"I don't know who he is, but the Japanese General running this show is one smart bastard."
-Letnan Jenderal Holland Smith, komandan pasukan AS dalam pertempuran Iwo Jima-
.....
Dari semua orang yang pernah menjadi lawan dalam perang sepanjang sejarah mereka, Amerika tidak akan pernah melupakan dia. Laki-laki yang lahir di perfektur Nagano dari keluarga samurai dan bangsawan rendah, yang kemudian menjadi lawan paling cerdik, menghabisi ribuan prajurit Amerika dan sekutunya dalam sebuah pertempuran alot memperebutkan sebuah pulau kecil di Samudera Pasifik.
Laki-laki ini, yang pernah menjadi rekan mereka di negeri Paman Sam ketika menjadi deputi atase militer negaranya, menggelar taktik yang menakutkan ketika pulau kecil itu, Iwo Jima, hendak mereka ambil alih sebagai jalan masuk untuk menaklukkan Jepang di Perang Dunia II.
Laki-laki sederhana dengan pikiran luar biasa itu, Tadamichi Kuribayashi, memimpin 22 ribu prajuritnya menghadapi lebih dari 100 ribu prajurit Sekutu sampai titik darah penghabisan. Saat itu, tahun 1944, pangkatnya mayor jenderal. Perdana Menteri Hideki Tojo memberinya tugas mempertahankan Iwo Jima.
Saat pertama kali dirinya menginjakkan kaki di pulau kecil itu, ia sudah tahu bahwa cepat atau lambat, dengan kekuatan persenjataan Sekutu yang sangat besar, Iwo Jima akan jatuh ke tangan musuh. Ia tahu, dirinya akan mati di pulau itu. Jauh sebelum pasukan musuh mendarat, ia menulis surat untuk isterinya, Yoshie.
"It must be destiny that we as a family must face this. Please accept this and stand tall with the children at your side. I will be with you always."
Dalam catatan sejarah, perang di Iwo Jima adalah perang yang luar biasa membuat pusing Amerika. Para komandan dan jenderal perang AS merutuki Tadamichi Kuribayashi dan taktiknya yang jenius. Tadamichi tahu pasukannya sangat mungkin dikalahkan. Tapi ia tidak ingin membuatnya menjadi mudah. Amerika harus membayar mahal sebelum mereka berhasil merebut Iwo Jima. Maka atas idenya, pasukan Jepang dan para insinyur di pulau itu membuat pertahanan berupa gua-gua di bawah tanah sebagai benteng sepanjang lima ribu meter, yang saling berhubungan seperti jaring laba-laba.
Dengan taktik itu, pasukan Jepang yang jumlahnya lebih sedikit dari pasukan Amerika bisa bertahan lebih dari perkiraan. Selama delapan bulan pesawat-pesawat tempur Sekutu membombardir pulau itu. Bahkan 72 hari sebelum mereka mendarat, pulau sudah menjadi lautan bom. Kapal perang Sekutu tak ketinggalan menjatuhkan berton-ton peluru ke pulau itu selama tiga hari. Hasilnya nihil. Amerika mulai frustasi.
Sesungguhnya para prajurit yang bertahan di gua-gua itu juga harus menahan penderitaan mereka. Meski demikian tak satupun yang keluar untuk menyerah. Tadamichi adalah pimpinan yang sangat pandai memotivasi anak buah.
"Kita akan mempertahankan pulau ini dengan seluruh kekuatan sampai titik darah penghabisan. Melemparkan diri kita ke tank musuh dengan bahan peledak di tangan untuk meledakkannya. Kita akan membantai musuh, berdiri gagah di antara mereka untuk membunuh. Setiap tembakan kita harus kena sasaran dan membunuh musuh. Kita tidak akan mati sampai kita sudah membunuh sepuluh musuh. Kita akan terus mengusik musuh dengan taktik gerilya, meskipun hanya tinggal satu dari kita yang tetap hidup."
Dengan musuh yang mengepung di luar, di seluruh pelosok pulau, pasukan Kuribayashi terisolir dan harus bertahan di dalam gua-gua yang gelap dan lembab dengan persediaan makanan dan air yang semakin menipis, hingga akhirnya habis.
