Monday, May 10, 2010

Ugh!

Akhir-akhir ini banyak hal menyebalkan dalam hidup saya. Urusan di Jakarta yang tak kunjung selesai, masalah 'klasik' yang menunggu di rumah, cuaca panas yang membuat saya berjerawat, diet yang kemajuannya amat lambat, dan lain-lain, dan lain-lain, dan lain-lain.

Dan saya baru saja memecat seseorang dari blog Oldmansay kami. Saya juga menyebalkan ya? Terserahlah.

Saya memang orang yang tegas. Tanpa tedeng aling-aling untuk hal-hal tertentu yang berkaitan dengan kejujuran. Sejak dulu sudah begitu. Berapa kali saya marah di kantor karena bawahan saya ketahuan berbohong tidak bertemu narasumber padahal ia pergi ke tempat lain untuk urusan yang tidak jelas. Berapa kali saya coret-coret hasil print out artikel yang tidak orisinal. Berapa kali saya menyuruh HRD membuat surat peringatan untuk reporter yang tidak loyal dan ketahuan bekerja untuk media lain. Berapa surat pemecatan yang pernah saya usulkan dihadiahkan bagi reporter yang masih saja bekerja tidak jujur.

Kadang-kadang saya memang menyebalkan. Mau bagaimana lagi.

Dan hari ini kasus menyebalkan itu membuat saya kembali jadi orang yang 'menyebalkan.' Memangnya enak memecat orang? Memangnya nyaman me-remove nama seseorang dari daftar kontributor itu? Saya melakukannya dengan berat hati.
Tapi saya sudah terlanjur kecewa dan tidak suka. Maaf, saya tidak suka seorang plagiator ada dalam deretan nama-nama teman yang jujur dan punya integritas.

Biasanya saya biarkan dia. Meskipun saya tahu ia suka menjiplak kalimat-kalimat saya, mengikuti gaya penulisan saya, mencomot diksi-diksi saya seenaknya, untuk dipakai dalam tulisannya. Saya sebetulnya boleh merasa tidak rela karena bagi saya menulis itu adalah proses meditasi dari dalam hati. Tidak mudah merangkai kata demi kata menjadi kalimat yang enak dibaca sekaligus bisa langsung dipahami artinya oleh pembaca. Saya, yang wartawan ini, dididik para senior saya untuk berpikir dan merenung sebelum menulis. Buatlah tulisan yang enak dibaca dan bisa dimengerti pembaca, begitu kata mereka. Dan itulah yang saya lakukan setiap kali saya menulis. Bagi saya menulis itu mudah sekaligus tidak mudah.

Tapi saya rela. Karena saya anggap itu hanya inspirasi belaka. Toh saya pun kadang-kadang sering terinspirasi para penulis kesukaan saya, meskipun tidak pernah menjiplak diksi-diksi mereka mentah-mentah.

Tapi kali ini keterlaluan. Ia ketahuan menjiplak mentah-mentah dua paragraf awal, judul dan prolog dari sebuah tulisan indah seseorang. Mengubahnya sedikit agar tidak ketahuan, tapi tetap saja kentara. Saya kecewa, kenapa teman yang satu ini tidak pernah mau belajar? Kenapa harus selalu menjiplak? Kenapa tidak mencoba menulis dengan kemampuan sendiri saja? Ingin dibilang keren? Ingin dibilang bagus? Tapi di sini kan bukan kompetisi.

Jadi saya terpaksa memecatnya karena ia bukannya mengakui kesalahannya, malah membantah dengan alasan tak masuk akal. Padahal kalau saja ia mengakui kesalahannya, saya tidak akan menghapus namanya dari daftar itu.

No hard feeling kok. Ini hanya pembelajaran buatmu, teman. Ya, saya memang menyebalkan. Kamu boleh marah atau tak suka. Tapi kamu kan juga pernah menantang untuk menghapus namamu dalam daftar itu. Jadi sekarang saya melakukannya karena saya sungguh kecewa pada apa yang kamu lakukan itu.
Kamu sudah menghapus tulisan itu dari blogmu, tapi tidak bisa menghapusnya dari perasaan saya.


Image and video hosting by TinyPic
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...