Moaning Myrtle: Oh, Harry? If you die down there, you're welcome to share my toilet.
Harry Potter : Uh... thanks, Myrtle.
(Harry Potter and The Chamber of Secrets)
......
Ia selalu di sana, di depan cermin besar sepanjang dinding. Mematung menatap ke dalam cermin dengan wajah sayu habis menangis. Kadang-kadang kupergoki ia sedang berusaha membenahi dandanannya. Memoles lipstik, atau menyisir rambutnya yang panjang.
Jika aku ada di sana, keluar dari salah satu bilik toilet, ia masih berdiri tak bergerak di sudut wastafel. Aku menatapnya sekilas, meski ia tak pernah berusaha menoleh padaku. Aku mengernyitkan dahi melihat gaunnya yang kusut. Dan selalu saja ia hanya memakai yang itu-itu saja. Kalau tidak yang merah, ya yang putih. Modelnya juga sudah agak ketinggalan zaman.
Ia akan bergeser sedikit ke sudut rest room jika aku hendak ikut bercermin. Menundukkan wajahnya, menyembunyikan raut muka sedihnya di balik rambutnya yang tergerai.
Sebenarnya aku pernah memarahinya beberapa waktu yang lalu. Mungkin karena itu, ia jadi agak takut padaku? Tapi masa takut padaku sih? Bukankah seharusnya aku yang takut pada perempuan seaneh dirinya?
Waktu itu ia mengikutiku ketika aku selesai mencuci muka di rest room. Ia mencoba bersembunyi, tetapi tanpa menoleh pun aku tahu ia ada di belakangku.
"Ngapain sih ngikutin aku? Sana ah! Aku nggak nyaman, tahu!"
Ia masih mencoba membandel. Bersembunyi di belakang punggungku.
"Pergi!" Ujarku kesal. "Atau tidak lagi kami izinkan kamu memakai rest room!"
Dan ia pun akhirnya pergi.
......
Tetapi lama-lama tangisannya mengganggu. Membuat orang lain takut pergi ke rest room. Menimbulkan banyak keluhan, dan tentu saja sedikit kehebohan.
Kakakku selalu menyeretku untuk menemaninya kalau ingin buang air kecil di toilet. Begitu juga beberapa sepupu.
"Kenapa sih kamu selalu menangis?" Tanyaku padanya. "Apa yang sebenarnya terjadi padamu"
Ia tidak menjawab. Masih saja menunduk di sudut, dengan wajah di balik rambut. Mengingatkanku pada tokoh Sadako di film The Ring.
"Siapa yang menyakitimu?"
"Seseorang," sahutnya pelan. "Seseorang."
"Laki-laki?"
Ia mengangguk.
Klise. Seorang perempuan yang disakiti laki-laki, lalu menangis berhari-hari. Dalam kasus ini, entah berapa tahun.... berapa puluh tahun...
"Boleh minta tolong?"
Ia mengangguk.
"Jangan menangis di sini. Atau kalau memang nggak ada lagi tempat buatmu untuk menangis selain disini, jangan menangis keras-keras. Semua orang jadi ketakutan dan merasa nggak nyaman. Semua orang punya hak untuk memakai rest room ini kan?"
Ia mengangguk.
"Makasih atas pengertiannya."
.......
If you could only read my mind
You would know that I've been waiting
So long
For someone almost like you
But with attitude, I'm waiting so come on
(Want You Bad - Offspring)
Ia masih menangis di tengah malam. Kadang-kadang masih memperlihatkan dirinya yang transparan dengan gaun merah atau putihnya yang kusut itu. Tetapi tidak sesering dulu dan cuma beberapa orang yang bisa mendengarnya.
Ia bilang, sedang menunggu seseorang menjemputnya. Siapa? Ia tak mau memberitahu.
Hmm... mungkin kamu?
"Siapa yang menyakitimu?"
"Seseorang," sahutnya pelan. "Seseorang."
"Laki-laki?"
Ia mengangguk.
Klise. Seorang perempuan yang disakiti laki-laki, lalu menangis berhari-hari. Dalam kasus ini, entah berapa tahun.... berapa puluh tahun...
"Boleh minta tolong?"
Ia mengangguk.
"Jangan menangis di sini. Atau kalau memang nggak ada lagi tempat buatmu untuk menangis selain disini, jangan menangis keras-keras. Semua orang jadi ketakutan dan merasa nggak nyaman. Semua orang punya hak untuk memakai rest room ini kan?"
Ia mengangguk.
"Makasih atas pengertiannya."
.......
If you could only read my mind
You would know that I've been waiting
So long
For someone almost like you
But with attitude, I'm waiting so come on
(Want You Bad - Offspring)
Ia masih menangis di tengah malam. Kadang-kadang masih memperlihatkan dirinya yang transparan dengan gaun merah atau putihnya yang kusut itu. Tetapi tidak sesering dulu dan cuma beberapa orang yang bisa mendengarnya.
Ia bilang, sedang menunggu seseorang menjemputnya. Siapa? Ia tak mau memberitahu.
Hmm... mungkin kamu?
8 comments:
BAH!!!
mok,kau demam??
kok bicara sama hantu??
hehe...
cantik kagak mok??
ada no HP nya mok??
hahaha...... ada. mau yg GSM atau CDMA?
duh maaf no, ga berani saya hehehehe..
No lu tanya gak dia akhirnya mati gantung diri, kecebur di toilet atau gimana ?
@ade: oh bukan uni tho? trus sapa dong ya? hahaha
@eka: jeng, gue emang wartawan tp khusus liputan manusia idup ya. masa gue kudu wawancara org mati juga? kekekek.... :D
Waduhh,,merinding euyyy bacanya, saya juga pernah liat yang begituan, di kos lama waktu di Jogja, tapi gak pernah sampai di ajak bicara.
Btw lam kenal ya :)
Huuuh sedih.... :(
kasian yah dia mba, coba dia mau cerita yah mba...
cantik ga mba?
ih aku suka denger cerita2 kaya giniii
serem banget kka -_________- tapi ceritanya kueree
eenn!
Post a Comment