: my spring
Maafkan aku. Hari ini aku ingin menulis tentang ia. Seseorang yang pernah menjadi bagian hidup. Seseorang yang hari ini mengirim pesan, dengan tulus menanyakan kabarmu.
Kabar baik, jawabku tadi. Kekasihku akan datang akhir minggu, dengan ayahnya dan teman-temannya tampaknya.
Melamarmu? Ia bertanya. Selamat ya.
Aku tersenyum. Entah, sahutku. Beberapa orang sudah menggodaku dengan kemungkinan itu. Tapi hanya kedatangannya saja sudah membuatku bahagia.
Aku berharap bisa menatap wajahnya. Menyelami matanya yang gelap, mencari tahu perasaannya. Ya, ya. Aku tahu. Seharusnya aku tak perlu memikirkan itu.
"Are you feeling fine?" Akhirnya terlontar juga pertanyaan itu dari mulutku.
"Absolutely. One hundred percent. I'm relief."
Aku tersenyum. Sungguh, aku pun lega. Aku juga tak mengerti bahwa aku masih mengkhawatirkan perasaannya. Lebih dari apapun, aku menginginkan ia merestuiku denganmu. Bukan karena aku masih mencintainya jika itu yang kamu pikirkan. Beberapa waktu kusadari bahwa ia menjadi seorang kakak yang tak pernah kumiliki.
Kamu ingat waktu aku menangis karena kamu tak percaya pada perasaanku? Ketika kubilang kepedulianku padanya hanya sebagai saudara? Kuharap kamu masih yakin akan hal itu, karena itu benar.
Aku lega, katanya barusan. Dan aku mengerti mengapa ia berkata begitu. Ia terbebaskan dari kewajibannya menjagaku selama ini. Ia lega karena kini ada kamu yang menjagaku.
Dan tahukah kamu, ia selalu berdiri di pihakmu. Ia membelamu jika aku mengeluh karena kamu terlalu sibuk dan begitu jauh. Ia percaya padamu dan meyakinkan aku bahwa kamulah yang terbaik untukku.
Darling, masihkah kamu cemburu padanya? Lelaki itu masa lalu. Dan kamulah masa kini dan masa depanku.
4 comments:
Lawatan dari Faizi!
Prosa, lanjutukan jalanmu, lurus atau berliku..
ah kunjungan dari salah satu penyair favoritku! senangnyaaaa.... makasih mas faizi! :D
hidup batosay!!
:)
@denny: cuma begitu doang? sok jadi supporter.
biar dibaca sama dia ya?
bakal naik gaji gitu? :P
Post a Comment