And some leave home for fame,
Some seek skies always sunny,
And some depart in shame.
I care not what the reason
Men travel east and west,
Or what the month or season--
The home-town is the best.
(Edgar A. Guest, The Home-Town)
..............
Saat diminta mengisi Kelas Nulis yang diselenggarakan Bukune, novel saya bahkan belum kelar. Dan pengalaman saya bicara di depan banyak orang, bukan sebagai pembicara tamu. Saya main teater, dulu waktu masih SMA. Itu beda, karena saat berakting, kita berada di dunia imajinasi. Saya mengajar di sekolah darurat. Itu juga beda, karena yang saya hadapi anak-anak dengan suasana yang informal.
Tapi kalau harus bicara depan banyak orang (dewasa) dan sharing ilmu? Walah! Saya memang punya pengalaman sebagai editor (majalah). Tapi kan bukan novelis seperti Ayu Utami atau Dee Lestari, dan terutama terlalu jauh bedanya dengan NH Dini, Mira W., atau V. Lestari yang senior-senior itu. Fyuh!
Dipikir-pikir lagi, nggak ada salahnya juga saya coba. Toh Iwied bilang, acaranya juga informal. Pada dasarnya saya juga suka mendiskusikan hal-hal yang saya sukai. Nggak ada salahnya membagi pengalaman dengan teman-teman yang baru mulai menulis. Setidaknya, sebagai editor, saya cukup punya masukan untuk hal-hal yang mendasar tetapi sering dilupakan.
Oke, ayo kita diskusi! Saya pun mulai packing.
Jakarta menyambut saya acuh tak acuh seperti biasa, begitu saya turun dari bus antar kota di Terminal Lebak Bulus. Dimulai lagi acara mengejar-ngejar metromini, yang entah kenapa tahun ini sudah tidak masuk lagi ke dalam terminal. Sebagai anak (yang dibesarkan) di Jakarta, mengejar metro dan melompat ke dalamnya sih perkara mudah. Hehehe.
Begitu sampai di rumah tante, saya tidak kemana-mana, meskipun hari masih siang dan sebenarnya masih cukup waktu untuk sekedar pergi ke Gramedia Blok M. Saya malah mengobrol dengan tante saya, setelah sebelumnya berganti kostum kebangsaan di Jakarta: tanktop dan celana pendek. Sekarang hanya dipakai di dalam rumah, tentu saja ;)
Petualangan baru dimulai esoknya. Iwied mengirim pesan, saya akan dijemput oleh utusan Bukune bernama Pak Syarif. Tepat pukul setengah sebelas siang, seseorang muncul di depan pagar.
"Saya diminta menjemput Enno," katanya. Saya agak ragu. Masih muda? Ganteng?
"Ini dari Bukune?"
"Iya."
"Pak Syarif?"
"Iya, saya Syarif."
Oh, wow! Sejak tadi yang saya tunggu itu seorang bapak-bapak setengah baya. Hahaha.
Di Kafe Buku Margonda, Iwied sudah menunggu di parkiran. Dia langsung wara-wiri nggak jelas. Tapi saya sempat bilang ke dia. "Apaan, Pak Syarif? Mas Syarif itu mah!"
Iwied menghampiri mobil yang sedang parkir, dan kembali ke saya sambil nyengir. "Iya ya. Aku juga baru tau."
Kelas nulisnya berlangsung fun. Saya malah juga ikut dapat banyak masukan dari Mbak Windy, saat giliran dia sharing. Dia jelas punya banyak tips dan teknik yang bisa dibagi sebagai editor fiksi.
Waktu giliran saya, ternyata mudah saja bercuap-cuap di depan banyak orang itu ya? Hahaha. Saya sebenarnya suka diskusi. Kolega-kolega saya tahu betul, setiap rapat redaksi, saya ini paling argumentatif.
Satu hal yang saya garis bawahi untuk teman-teman calon penulis hari itu, saya bilang supaya mereka jangan setengah-setengah.