Penyakit diare mulai mewabah dan menewaskan banyak prajuritnya. Tadamichi bukannya tidak mengetahui hal itu. Namun ia pun mengalami keprihatinan yang sama seperti mereka. Di dalam gua tempat ia bermarkas, ia menulis surat untuk keluarganya:
"Tak ada sumber air di sini, jadi kami menggunakan air hujan. Saya merindukan segelas air dingin, tapi tak ada yang bisa dilakukan. Jumlah lalat dan nyamuk mengerikan. Tak ada koran, tak ada radio, tak ada toko. Ada beberapa peternakan lokal, tetapi tidak ada tempat penampungan yang cocok untuk apapun selain ternak. Prajurit kami mendirikan kemah atau merangkak ke dalam gua. Gua-gua yang pengap dan panas dan kelembaban tidak dapat ditoleransi. Aku, tentu saja, bertahan dalam kondisi hidup yang serupa ... Ini adalah neraka dan aku belum pernah mengalami apa pun yang seperti ini seumur hidupku."
Akhirnya, sang jenderal menggiring sisa-sisa pasukan Iwo Jima ke dalam jurang yang dijaga ketat yang dijuluki Korps Marinir, "The Gorge."
Gua tempat Tadamichi bermarkas adalah sebuah ceruk yang gelap, pengap, dan remang-remang diterangi cahaya lilin. Di tempat itu, ia memberikan instruksi-instruksi, membahas strategi-strategi dengan perwira-perwiranya yang tersisa. Tanpa beristirahat, tanpa tidur, hari demi hari. Sementara itu, rakyat Jepang terus memberinya semangat melalui siaran-siaran radio, majalah dan suratkabar.
Komandan Korps Marinir AS Jenderal Graves Erskin yang mulai kesal dan tak sabar, mengirim prajurit marinir AS keturunan Jepang untuk membujuk Tadamichi dan pasukannya agar menyerah. Tapi sia-sia.
Tadamichi dan 400 prajurit langsung di bawah komandonya yang tersisa saat itu tetap melanjutkan perlawanan dan gerilya, meski pasukan AS mengepung perbukitan tempat benteng bawah tanah mereka tersembunyi, menembakkan peluru dan menyemburkan api ke lubang-lubang gua dari tank-tank mereka. Garis depan musuh hanya 300 meter dari benteng mereka.
Tadamichi semakin meyakini bahwa akhir perjuangan dirinya dan pasukannya semakin dekat. Tanggal 17 Maret 1945, ia mengirim pesan radio ke markas pusat.
“Kami menyesal karena tidak dapat mempertahankan pulau ini dengan baik. Kini saya, Kuribayashi, yakin bahwa musuh akan menginvasi Jepang dari pulau ini. Saya sangat menyesal karena dapat membayangkan bencana yang akan menimpa kekaisaran kita. Namun, setidaknya saya bisa sedikit menghibur diri dengan menyaksikan para perwira dan prajurit saya gugur tanpa rasa penyesalan dalam memperjuangkan setiap jengkal medan perang ini menghadapi musuh yang melebihi jumlah kami, yang dilengkapi tank dan membombardir kami dengan cara yang tak bisa dilukiskan. Saya juga meminta maaf pada para senior dan rekan-rekan perwira atas kekuatan saya yang tidak cukup untuk menghentikan invasi musuh.”
Pada 22 Maret, Jenderal Cattes, salah satu komandan marinir AS, secara pribadi berbicara melalui loudspeaker agar orang-orang Jepang itu menyerah. Tapi Tadamichi dan pasukannya tertawa dan menganggap trik itu kekanak-kanakan.
Namun pada akhirnya tak ada lagi yang bisa dilakukan Tadamichi dan prajuritnya yang tersisa. Kekuatan musuh terlalu besar, terlalu banyak dan terlalu kuat. Sementara mereka yang bertahan di bawah tanah sudah tak lagi makan dan terpaksa meminum air seni. Sebagian prajurit tewas karena diare dan kelaparan, sementara amunisi juga mulai menipis.
Pada 23 Maret, Tadamichi mengirim pesan radio terakhir kepada Mayor Yoshitaka Hori yang membawahi stasiun radio di Chichi Jima.
"All officers and men of Chichi Jima -- goodbye from Iwo."
Mayor Hori mencoba menghubungi Iwo Jima tiga hari berturut-turut setelah pesan itu, namun tak pernah ada balasan.
