Maaf. Bukan maksudku mengacuhkan pesan pendek yang kamu kirim minggu lalu. Pesan pendek yang kenyataannya begitu panjang sampai 10 halaman di display ponselku. Bukan aku marah atau tersinggung atas semua kata-katamu, sekalipun banyak sikapku yang salah kamu tafsirkan di hari-hari lalu.
Kenyataannya, aku sungguh sibuk belakangan ini. Aku harus menyelesaikan investigasi tentang gadis-gadis muda malang korban trafficking itu. Melobi beberapa LSM yang menangani kasus-kasus semacam itu, keluar masuk ke pemukiman kumuh tempat mereka tinggal, dan mendatangi tempat mereka menjajakan diri dengan resiko pria-pria hidung belang menatapku dengan tatapan mereka yang memuakkan itu.
Hidupku berjalan kembali, seperti biasa. Setelah lama menyepi dan mengendapkan lara. Meski bayanganmu tak pernah bisa kubuang dari benakku. Membuntutiku kemanapun aku pergi dan berlari.
Kamu pasti bertanya-tanya kenapa aku tidak segera membalas seperti biasa. Kamu mungkin semakin salah menafsirkan sikapku dan menganggap aku tak mau berurusan lagi denganmu. Seandainya saja kamu tahu betapa senangnya aku membaca namamu tertera di display ponselku, di atas pesan pendek itu. Meski setelah kubaca isinya, kesedihan lama kembali mengemuka.
Aku pasti akan membalas pesanmu segera, setelah investigasi ini usai kurampungkan. Setelah aku selesai mencurahkan tenaga dan pikiranku untuk gadis-gadis belia yang malang itu.
Barulah aku kembali kepada persoalan hidupku sendiri.
Karena sesungguhnya setelah mengenal mereka, aku menyadari betapa beruntungnya hidupku.
Aku punya keluarga yang mencintai dan melindungiku.
Aku bisa mengenyam pendidikan tinggi dan bekerja,
berbuat sesuatu buat diriku dan orang banyak.
Aku punya lingkungan yang baik, teman-teman yang menyayangiku
dan semua orang menghargaiku
Aku selalu baik-baik saja.
Dan aku bisa mencintaimu dengan bebas, tanpa harus menyembunyikan sesuatu....
Kenyataannya, aku sungguh sibuk belakangan ini. Aku harus menyelesaikan investigasi tentang gadis-gadis muda malang korban trafficking itu. Melobi beberapa LSM yang menangani kasus-kasus semacam itu, keluar masuk ke pemukiman kumuh tempat mereka tinggal, dan mendatangi tempat mereka menjajakan diri dengan resiko pria-pria hidung belang menatapku dengan tatapan mereka yang memuakkan itu.
Hidupku berjalan kembali, seperti biasa. Setelah lama menyepi dan mengendapkan lara. Meski bayanganmu tak pernah bisa kubuang dari benakku. Membuntutiku kemanapun aku pergi dan berlari.
Kamu pasti bertanya-tanya kenapa aku tidak segera membalas seperti biasa. Kamu mungkin semakin salah menafsirkan sikapku dan menganggap aku tak mau berurusan lagi denganmu. Seandainya saja kamu tahu betapa senangnya aku membaca namamu tertera di display ponselku, di atas pesan pendek itu. Meski setelah kubaca isinya, kesedihan lama kembali mengemuka.
Aku pasti akan membalas pesanmu segera, setelah investigasi ini usai kurampungkan. Setelah aku selesai mencurahkan tenaga dan pikiranku untuk gadis-gadis belia yang malang itu.
Barulah aku kembali kepada persoalan hidupku sendiri.
Karena sesungguhnya setelah mengenal mereka, aku menyadari betapa beruntungnya hidupku.
Aku punya keluarga yang mencintai dan melindungiku.
Aku bisa mengenyam pendidikan tinggi dan bekerja,
berbuat sesuatu buat diriku dan orang banyak.
Aku punya lingkungan yang baik, teman-teman yang menyayangiku
dan semua orang menghargaiku
Aku selalu baik-baik saja.
Dan aku bisa mencintaimu dengan bebas, tanpa harus menyembunyikan sesuatu....
No comments:
Post a Comment