"Waktu kalian memutuskan untuk menjadi penulis dan bilang 'saya kepingin jadi penulis', kalian nggak bisa mundur lagi. Apa pun motivasi kalian untuk jadi penulis itu, jangan setengah-setengah. Pengen ngetop, eksis, banyak duit? Fine. Meskipun seharusnya motivasi menjadi penulis itu karena suka menulis-tanpa embel-embel. Cuma satu yang harus diingat, penulis harus mau DIKRITIK. Kritikan paling pedas sekalipun harus bikin kita lebih maju, bukannya mundur dan berhenti. Kalau malah patah arang itu namanya cemen."
Agak sarkastis ya? Hehe. Saya kan memang begitu. Saya sengaja pakai istilah cemen alias pengecut. Supaya teman-teman calon penulis di depan saya termotivasi. Kelak, kalau mereka dapat kendala dan putus asa, pasti akan ingat kata-kata saya. 'Kata Mbak Enno, kalau patah arang itu cemen.'
Memangnya ada gitu orang yang mau disebut cemen? :P
After all, acaranya asyik. Santai dan kami kenyang karena makanannya banyak. Haha. Thanks ya teman-teman di Bukune :P
Saya juga ketemu beberapa teman penulis. Ada Mbak Dian Purnomo, Ninna Krisna dan Naura Laily. Saya ketemu teman-teman kru Bukune. Ketemu Gita dan puteri kecilnya. Ketemu Iwied lagi (yang hari itu seksi repot). Ketemu Mbak Windy Ariestanti yang saya sukai tulisan-tulisannya.
Pulangnya, saya di antar Pak... eh, Mas Syarif lagi. Naura yang dipanggil Nunu ikut sampai Stasiun Tanjung Barat. Nunu yang sudah saya ceritai soal peristiwa kecele itu bisik-bisik, "Eh iya, sopirnya ganteng hihi..."
Hari itu, perasaan saya lega. Akhirnya acara yang sudah digadang-gadang dari beberapa bulan yang lalu, terlaksana juga. Dan tunai sudah tugas saya. Semoga peserta kelas nulis yang jelas lebih muda semua dari saya, sukses dan menyelesaikan novelnya dengan lancar.
Saya masih punya cerita keluyuran di Jakarta sih. Tunggu di part 2 ya.
pict from here |
10 comments:
mana2 foto mas syarif, kenalin dooong #eh xD
aku juga mau liat fotonya mas Syarif dong, mba Enno.. xixixi :)
mau tak tulis besar-besar di otakku :
PENULIS HARUS MAU DIKRITIK.
KALO PATAH ARANG ITU NAMANYA CEMEN.
Aku punya 2 novelnya mba enno lho.. sebenere karna lupa udah beli, eh beli lagi.. hahaha,,
wah, kalau saja saya bisa ikut kelas nulis itu...
ditunggu ceritanya di jakarta ya :)
ajarin saya kakaaa :D
sepedes pedesnya kritik, pasti bisa ngebangunin kita ya mba (asal dijadiin semangat)
masih dijakarta kah mba?
pengen deh kopdar dengan mu mba heheheheee
Asyiiiik... mbak enno udah ngetop nih :p
Yah mbak foto mas Syarifnya mana?
*penasaran
Keluyuran trs, Pabrik diurus neng!
Bagi dong No HP Mas Syarif! :D
Haha. Mas Syarif jadi bintang top di post ini..
Apakah kengetopan abe tergantikan? Jengjeng
@fenty: idih.. genit nih! :))
@nana: wahaha thx ya smp beli dua :p sering2 aja dobel klo beli novel2ku kelak di kemudian hari wkwk
@rian: pesertanya dari yg ikut lomba.. lain kali klo ada lagi, ikut lombanya ya :)
@lilliperry: ajarin main sepeda? *gak fokus* :))
@shally: iya shal... hehe duh aku dah meninggalkan ibukota nih, ga bs lama2 :P
@chici: mudah2an Rio Dewanto jd tau aku ya? *apa coba* :))
@wuri: ini lg! ngapain aku minta2 hpnya? :))
hehehheheee oke deh mba. lain waktu mungkin :D
Post a Comment