Amerika akhirnya berhasil mengambil alih Iwo Jima pada tanggal 26 Maret 1945. Hanya 1,083 dari 22,786 prajurit Jepang yang masih hidup dan ditangkap. Namun kematian Tadamichi Kuribayashi masih menyisakan misteri.
Jenasah Tadamichi tidak ditemukan. Kepastian kematiannya masih tetap misterius. Namun berdasarkan kesaksian prajurit Iwo Jima yang masih hidup, kemungkinan besar sang jenderal tewas dalam aksi pagi hari tanggal 26 Maret 1945, saat memimpin sisa pasukannya melakukan penyerangan tiga arah terhadap marinis AS dan kru Angkatan Udara yang tengah tidur.
Ia dan orang-orangnya diam-diam menyayat tenda, membunuh dengan bayonet dan melemparkan granat kepada para prajurit yang sedang tidur itu. Penyerangang itu mencapai klimaks dengan perkelahian tangan antara dua pihak. Sang jenderal terbunuh namun mayatnya tak bisa diidentifikasi karena ia sudah menyingkirkan semua lencana dari seragamnya, dan melawan sebagai prajurit biasa.
Dalam perang, sudah menjadi aturan umum, bahwa tawanan yang paling berharga adalah pimpinan pihak lawan. Tadamichi tentu tidak ingin dikenali sebagai jenderal pasukan yang kemungkinan akan ditawan dan dipergunakan untuk keuntungan pihak Sekutu.
Teori lain adalah bahwa Tadamichi melakukan seppuku (bunuh diri). Di kemudian hari, puteranya, Taro Kuribayashi, mewawancarai beberapa saksi hidup garnisun Jepang setelah perang. Ia lebih percaya bahwa ayahnya tewas dalam serangan artileri pada malam sebelum serangan terakhir itu.
Bahkan Jenderal Smith pun menghabiskan waktunya sehari penuh mencari jenasah Tadamichi Kuribayashi di seluruh penjuru pulau. Ia ingin menunjukkan rasa hormatnya dengan memakamkan sang jenderal secara layak. Namun pencariannya sia-sia.
Tadamichi Kuribayashi adalah seorang tentara yang luar biasa. Ia cerdik, stategis dan pandai memotivasi. Ia seorang yang tegas, punya pendirian dan nasionalisme yang meluap-luap. Dalam film Iwo Jima, ada adegan yang menggambarkan seperti apa dirinya sebagai seorang prajurit. Seorang perwira menuduhnya mengkhianati Bushido (kode etik ksatria/samurai), dan Tadamichi (yang diperankan Ken Watanabe) menjawab:
"The tunnel-digging may be futile. The stand on Iwo Jima may be futile. Maybe the whole war is futile. Would you give up then? We will defend this island until we are dead! Until the very last soldier is dead! If our children can live safely for one more day, it would be worth the one more day that we defend this island!"
Sebagai laki-laki, kepala rumah tangga, suami dan ayah dari tiga anaknya, Tadamichi Kuribayashi adalah seseorang yang lembut, kebapakan, dan berbakat sastra. Ia menciptakan syair-syair tentang tanah air, diantaranya berjudul Aikoku Koshin Kyoku (Lagu Cinta Tanah Air). Ia adalah laki-laki yang akan melindungi keluarganya dengan nyawanya sendiri. Namun, sebagai prajurit, tugas negara di atas segalanya. Maka dalam salah satu surat untuk isterinya, ia menulis:
"The enemy may land on this island soon. Once they do, we must follow the fate of those on Attu and Saipan. Our officers and men know about death very well. I am sorry to end my life here, fighting the United States of America, but I want to defend this island as long as possible and to delay the enemy air raids on Tokyo. Ah! You have worked well for a long time as my wife and the mother of my three children. Your life will become harder and more precarious. Watch out for your health and live long. The future of our children will not be easy either. Please take care of them after my death."
Tadamichi Kuribayashi menjadi sumber kekaguman lawan-lawannya, Sekutu yang memenangkan perang itu. Dalam otobiografinya, Corral and Brass, Letjen Holland Smith memberikan penghargaan tertingginya untuk lelaki itu. Smith menulis: "Of all our adversaries in the Pacific, Kuribayashi was the most redoubtable." Dari semua musuh kita di Pasifik, Kuribayashi adalah yang paling tak tertandingi.
