Kami sedang naik bus menuju suatu tempat. Memburu narasumber dan berita. Bus yang penuh, namun tak berdesakan. Semua penumpang mendapat tempat duduk. Ah, jam berapa ya itu? Siang menjelang sore?
"Mau permen?" Ia menyodorkan sekotak permen yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Bentuknya aneh, berupa lembaran-lembaran tipis.
Saya mengambil satu. Menempelkannya di lidah. Memejamkan mata, meresapi semilir angin dari jendela.
Tiba-tiba...
"Aw! Pedes, monyettt!!!" Saya memukul bahunya kencang. Sementara rasa pedas yang sangat kuat menyengat lidah dan langit-langit mulut.
Ia malah tertawa puas terbahak-bahak, tak peduli seluruh penumpang bus menoleh ke arah kami.
------
Kawasan Blok M.
Kami baru saja meninggalkan kawasan Blok S seusai wawancara dengan seseorang. Senja sudah lewat. Gelap mulai merengkuh kawasan terminal dan pertokoan.
"Mau kemana?"
"Ke Gramedia, cari buku."
Ia mengekor tanpa banyak cakap.
Di depan kami, seorang pemuda sedang bercakap-cakap dengan seorang gadis. Dari bahasa tubuhnya, ia sedang merayu. Saya berjalan ke arah mereka, menyelinap di antara keduanya. Membuyarkan obrolan mereka sejenak.
"Lu ngapain?" Ia menatap saya keheranan. Lalu dilihatnya saya menutup mulut menahan tawa. "Hey, lu iseng lagi ya? Tadi gue sempat heran buat apa lu nerobos diantara mereka itu. Padahal jalanan kan lebar."
"Hehehe."
"Cekikikan pula."
"Hahaha. Boleh dong iseng. Lagian ngapain merayu cewek di tengah jalan."
------
Sekali waktu ia mengirim pesan pendek malam-malam.
"Kapan ya ada yang kasih gue hadiah blackberry."
"Hmmm... bentar. Mama Enno memejamkan mata, menerawang masa depan. Yeah, got it. Tampaknya lima tahun lagi kamu bisa membeli blackberry itu. Ketika sudah banting harga dan discount up to 70%"
"SETAAAAAANNNN!!!!"
------
Tiga menit kemudian ia mengirim pesan pendek lagi.
"Mama Kiki bilang dalam waktu yang tidak terlalu lama akan mendapatkan BB dari yayangnya. Hehe."
"Oh? Yayang lu BB ya? Jaga makanan dan rajin mandi dong..."
"Monyet! Awas lu ya!"
Hahaha.
----
"Akhirnya gue beli payung baru juga. Bagus lagi. Lihat nih!" Saya tunjukkan payung baru berwarna ungu yang jika basah terkena hujan, kainnya akan memunculkan gambar bunga-bunga mawar yang manis. "Tiga dimensi nih."
"Yah, kok lu nggak beliin gue sekalian? Nanti duitnya gue ganti. Gue kan juga butuh payung."
"Ah, ini kan mahal. Emang lu punya duit?"
"Monyeeeet!"
----
Pagi-pagi di kantor.
"Hmm, gue ikut bersedih untuk lu."
"Kenapa?" Ia memandang saya heran.
"Kasihan aja lihat hidung lu keinjek gajah sampai pesek begitu."
"Nggak sopan sama yang lebih tua ya!"
Ia masih mencak-mencak saat saya tinggalkan ke ruangan saya.
----
Ya perkenalkan. Namanya Kikie Harahap. Seorang ibu dengan seorang anak lelaki. Usia kepala empat. Rekan sekantor dan rekan kabur dari kantor. Hahaha.
Hihihi maafkan daku yang tidak tahan untuk memasang foto itu ya Ito ;)
"Mau permen?" Ia menyodorkan sekotak permen yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Bentuknya aneh, berupa lembaran-lembaran tipis.
Saya mengambil satu. Menempelkannya di lidah. Memejamkan mata, meresapi semilir angin dari jendela.
Tiba-tiba...
"Aw! Pedes, monyettt!!!" Saya memukul bahunya kencang. Sementara rasa pedas yang sangat kuat menyengat lidah dan langit-langit mulut.
Ia malah tertawa puas terbahak-bahak, tak peduli seluruh penumpang bus menoleh ke arah kami.
------
Kawasan Blok M.
Kami baru saja meninggalkan kawasan Blok S seusai wawancara dengan seseorang. Senja sudah lewat. Gelap mulai merengkuh kawasan terminal dan pertokoan.
"Mau kemana?"
"Ke Gramedia, cari buku."
Ia mengekor tanpa banyak cakap.
Di depan kami, seorang pemuda sedang bercakap-cakap dengan seorang gadis. Dari bahasa tubuhnya, ia sedang merayu. Saya berjalan ke arah mereka, menyelinap di antara keduanya. Membuyarkan obrolan mereka sejenak.
"Lu ngapain?" Ia menatap saya keheranan. Lalu dilihatnya saya menutup mulut menahan tawa. "Hey, lu iseng lagi ya? Tadi gue sempat heran buat apa lu nerobos diantara mereka itu. Padahal jalanan kan lebar."
"Hehehe."
"Cekikikan pula."
"Hahaha. Boleh dong iseng. Lagian ngapain merayu cewek di tengah jalan."
------
Sekali waktu ia mengirim pesan pendek malam-malam.
"Kapan ya ada yang kasih gue hadiah blackberry."
"Hmmm... bentar. Mama Enno memejamkan mata, menerawang masa depan. Yeah, got it. Tampaknya lima tahun lagi kamu bisa membeli blackberry itu. Ketika sudah banting harga dan discount up to 70%"
"SETAAAAAANNNN!!!!"
------
Tiga menit kemudian ia mengirim pesan pendek lagi.
"Mama Kiki bilang dalam waktu yang tidak terlalu lama akan mendapatkan BB dari yayangnya. Hehe."
"Oh? Yayang lu BB ya? Jaga makanan dan rajin mandi dong..."
"Monyet! Awas lu ya!"
Hahaha.
----
"Akhirnya gue beli payung baru juga. Bagus lagi. Lihat nih!" Saya tunjukkan payung baru berwarna ungu yang jika basah terkena hujan, kainnya akan memunculkan gambar bunga-bunga mawar yang manis. "Tiga dimensi nih."
"Yah, kok lu nggak beliin gue sekalian? Nanti duitnya gue ganti. Gue kan juga butuh payung."
"Ah, ini kan mahal. Emang lu punya duit?"
"Monyeeeet!"
----
Pagi-pagi di kantor.
"Hmm, gue ikut bersedih untuk lu."
"Kenapa?" Ia memandang saya heran.
"Kasihan aja lihat hidung lu keinjek gajah sampai pesek begitu."
"Nggak sopan sama yang lebih tua ya!"
Ia masih mencak-mencak saat saya tinggalkan ke ruangan saya.
----
Ya perkenalkan. Namanya Kikie Harahap. Seorang ibu dengan seorang anak lelaki. Usia kepala empat. Rekan sekantor dan rekan kabur dari kantor. Hahaha.
Hihihi maafkan daku yang tidak tahan untuk memasang foto itu ya Ito ;)
2 comments:
puas.. puas.. puasss???? tapi kalau ditinggal sehari aja, pasti kesepian, trus nelp, sms.. huuuhhh
hehehe soalnya gak ada yg bs gue kerjain tau :P
Post a Comment