Friday, May 30, 2008

Hidup Seperti Roda, Sheila


Hidup itu ternyata seperti roda. Aku baru benar-benar menyadarinya ketika kutemukan kamu berdiri gelisah di antara rak-rak sepatu di department store itu. Kamu nyaris sama seperti dulu saat kita masih sekelas di SMA. Langsing, berambut panjang dan berwajah tirus.

“Sheila?” Aku mencoba menegurmu. Dan kamu langsung mengenaliku. Tentu saja karena aku juga tak banyak berubah.
“Apa kabar?” Kamu tersenyum hambar. Sungguh sambutan yang tidak kuharapkan dari seorang teman lama.
Kuperhatikan pakaianmu. Seragam pramuniaga department store itu. Kamu pramuniaga? Hampir saja aku bertanya heran.

Sheila Adinda yang kukenal dulu adalah primadona. Kita satu kelas selama dua tahun, sehingga aku tahu seperti apa kamu dulu. Kamu cantik dan pandai. Kamu kepala geng anak-anak perempuan yang sama cantiknya seperti dirimu. Kamu selalu berpakaian bagus dan berdandan. Kamu juga orang yang tidak mau dikalahkan. Aku masih ingat ketika kamu melirik sepatu Nike model terbaru yang kupakai dengan wajah iri. Kamu juga selalu sewot kalau nilai ulanganku lebih tinggi darimu.

“Kamu kan nyontek!” Komentarmu judes sambil melewati bangkuku.
Sekali waktu kamu memang tahu aku menyontek. Yang kamu tidak tahu, aku melakukannya bersama beberapa teman, sekedar untuk sebuah tantangan. Sejak itu kalau nilaiku lebih bagus, kamu menganggap itu hasil menyontek. Tidak, Sheila. Aku tidak pernah menyontek lagi. Kalau nilai ulanganku lebih bagus darimu, itu karena aku menggunakan otakku.

Suatu hari, pacarku yang bersekolah di SMA lain datang menjemputku. Kamu ada di halaman sekolah ketika aku berlari kepadanya dengan gembira.
“Itu pacar kamu?” Tanyamu dengan tatapan penuh selidik.
“Iya. Keren kan?” Sahabatku, Tantri, yang menyahut.
Kamu melengos pergi. Sungguh aku tidak mengerti, kenapa kamu bersikap seperti itu.

Sheila, dulu aku selalu menerima sikap yang tak simpati darimu. Aku tidak tahu kenapa kamu begitu. Aku tidak ada apa-apanya dibandingkan kamu. Teman-temanku tidak secantik dan sekaya teman-temanmu. Duniaku hanya kantin sekolah dengan segelas es teh manis dan pisang goreng, atau perpustakaan sekolah dengan buku-buku ensiklopedianya yang sering kubaca.

Sekarang, di waktu dan tempat yang berbeda, aku melihat kamu dalam mimik wajah yang lain. Kamu tidak tampak segembira dulu. Tak tampak sinar-sinar di mata dan rambutmu. Tetapi kamu masih saja menatapku dengan muram dan tak bersahabat.

“Kamu kerja apa sekarang?”
“Editor majalah.”
“Oh. Kamu sukses ya.”
“Biasa saja kok. Sudah lama kerja disini, La? Kok aku baru liat kamu sekarang?”
“Baru pindah,” sahutmu datar. “Oh, sebentar ya… aku harus melayani pembeli dulu.” Kamu berlalu tanpa menunggu jawabanku. Kutunggu beberapa menit, kamu tak kelihatan lagi.

Belakangan dari Tantri, aku tahu kamu tidak menamatkan kuliahmu. Entah kenapa. Padahal dulu kamu selalu bilang pada kami, akan sekolah kedokteran di Jerman.
Ternyata hidup itu bergulir ke atas dan ke bawah seperti roda, Sheila. Kenapa kamu masih saja iri kepadaku?

8 comments:

Anonymous said...

Jeng... kenapa gak dijadiin buku aja jeng?? atau jangan2 udah jadi nih... hihihi...

Gettin like it...

Enno said...

buku? hmmmm..... ;p

Anonymous said...

Waktu SMA, saya pernah kenal lagu "Sheila" dalam kompilasi "Catatan Si Boy 3", yang dinyanyikan Agus Wisman. Liriknya antara lain sebagai berikut (ciee):

Sheila, wajahmu lucu mempesona
bila kau tersenyum manja,
Sheila, kau baru selesai SMA
namun penuh harga diri

Dunia seakan bercanda,
langitpun semakin merona
kau taburkan bintang
di langit-langit yang hitam
di dalam gelap
kumemanggilmu Sheila

Dapatkah aku merasakan hangat napasmu
dan memelukmu mendekap jiwamu,
engkau kugenggam dan tak kan kulepas lagi,
sampai pada pijar kehidupan ini ...

(nama Sheila seolah selalu mengucurkan aura terang. Entah mengapa)

Anonymous said...

setuju, hidup seperti roda...

Kadang kita bisa ada diatas, suatu saat ada dibawah, jadi berdo'a dan iklas aja... hidup..kan cuma titipan, numpang parkir doang..

btw. sukurin si sheila... saatnya dia merakan yang pernah kita rasakan saat dibawah makanya kalo dikasih cakep jangan mau temenan sama yang cakep doang dong huhh*ki-ta..?? maksudlo...?? :)*

Ayu Ambarsari Hanafiah said...

sheila : aku iri padamu karna kamu selalu lebih mengagumkan daripada aku, No.

hhihhhiiiy.. uhui!
yak saya percaya banget ma prinsip hidup roda berputar mba.
insya Allah :)

Anonymous said...

maksutnye... blognya dibikin buku.. gitu jeng... kalo udah, kasitau dujulnye dong.. hihihi.. pan lumayan... bisa minta tandatangan yang nulisnya... :D

Anonymous said...

Kasian juga ya si sheila itu.. pasti dia minder berat sama kamu deh mbak..

Kabarku? Apik apik wae :)

Enno said...

firhanusa: sheila versi PB ya? hahaha... piss ah!

mamae yusuf: setuju!!! :)

ayu: bener yu, makanya judulnya itu :)

sopir bemo: bukunya msh hrs nunggu :)

hanny: mungkin dia hanya mrs kalah? ah, tapi apa hebatnya aku? lagian ini bkn soal menang dan kalah :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...