliau mengaku terbiasa kerja 20 jam sehari. Wow, hebat! Super! Cool! Amazing! Tres magnifique! Salute!
Karena itu beliau heran kok bisa"nya MTTM (ku tersayang) itu diterima kerja di perusahaan penerbitan terkenal. Padahal 'kan MTTM selama ini gak punya pendidikan design. Selama ini kerjanya cuma bisa copy-paste.
Yah, MTTM memang kerjanya gak bagus.
penerbit itu kan kasian doang sama dia. Makanya dia dikasih gaji yang lebih baik, plus Askes, Jamsostek, asuransi dana pensiun dan bonus" tertentu. Dikasih kesempatan juga untuk jenjang karir. Siapa tau kan mau nyobain jadi manajer....
Jadi begitulah.
Ada istilah ILMU PADI. Semakin berisi, semakin merunduk.
Kerendahan hati dan ketulusan Bos yang Agung betul" mengharukan hati kami.
Jadi kami maklum waktu dia ngusir Mba Anna supaya cepet" resign daripada jadi tukang kritik doang. Mba Anna keterlaluan sih... udah ditolong malah nodong.
Rasain, sekarang malah kerja di Kedutaan Besar Jepang!
By the way, gajinya pake dolar atau pake yen sih...?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment