Sunday, March 30, 2008

Di Kebun Pagi Itu

Di kebun pagi itu. Bertelanjang kaki. Aku menapaki rerumputan bermahkota embun, dengan keranjang bambu di tangan kiri. Berjalan hati-hati, menikmati kaki yang terasa dingin dan basah. Sementara uap bergulung dari napas yang menghembus ke udara bening.
Di depanku, Ibu berjalan di antara rimbun rerambat pohon labu. Buah labu yang kecil-kecil hijau dipetik dan dilemparnya ke keranjangku. Sesekali Ibu tertawa, menunjuk sarang burung-burung kecil di antara dahan pohon cengkeh dan jeruk.
Aku terpesona melihat wajah tua ibuku yang ceria. Dia selalu seperti itu sejak aku masih kecil. Riang, penuh tawa.

Mengelilingi kebun belakang adalah ritual paginya hampir setiap hari. Memetik sayuran untuk dimasak hari itu, memancing ikan jika sedang senggang, mengejar-ngejar ayam yang akan disembelih. Sejak dulu hidup bersama Ibu selalu penuh warna.
Meski kadang-kadang ia juga cerewet dan lupa bahwa aku bukan lagi Retno kecil yang tidak tahu bahaya di dunia luar sana. Waktu aku datang dari Jakarta dengan wajah muram dan fisik lemah, dia memelukku erat dengan wajah cemas. Kusodorkan dalih bahwa aku kelelahan bekerja. Kusimpan alasan yang sebenarnya agar dia tidak bersusah hati. Karena aku tidak mau memberinya beban yang tidak seharusnya dia tanggung hanya karena ia ibuku.

Jadi setiap pagi, selama cuti panjangku, aku menjalani ritual paginya. Mengekor di belakangnya sambil membawakan keranjang untuk sayuran yang dipetik di kebun belakang. Menikmati tawanya dan kasih sayang yang terpancar di matanya.
Seperti dulu. Ketika aku masih seorang gadis kecil berkuncir dua, yang suka bersembunyi malu di belakang punggungnya.

4 comments:

Anonymous said...

wah... mb enno itu jago ya merangkai kata, ga kyk saya..hehe... mesti berguru ni biar si ifa smakin jatuh hati...:-D

Redaksi Penemu said...

Cara penulisannya bak seorang writer handal, enak dibaca dan tidak membosankan.

salam,
http://penemu.blogspot.com/

Anonymous said...

ehm mbak..
kok tiap aku baca ceritanya, gimana gitu..
hehehehe..
kata2nya itu loh...
dalem..

Enno said...

ijal: bukannya ifa udah klepek2 skrpun? :D

redaksi penemu: makasih... :)

popokbekas: memang tadinya tukang gali sumur yg alih profesi :p

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...