Monday, September 3, 2007

Tersinggung Berat

Gue lagi pengen ngehajar orang!

Dua hari yang lalu, seorang narasumber berbuat amat arogan terhadap gue! Dia bilang, dia sebetulnya gak butuh pemberitaan tentang organisasi dimana dia jadi sekjennya. Dan ketika gue minta dipandu untuk liputan salah satu acaranya yang jadi acara tetap di sebuah stasiun tv, dia bilang itu cuma nambah-nambahin kerjaan dia aja.

Oh shit! Gue emang bukan wartawan kemaren sore, yang bukan sekali ini punya pengalaman gak enak sama narasumber. Tapi kasus yang ini bener-bener bikin tersinggung karena nada bicaranya begitu merendahkan, seolah-olah gue ini wartawan koran kuning atau wartawan bodrek yang cuma mengharap angpao. Bener-bener kurang ajar! Harga diri gue merasa terinjak-injak.

"Wah itu kan nanti nambahin kerjaan saya dong!" Sergahnya kasar waktu di telepon gue minta dipandu saat meliput proses di balik layar syuting acara itu.
Yah bisa aja sih gue dan reporter gue atau fotografer gue maen nyelonong aja ke Gedung Kesenian Jakarta tempat acara itu berpentas dan disyuting... Tapi kalo lagi asik meliput dan wawancara para pemainnya trus disuruh pergi sama sutradara atau kru kamera gimana? Bisa aja kan kita dianggap menghalangi acara karena dianggap maen nyelonong aja. Kalo ada dia yang mandu, atau seenggaknya ngenalin kita ke kru bahwa kita mau meliput di situ, kan lebih enak... Gak mungkin ada yang ngusir.
Eh, dengan sombongnya (mentang-mentang acaranya dah masuk tv kali) malah gak mau bantu.
Oooh.... merasa gak perlu diliput ya? Ya sudah! Memangnya sudah sepenting apa sih dirimu, Om? Sudah seterkenal apa organisasimu?

Asal tau aja, sebelumnya gue udah wawancara sama ketua umum organisasi kesenian itu yang notabene adalah seorang menteri. Dan Pak Menteri itu sangat bersemangat minta dibantu sosialisasi tentang organisasinya, bahkan dia berencana mau bikin festival dengan skala nasional tahun depan.
"Saudara-saudara bisa bantu kan?" Tanyanya pada kami bertiga, tim liputan yang berkunjung ke rumahnya.
Trus, dia kasih instruksi sama sekjennya yang saat itu jelas-jelas ikut hadir, untuk mengakomodir segala hal yang berkaitan dengan festival itu, termasuk bantuan dari kami bertiga.
Eh, baru aja melangkah keluar dari rumah Pak Menteri, di pekarangan dia udah kliatan gak rela kami ikut serta.
Waktu gue bilang supaya diberitahu apa aja yang bisa dibantu... dia menyergah, "Ah, itu kan baru wacana!"

Astaga! NGGAK MASUK AKAL BANGET DIA BILANG ITU BARU WACANA! Jelas-jelas kita semua denger apa yang diperintahkan Pak Menteri ke dia untuk segera melakukan persiapan. Masa dia bilang itu wacana! Yang ngomong itu seorang menteri lho! Disaksikan wartawan pula! Apa Pak Menteri dengan entengnya mempertaruhkan kredibilitasnya dengan omong kosong? Mau diberitain sebagai Menteri Pembual? Kan gak mungkin.
Yang ngomong menteri, bukan sopir angkot hoy!!!

Sebenernya dari situ aja udah bisa gue baca. Dia gak suka ada yang ikut campur di 'lahan' miliknya. Entahlah. Mungkin aja ada yang dia sembunyikan dari Pak Menteri... Maap ye bukan nuduh ato su'udzon... habis segitu gaharnya sama kita setelah acara wawancara itu berlangsung. Tadinya komunikasi sama dia enak sebelum wawancara.
Sekarang kok kayak induk macan baru melahirkan? Melindungi sesuatu eh?

Waktu temen gue tanya, jadi nggak liputan di balik layar pementasan itu... Gue bilang GAK PERLU. Keenakan banget dibikin ngetop sama gue. Dihargai juga enggak. Bukannya sudah merasa ngetop.
Ya buktikan aja eksistensinya sendirian. Siapa peduli!

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...