Bagi Sekutu, Tadamichi Kuribayashi adalah orang yang harus mereka takuti ketika masih hidup, namun berbahaya setelah meninggal karena ia sanggup menjadi pahlawan perang yang pasti dipuja-puja kalau saja nasionalisme baru tumbuh lagi di Jepang. Maka tidak heran kalau Jenderal Smith ketika itu berkata, “Semoga Jepang tidak pernah memiliki orang lain seperti dia.”
Sadness overcomes me as I am unable to fulfill my duty for my country,
Bullets and arrows are no more
I, falling in the field without revenge,
Will be reborn to take up my sword again.
When ugly weeds run riot over this island,
My heart and soul will be with the fate of the Imperial nation
-puisi kematian (samurai) yang ditulis Kuribayashi beberapa hari sebelum Iwo Jima jatuh-
____________________________________________
Ada tiga orang pahlawan perang yang saya kagumi. Pangeran Diponegoro, Jenderal Sudirman dan Jenderal Tadamichi Kuribayashi.
Mungkin sebagai tentara dari negeri yang menjajah Indonesia sejak sebelum masa Perang Dunia II kala itu, Kuribayashi boleh dikatakan ada di pihak 'musuh.' Tapi saat ini, di masa damai, semua orang bisa meneladani semangat dan kegigihannya yang menyala-nyala.
Kita bisa belajar dari siapa saja. Bahkan dari (bekas) lawan, kan? ;)
Jend. Tadamichi Kuribayashi |
Foto yang monumental ketika beberapa marinir AS menancapkan bendera AS di Iwo Jima yang ditaklukkan |
Ken Watanabe sebagai Kuribayashi dalam film "Iwo Jima." |
Kumpulan surat bergambar untuk puteranya, Taro, saat sang jenderal masih bertugas di Amerika. Harus dilihat, keren banget!
Note: bahan riset dari google.com, wikipedia.com, youtube.com, film "Iwo Jima", dan catatan pribadi.
salam,
18 comments:
teteppp, kalo belajar sejarah paling asik dari blogmu mbak. hihi. kayaknya liburan ini aku bakal ngubek2 tulisanmu deh, ihihi. :D
seringkali mereka yg bersungguh-sungguh memilih jalan pedang, justru memiliki hati yang sangat lembut ya, No...
aku bayanginnya, pas ajalnya mungkin Kuribayashi-sama seperti Katsumoto-sama di film Last Samurai :)...
'the perfect blossom is a rare thing. u could spend ur life looking for one, and it would not be a wasted life...they are all perfect'...
sugoi, No...:)
bagus mbak enno...caramu bercerita tentang sejarah..
kenapa kamu ga menulis biografi dari mereka yg kamu kagumi..
klo kamu menulis seperti ini dgn bahasa yg indah pasti orang yg baca akan ikut mengagumi tokoh tersebut..
aku mendukungmu untuk buat buku sejarah dech...
btw tulisin dong tentang jendral sudirman...aku juga ngefans...cuma belum pernah baca buku ttg beliau...
makasih mbak enno tulisannya bermanfaat buatku..
gua salut lho lu ini kok sangat paham ama sejarah sih no. walaupun lu tulis kalo lu riset lewat google, tapi gua yakin awalnya lu udah tau sebagian kan. makanya trus bisa mulai riset untuk dapetin detilnya.
gua emang paling payah soal sejarah. jadi suka terkagum2 ama orang yang banyak tau tentang sejarah... :D
suka penasaran, berapa lama sih studi literaturnya buat nulis tulisan kayak begini. Sumpah aku iri bisa nulis sejarah sebagus ini. Detail tapi nggak berat.
Ayo ajarin aku mbak! :)
keren... jadi pengen donlod film "Iwo Jima"
sebenarnya sdh lama banyak yg rekomendasiin film ini, tp karena film jadul saya jadi males nontonnya :D
ternyata... damn, internet saya lemot banget!
oow...another history from this blog :D
whokokokokoko....tar klo punya anak trus nanya "ma, ajarin sejarah dong" bakal aq bilang "sonoh, buka aja falling-eve.blogspot.com nak..blajar dari sonoh aja"
hehehhehe
Hi :) Cool blog hahha, that's all I can say since I dont speak your language :P
@lia: wah wah mau nongkrong dimari, untung aja aku ga mungut bayaran :))
@rona: kurasa iya bener... istilahnya aja serem 'jalan pedang'.. tapi mrk kan menghayati fislofinya... spt strategi perang Tsun Zhu, itu kan justru penuh dgn filosofi hidup utk mnjd org yg lbh baik. Rona-san, arigatÅ! :)
@ika: hehe... klo bikin buku risetnya mesti lamaaaa banget :P iya deh tar aku cari bahan ttg jend. sudirman ya.. udah terpikir jg kok sama aku ;)
@arman:gue udah tertarik sama sejarah dr kecil... plg seneng ngumpulin buku2 sejarah yg berupa biografi atau seri 30 Tahun Indonesia Merdeka (buku jadul pny kakek gw), nah itu gw embat aje hehehe... ga tau ya man, klo cerita sejarah pasti gampang nempel di otak gw.. mgkn krn emang suka banget. ya udah lu blajar sejarah dr blog gw aje deh hihihi :P
@apis: klo ceritanya dah tau lama, risetnya cuma sehari... klo blum tau byk ya bbrp hari. wkt masih di jkt, aku suka nyari bhn sampe ke Perpustakaan Nasional atau Gedung Arsip Nasional (pake kartu pers) hehehe niat banget yee :P
@adhi: wah aku kasih tau ya, kamu rugi klo blm nonton "IWO JIMA".. itu film wajib tonton utk co2.. epik abis :P
@gloria: ih lebay ah... ya ga selengkap entu kaleee :))
@Qrazee: hai Zee! thanks for dropping! You could translate my post with the translation widget in my left sidebar, dear ;)
aku suka mb enno nulis tentang sejarah seperti ini, bahasanya yang bikin enak aku suka yang "perempuan dari jepara" dan "nyai dasima"
belajar sejarah jadi menyenangkan ya kalo begini, asik bacanya...
dari kisah pribadi, sejarah banyak belajar dari blog ini *lirik blog sendiri* pingsan* -__-"
aku jadi tambah ngefans ma mb enno, pengen ketemu mb enno. ayo ke jogja lg mb :')
Ckckckck bapakku guru sejarah, demen bgt ma buku2 sejarah. Tapi sama sekali ga nurun ke aku. Kamu cocok mbak kalo ngobrol ma bapakku bisa seharian ngomongin soal Diponegoro atau Raja2 Majapahit.
Jadi merinding bacanya Enno..jaman perang bener2 mengerikan ya..:(
di Nanjing tiap tgl 13 desember selalu dibunyikan sirene panjang untuk memperingati Nanjing Massacre. terus di kelas biasanya langsung pada diam gitu, tahun lalu malah temenku nangis dengernya gara2 dia pernah nonton filmnya n terbayang situasi perang waktu itu..:-s
Ngomong2 kamu cocok jadi guru sejarah loh ;) kalo Enno yang ngajar pasti ga bakal ada yg bosen..hahaha..
Nice posting, sist.
Satu hal yang bisa kita ambil dari kisah ini adalah bagaimanapun sulitnya situasi dalam kehidupan, kita harus tetap bertahan hidup.
Hingga sang Khalik selaku pencipta memanggil kita.
Teruskan perjuanganmu, Sis.
MERDEKA!!!!
*hahaha ... jadi kebakar semangat peperangan gara-2 tulisanmu nih*
eh enn. tau ga, aku udah download film letter from iwojima itu. cuma belum sempat nonton. dan kabar baiknya, aku lupa naronya dimana. lol :)) paraahh
@mayank: ah aku jg ngefans sama kamu ah! hihihi... tar ya, aku msh blm bs pergi2 dlu gara2 proyek ngebut but ini :P
@wuri: wah iya... asik klo ktemu bapakmu... taun dpn pas kamu back for good yaaa :P
@mei: klo ngajar di dpn kls beda lg cara ceritainnya ahahaha masa ala cerpen gini... oiya, peristiwa Nanjing itu emang mengerikan ya.. aku lg cari filmnya :)
@arik: MERDEKA! halaaaah hahaha :))
@hans: yeee kirain dah ditonton dr dulu2... hihihi... ayo cari! rugi klo blm nonton :P
waduh. kalo ane malah kaga kagum pahlawan sapa-sapa hahahahaha. Duh jadi malu
seruu... enno emang top markotop.
btw no, si kelor apa kbr?
lanjutannya manahhhh....
@freya: hahaha... :P
@maya: oiya... udah ditulis sampe tamat sih.. tinggal menggal2... tar deh abis ini yaaa :P
Post a Comment