Aku ingin menjadi setitik awan kecil di langit
Bersama mentari
Walaupun kusendiri tapi aku masih ada
Masih ada cinta di hati
-Masih Ada, Ello-
___________
1.
"Hey, wake up!" Sebuah ruang percakapan instan muncul di layar komputerku. "Yang sekarang ini bukan kamu. Bukan Retno yang kukenal."
Aku tersenyum pahit. Oh, kamu. Selalu mengganggu kontemplasiku.
"Say something! I know you are there. Invisible mode. Hiding from the world."
Kamu. Kenapa kamu selalu mengerti aku?
"Retno?"
"Ya. Hadir."
Bisa kubayangkan ia menghela napas lega di tempatnya sana.
"Kamu tidak sendiri..."
"Ya. Sudah tahu. Perlu kusebutkan jumlah penduduk Indonesia dari sensus terakhir?"
"Jadi jangan cengeng."
"Kapan kamu mau berhenti menjadi guardian angel-ku?"
"Sudah berhenti kok. Sejak ada Pak Sianipar yang di Medan itu."
"Lalu...sekarang sedang apa?"
"Mengingatkan sebagai teman. Sebagai kakak. Atau sudah tidak sudi menganggapku saudara?"
"Pertanyaan bodoh!"
"Pertanyaanmu tadi yang bodoh!"
"Urus saja pacarmu sana!"
"Dia sih tidak serewel kamu."
Aku tersenyum kecil. Membayangkan ia juga tersenyum di sana. Senang rasanya mengetahui ia memiliki seseorang kini. Yang memperhatikannya, mengurusinya, menyayanginya dan mencintainya....
"Bangun, oke. Bangun, ceria lagi. Kalau tidak, dunia bisa kacau."
Aku tertawa, meski mataku berkaca-kaca.
"Promise me, please."
"Hey, I'm trying. Don't you know that?"
"Still love him, don't you?"
"Always."
"Good. Because I'm not your guardian angel anymore. And I know he loves you."
"Jangan selalu khawatir, bisa kan?"
"Tidak. Tentu saja tidak bisa kalau menyangkut kamu."
Ada ikon senyum dalam ruang kecil kami.
2.
Pergi ke mall. Keluar masuk toko dan gerai tanpa memperhatikan sungguh-sungguh apa yang kulihat di setiap rak dan konter. Mampir di Grapari Telkomsel untuk mengurus nomor ponselku yang hilang. Customer service-nya tersenyum ramah padaku. Sesaat kemudian kami bercakap-cakap seperti sudah kenal lama.
3.
Ada tshirt putih bergambar Mickey Mouse yang lucu. Aku membelinya, mengikuti dorongan hati. Ada seorang anak balita dalam gendongan ibunya, tersenyum padaku. Memperlihatkan lesung pipinya yang manis. Ia mengulurkan tangannya padaku. Tangan kecil yang gemuk, halus dan hangat. Kusapa ia dengan suara kecil. "Hello baby." Ia terkekeh. Aku tersenyum. Ah, kebahagiaan kecil bisa kau dapatkan di mana saja, bukan?
4.
Gramedia. Berjongkok di bagian novel tanpa tahu ingin membeli yang mana. Masih ada tiga novel tebal belum terbaca di kamar. Pikiranku hanya melayang tanpa tujuan. Hampa. Merindukan dirinya. Merindukan diriku yang dulu. Yang tertawa-tawa gembira di siang yang ceria. Pergi kemana semua itu? Uh, dan aku rindu adikku di Medan sana. Kehilangan dirinya yang begitu mudah membuatku tertawa.
5.
Aku rindu ponselku yang hilang empat hari lalu. Ada banyak tulisan tentang dirinya disitu. Dan lagu-lagu yang pernah dikirimnya untukku. Seolah-olah seperti benar-benar kehilangan dirinya. Seolah-olah kehilangan cahaya cintanya. Seperti lilin yang dipadamkan dengan paksa.