Love You Too

Kuantarkan surat ini. Melalui jaring-jaring optik di ruang maya. Akan sampai ke tanganmu dalam hitungan detik, meski aku tahu kau mungkin terlalu sibuk untuk membacanya tepat waktu.

Ini surat cintaku kepadamu, entah yang keberapa. Yang kutulis jika rindu menyeretku pada hampa dan air mata. Apakah kau sempat menghitungnya, berapa banyak siang yang tak lagi kita lewatkan bersama sebelum petang? Berapa banyak mimpi-mimpi yang hangus dan kita tumbuhkan lagi agar bisa bertahan diantara jarak yang terentang?

Tidak. Bukan berarti aku tidak mengerti. Justru lebih dari yang kau duga, aku sungguh mengerti.

Kau tahu, setiap rindu yang berdenting, setiap sepi yang menelan, akulah selalu pelabuhan tempat bersandar dari badai yang menggigilkan. Kau tahu, akulah kehangatan rumah yang di halamannya kupatrikan jejak kaki ke pintu hati agar kamu tak tersesat lagi.

Ini surat cintaku kepadamu. Yang esok akan kutulis lagi dan lagi sampai kau kembali. Jangan cemaskan aku yang menunggu di sini. Pohonku masih tegak berdiri, melawan angin, melawan badai dan bujuk rayu matahari. Kau lanjutkanlah segala yang telah kau mulai untuk kita berdua. Seperti yang kau tuliskan dalam suratmu kemarin.

Jangan lupa mimpikan aku.
Aku juga ingin hidupku penuh denganmu, kau tahu?

Together you and I, my love, we seal the silence,
while the sea destroys its constant statues
and tears down its towers of ecstasy and whiteness

-neruda-