Bagiku, sarangmu tak seberharga itu. Tak ada yang penting, tak menimbulkan perasaan diundang untuk mengaso sejenak. Hanya berisi petuah-petuah kosong yang kau sitir dari kitab suci, tanpa kau maknai sendiri.
Tak perlu bersusah payah kau kunci. Aku tak pernah berniat datang menyelidiki. Terlalu sombong dirimu jika mengira aku akan melakukan itu. Terlalu jumawa jika kau pikir aku peduli. Kutulis ini hanya karena aku merasa bersalah. Maaf, jika keberadaanku pada akhirnya membuatmu merasa dunia menyempit. Salahmu, menyakiti aku tanpa alasan. Kau dan rasa bersalah yang terus mengejarmu kemana-mana. Hey, bukankah sudah kubilang aku memaafkanmu?
Tapi malah kau yang berakting dizalimi.
Sarangmu tak perlu kau kunci. Jika kau maksudkan agar aku tak bisa masuk ke sana, bukankah itu menggelikan? Kau sangat tahu aku bisa membuka kuncinya kapan pun aku mau. Kau tahu tak ada password yang bisa menghalangiku. Percuma.
Tak perlu kau kunci, aku tak berniat mengunjungi sarangmu, karena hidupmu tak lagi penting bagiku. Atau kau takut aku membuka jati dirimu dan orang-orang beramai-ramai mengganggumu? Jangan cemas, tak terpikir untuk melakukannya. Lagipula tampaknya teman-teman sekantormu, yang suka mampir ke sini, tahu kau ini siapa.
Kalau kau kunci, kau akan kehilangan kesempatan menambah jumlah temanmu yang sedikit itu. Siapa tahu ada seorang gadis bodoh seperti aku yang bisa kau jadikan percobaan cinta berikutnya?
Maka, jangan dikunci. Kau yang rugi.